30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Teror Begal Kian Menakutkan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Berita pembegalan terus mengisi ruang publik di tengah hiruk pikuk masalah ekonomi, hukum, dan politik di negeri ini. Kehadirannya menjadi tamparan keras buat negara yang menjamin keamanan dan keselamatan warga.

Berkaitan dengan kasus ini, Polres Pelabuhan Belawan, melalui Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) yang dipimpin AKP Zikri Muammar dinilai keluarga korban lambat dalam penanganan kasus begal yang terjadi di Desa Helvetia.

Tidak ada pencegahan ataupun upaya yang dilakukan reskrim ini, ataupun satuan terkait dalam menindak dan mencegah kasus ini tidak terjadi lagi.

Baru baru ini korban kecelakaan lalu lintas akibat begal yang terjadi di Jalan Veteran, Desa Helvetia, Kecamatan Labuhandeli, Kabupaten Deliserdang, Sabtu (10/6). Korbannya bernama Radityas Alfat (16) warga Jalan Bambu, Pasar 4, Desa Helvetia, Kecamatan Labuhan Deli.

Awalnya dari keterangan yang diperoleh, sebelum kejadian korban keluar rumah dengan menggunakan sepeda motor KLX miliknya untuk mencari makanan.

Saat sedang mengendarai motornya di Jalan Veteran tepatnya didepan Kantor Desa Helvetia. Sepeda motor korban bertabrakan dengan sepeda motor Vario yang dikendarai oleh M Fadli (19) warga Provinsi Riau dan Vicho Ananta Ginting (22) warga Bah Jambi Kabupaten Simalungun yang saat itu sedang dikejar oleh kawanan begal di daerah Jalan Kapt Sumarsono Akibat benturan yang sangat keras, kedua pengendara motor terpental sangat keras.

Korban Radityas Alfat sempat dirawat dirumah sakit terdekat, namun lantaran luka yang cukup parah nyawanya tak terselamatkan.

Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, AKP Zikri Muammar ketika dikonfirmasi oleh Sumut Pos, Jumat (16/6) tidak menanggapi, dan bahkan dalam beberapa hari terakhir ketika Sumut Pos mengunjungi kantor Sat Reskrim, sulit untuk ditemui.

Setelahnya itu juga, seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) bernama Insanul Anshori Hasibuan menjadi korban aksi keganasan begal di Jalan Mustafa, Kota Medan, Rabu dini hari, 14 Juni 2023. Berdasarkan informasi diperoleh, korban dibegal saat sedang mencari makan, sekitar pukul 03.00 WIB Dari kosnya di Jalan Pasar III, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan. Saat melintas di lokasi kejadian, Insanul yang dibonceng bersama temannya menggunakan sepeda motor dipepet pelaku menggunakan dua sepeda motor, yang membawa celurit.

Korban terjatuh dari sepeda motor setelah ditarik oleh pelaku. Diduga, pelaku menusukkan senjata tajam tersebut ke tubuh korban. Sedangkan rekan korban berhasil menyelamatkan diri.

Selanjutnya, mahasiswa semester 6 Ilmu Komunikasi FISIP UMSU itu dievakuasi korban warga sekitar ke rumah sakit terdekat. Namun, kondisi luka parah dialami kader mahasiswa itu membuat nyawanya tidak tertolong lagi dan meninggal dunia.

Menanggapi kasus begal ini, Founder Ethics of Care, Farid Wajdi kepada Sumut Pos di Medan, Jumat (16/6) mengatakan, hak rakyat untuk mendapatkan perlindungan dan keamanan dari negara para jagal jalanan itu perlu diperhatikan. Korban terus berjatuhan seiring dengan kian tingginya derajat keresahan masyarakat. Dalam kasus begal motor, polisi sebagai wakil negara hampir seperti mati langkah.

Menurutnya, seolah ketinggalan di tikungan, tangan polisi pun seperti tak pernah benar-benar mampu menjangkau kelompok begal yang tersebar. Paling baru dan sangat menyedihkan terkait kejahatan jalanan juga, ialah kasus pembegalan dengan korban mahasiswa hingga ada meninggal dunia, yakni Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Insanul Anshori Hasibuan, kemarin.

“Memang di dalam peristiwa pembegalan, umumnya, masyarakat sebagai sasaran (korban) tidak berdaya karena para pelaku begal menggunakan senjata tajam dan tak segan membunuh korban dengan sadis. Pelaku juga biasanya adalah sekelompok orang dengan sebutan geng motor, dan lain sebagainya,” imbuhnya.

Meningkatnya kasus kriminalitas, lanjut Farid, dipercaya oleh banyak pakar disebabkan banyak faktor, yakni sulitnya ekonomi dan narkoba. Orang yang sudah candu atau ketagihan narkoba harus menyediakan uang untuk membeli barang haram tersebut hingga akhirnya melakukan pembegalan.

Selain itu, sambungnya, faktor lemahnya hukum, ataupun keluarga yang rusak (broken home), maupun pendidikan yang belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Terbukti dari usia sebagian pelaku pembegalan adalah usia anak sekolahan atau di bawah umur. “Beragam faktor itulah yang dianggap menjadi alasan kuat maraknya aksi kriminalitas jalanan ini,” sebutnya.

Dia menilai, apapun itu, kampanye pemberantasan begal wajib terus dilaksanakan oleh semua pihak. Tidak hanya tugas kepolisian dan pemerintah. Tidak hanya menerapkan hukuman, tapi juga melakukan usaha preventif (pencegahan). “Menyelesaikan masalah begal dengan cara main hakim sendiri jelas tak dapat dibenarkan dari sisi hukum dan keadilan. Namun, itu berpotensi bakal terjadi bila polisi dan pemerintah selalu lemah atau terlambat melakukan pengamanan,” tegasnya.

Menurutnya, polisi jelas harus meningkatkan kinerjanya untuk memenuhi rasa aman publik. Tindakan terukur, tegas, masif dan rutin adalah kunci lain dalam mencegah korban begal berikutnya. Dan hal itu, memang tidak mudah. Apalagi dari sisi jumlah personel kepolisian Republik Indonesia (RI) masih jauh dari ideal. Belum lagi soal peningkatan profesionalisme Polri yang masih kerap ‘diganggu’ faktor politik.

Namun, bila pemerintah punya komitmen kuat untuk melindungi warganya, masalah itu mestinya dapat diatasi. Di sisi lain, dalam menjaga keamanan lingkungan, masyarakat pun tetap harus pegang peran. “Bila publik memandang kejahatan begal sudah menjadi penyakit yang mesti diberangus, sudah semestinya pula mereka memasang level kewaspadaan tinggi. Itu jauh lebih efektif dan beradab ketimbang menunggu begal beraksi dan kemudian menghukumnya sendiri,” katanya.

Farid juga mengingatkan, begal bukan sekadar masalah kriminal, para pelaku begal yang rata-rata berusia muda itu tumbuh menjadi liar karena faktor lingkungan dan masalah sosial. Begal, harus diakui, ialah kriminalitas yang berbalut masalah sosial-ekonomi. Karena itu, solusi komprehensif menjangkau ranah sosial-ekonomi juga menjadi bagian dari strategi.(dwi/azw)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Berita pembegalan terus mengisi ruang publik di tengah hiruk pikuk masalah ekonomi, hukum, dan politik di negeri ini. Kehadirannya menjadi tamparan keras buat negara yang menjamin keamanan dan keselamatan warga.

Berkaitan dengan kasus ini, Polres Pelabuhan Belawan, melalui Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) yang dipimpin AKP Zikri Muammar dinilai keluarga korban lambat dalam penanganan kasus begal yang terjadi di Desa Helvetia.

Tidak ada pencegahan ataupun upaya yang dilakukan reskrim ini, ataupun satuan terkait dalam menindak dan mencegah kasus ini tidak terjadi lagi.

Baru baru ini korban kecelakaan lalu lintas akibat begal yang terjadi di Jalan Veteran, Desa Helvetia, Kecamatan Labuhandeli, Kabupaten Deliserdang, Sabtu (10/6). Korbannya bernama Radityas Alfat (16) warga Jalan Bambu, Pasar 4, Desa Helvetia, Kecamatan Labuhan Deli.

Awalnya dari keterangan yang diperoleh, sebelum kejadian korban keluar rumah dengan menggunakan sepeda motor KLX miliknya untuk mencari makanan.

Saat sedang mengendarai motornya di Jalan Veteran tepatnya didepan Kantor Desa Helvetia. Sepeda motor korban bertabrakan dengan sepeda motor Vario yang dikendarai oleh M Fadli (19) warga Provinsi Riau dan Vicho Ananta Ginting (22) warga Bah Jambi Kabupaten Simalungun yang saat itu sedang dikejar oleh kawanan begal di daerah Jalan Kapt Sumarsono Akibat benturan yang sangat keras, kedua pengendara motor terpental sangat keras.

Korban Radityas Alfat sempat dirawat dirumah sakit terdekat, namun lantaran luka yang cukup parah nyawanya tak terselamatkan.

Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, AKP Zikri Muammar ketika dikonfirmasi oleh Sumut Pos, Jumat (16/6) tidak menanggapi, dan bahkan dalam beberapa hari terakhir ketika Sumut Pos mengunjungi kantor Sat Reskrim, sulit untuk ditemui.

Setelahnya itu juga, seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) bernama Insanul Anshori Hasibuan menjadi korban aksi keganasan begal di Jalan Mustafa, Kota Medan, Rabu dini hari, 14 Juni 2023. Berdasarkan informasi diperoleh, korban dibegal saat sedang mencari makan, sekitar pukul 03.00 WIB Dari kosnya di Jalan Pasar III, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan. Saat melintas di lokasi kejadian, Insanul yang dibonceng bersama temannya menggunakan sepeda motor dipepet pelaku menggunakan dua sepeda motor, yang membawa celurit.

Korban terjatuh dari sepeda motor setelah ditarik oleh pelaku. Diduga, pelaku menusukkan senjata tajam tersebut ke tubuh korban. Sedangkan rekan korban berhasil menyelamatkan diri.

Selanjutnya, mahasiswa semester 6 Ilmu Komunikasi FISIP UMSU itu dievakuasi korban warga sekitar ke rumah sakit terdekat. Namun, kondisi luka parah dialami kader mahasiswa itu membuat nyawanya tidak tertolong lagi dan meninggal dunia.

Menanggapi kasus begal ini, Founder Ethics of Care, Farid Wajdi kepada Sumut Pos di Medan, Jumat (16/6) mengatakan, hak rakyat untuk mendapatkan perlindungan dan keamanan dari negara para jagal jalanan itu perlu diperhatikan. Korban terus berjatuhan seiring dengan kian tingginya derajat keresahan masyarakat. Dalam kasus begal motor, polisi sebagai wakil negara hampir seperti mati langkah.

Menurutnya, seolah ketinggalan di tikungan, tangan polisi pun seperti tak pernah benar-benar mampu menjangkau kelompok begal yang tersebar. Paling baru dan sangat menyedihkan terkait kejahatan jalanan juga, ialah kasus pembegalan dengan korban mahasiswa hingga ada meninggal dunia, yakni Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Insanul Anshori Hasibuan, kemarin.

“Memang di dalam peristiwa pembegalan, umumnya, masyarakat sebagai sasaran (korban) tidak berdaya karena para pelaku begal menggunakan senjata tajam dan tak segan membunuh korban dengan sadis. Pelaku juga biasanya adalah sekelompok orang dengan sebutan geng motor, dan lain sebagainya,” imbuhnya.

Meningkatnya kasus kriminalitas, lanjut Farid, dipercaya oleh banyak pakar disebabkan banyak faktor, yakni sulitnya ekonomi dan narkoba. Orang yang sudah candu atau ketagihan narkoba harus menyediakan uang untuk membeli barang haram tersebut hingga akhirnya melakukan pembegalan.

Selain itu, sambungnya, faktor lemahnya hukum, ataupun keluarga yang rusak (broken home), maupun pendidikan yang belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Terbukti dari usia sebagian pelaku pembegalan adalah usia anak sekolahan atau di bawah umur. “Beragam faktor itulah yang dianggap menjadi alasan kuat maraknya aksi kriminalitas jalanan ini,” sebutnya.

Dia menilai, apapun itu, kampanye pemberantasan begal wajib terus dilaksanakan oleh semua pihak. Tidak hanya tugas kepolisian dan pemerintah. Tidak hanya menerapkan hukuman, tapi juga melakukan usaha preventif (pencegahan). “Menyelesaikan masalah begal dengan cara main hakim sendiri jelas tak dapat dibenarkan dari sisi hukum dan keadilan. Namun, itu berpotensi bakal terjadi bila polisi dan pemerintah selalu lemah atau terlambat melakukan pengamanan,” tegasnya.

Menurutnya, polisi jelas harus meningkatkan kinerjanya untuk memenuhi rasa aman publik. Tindakan terukur, tegas, masif dan rutin adalah kunci lain dalam mencegah korban begal berikutnya. Dan hal itu, memang tidak mudah. Apalagi dari sisi jumlah personel kepolisian Republik Indonesia (RI) masih jauh dari ideal. Belum lagi soal peningkatan profesionalisme Polri yang masih kerap ‘diganggu’ faktor politik.

Namun, bila pemerintah punya komitmen kuat untuk melindungi warganya, masalah itu mestinya dapat diatasi. Di sisi lain, dalam menjaga keamanan lingkungan, masyarakat pun tetap harus pegang peran. “Bila publik memandang kejahatan begal sudah menjadi penyakit yang mesti diberangus, sudah semestinya pula mereka memasang level kewaspadaan tinggi. Itu jauh lebih efektif dan beradab ketimbang menunggu begal beraksi dan kemudian menghukumnya sendiri,” katanya.

Farid juga mengingatkan, begal bukan sekadar masalah kriminal, para pelaku begal yang rata-rata berusia muda itu tumbuh menjadi liar karena faktor lingkungan dan masalah sosial. Begal, harus diakui, ialah kriminalitas yang berbalut masalah sosial-ekonomi. Karena itu, solusi komprehensif menjangkau ranah sosial-ekonomi juga menjadi bagian dari strategi.(dwi/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/