28.9 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Pak Polisi, jadi Siapa yang Salah, Klub Moge atau Elanto?

Elanto Wijoyono menghadang konvoi pengendara moge yang menerobos lampu lalulintas di Jogjakarta.
Elanto Wijoyono menghadang konvoi pengendara moge yang menerobos lampu lalulintas di Jogjakarta.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Mabes Polri kembali menegaskan bahwa upaya kepolisian memberikan pengawalan kepada klub motor gede (moge) saat Indonesia Bikers Week, di Yogyakarta, semata-mata demi kelancaran lalu lintas.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Agus Rianto menegaskan, selama ini tugas polisi memberikan pengawalan kepada aktivitas masyarakat. Dia mencontohkan, rombongan tim sepakbola, supertor, pawai karnaval, pengunjuk rasa, semuanya dikawal.

“Bukan hanya rombongan moge saja, tidak. Pawai sepeda pun kami kawal,” kata Agus di Mabes Polri, Senin (17/8).

Hal ini dikatakan Agus menanggapi insiden penghadangan oleh pesepeda Elanto Wijoyono terhadap rombongan moge karena diangga melanggar traffic light di Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (15/8) lalu.

Agus menjelaskan, saat di Yogyakarta itu rombongan moge dibagi atau dibelah karena pesertanya ramai. Upaya itu dilakukan agar lalu lintas tidak terganggu.  Karena sudah terpotong, maka rombongan di belakang tiba-tiba disetop oleh pesepeda. “Mereka dikawal supaya lancar dan tertib,” katanya.

Dia mengatakan, kalau ada pengawalan artinya ada yang diperlukan oleh rombongan tersebut. Karenanya, ia meminta pemahaman dari masyarakat. “Mohon kesempatan didahului, biar rombongan dan masyarakat bisa melaksanakan aktivitas dengan lancar,” ujar Agus.

Ia menegaskan, dalam persoalan ini tidak menyalahkan maupun membela klub moge atau penyetop. Dia pun mengaku tidak mengetahui apakah ada motif lain dari upaya yang dilakukan penyetop rombongan itu. “Itu masih kami koordinasikan dengan teman-teman di Yogyakarta,” katanya.

Yang jelas, Agus  mengatakan, Polri ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa menyetop iring-iringan kendaraan itu berbahaya.

“Kalau ada yang perlu dikomunikasikan, kami siap berkomunikasi, daripada melakukan hal yang membahayakan. Kami berikan pemahaman kepada masyarakat bahwa yang dilakukan berbahaya baik bagi diri maupun orang lain. Kami tidak salahkan siapapun,” timpalnya. (boy)

Elanto Wijoyono menghadang konvoi pengendara moge yang menerobos lampu lalulintas di Jogjakarta.
Elanto Wijoyono menghadang konvoi pengendara moge yang menerobos lampu lalulintas di Jogjakarta.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Mabes Polri kembali menegaskan bahwa upaya kepolisian memberikan pengawalan kepada klub motor gede (moge) saat Indonesia Bikers Week, di Yogyakarta, semata-mata demi kelancaran lalu lintas.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Agus Rianto menegaskan, selama ini tugas polisi memberikan pengawalan kepada aktivitas masyarakat. Dia mencontohkan, rombongan tim sepakbola, supertor, pawai karnaval, pengunjuk rasa, semuanya dikawal.

“Bukan hanya rombongan moge saja, tidak. Pawai sepeda pun kami kawal,” kata Agus di Mabes Polri, Senin (17/8).

Hal ini dikatakan Agus menanggapi insiden penghadangan oleh pesepeda Elanto Wijoyono terhadap rombongan moge karena diangga melanggar traffic light di Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (15/8) lalu.

Agus menjelaskan, saat di Yogyakarta itu rombongan moge dibagi atau dibelah karena pesertanya ramai. Upaya itu dilakukan agar lalu lintas tidak terganggu.  Karena sudah terpotong, maka rombongan di belakang tiba-tiba disetop oleh pesepeda. “Mereka dikawal supaya lancar dan tertib,” katanya.

Dia mengatakan, kalau ada pengawalan artinya ada yang diperlukan oleh rombongan tersebut. Karenanya, ia meminta pemahaman dari masyarakat. “Mohon kesempatan didahului, biar rombongan dan masyarakat bisa melaksanakan aktivitas dengan lancar,” ujar Agus.

Ia menegaskan, dalam persoalan ini tidak menyalahkan maupun membela klub moge atau penyetop. Dia pun mengaku tidak mengetahui apakah ada motif lain dari upaya yang dilakukan penyetop rombongan itu. “Itu masih kami koordinasikan dengan teman-teman di Yogyakarta,” katanya.

Yang jelas, Agus  mengatakan, Polri ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa menyetop iring-iringan kendaraan itu berbahaya.

“Kalau ada yang perlu dikomunikasikan, kami siap berkomunikasi, daripada melakukan hal yang membahayakan. Kami berikan pemahaman kepada masyarakat bahwa yang dilakukan berbahaya baik bagi diri maupun orang lain. Kami tidak salahkan siapapun,” timpalnya. (boy)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/