30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Cuaca Buruk Nelayan Belawan Takut Melaut

BELAWAN- Kondisi cuaca buruk dan tingginya gelombang laut disertai angin kencang, di Kawasan perairan Timur Sumatera Utara, selama sepekan terakhir membuat ratusan kapal nelayan tradisional dan modern takut melaut. Mereka berhenti sementara waktu melakukan penangkapan ikan guna menghindari terjadinya kecelakaan di laut akibat dari cuaca ekstrim.

“Sebagian besar kapal nelayan disini tidak berangkat melaut, karena hingga saat ini ombak masih tinggi dan sangat membahayakan keselamatan kami para nelayan. Begitupun ada juga beberapa kapal nelayan yang tetap memberanikan diri untuk tetap melaut,” kata, Amsaruddin (52) seorang nelayan pukat (jaring) layang di Belawan, Minggu (16/9) kemarin.

Menurutnya, ombak diperairan saat ini mencapai dua meter, dan kondisi tersebut sudah berlangsung selama sepekan. “Kalau sudah angin kencang ombakpun pasti besar (tinggi), dampaknya pendapatan nelayan jadi berkurang, selain itu ikan juga akan mahal harganya,” ungkapnya.

Terpisah, Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Medan, Abdul Rahman mengimbau kepada kalangan nelayan tradisional agar tetap waspada atau menunda keberangkatan melaut di tengah situasi buruknya cuaca dan tingginya gelombang.

“Cuaca buruk seperti hujan, angin kencang disertai gelombang tinggi belakangan ini masih sering terjadi, untuk itu kita menghimbau nelayan untuk menunda sementara waktu dalam melakukan penangkapan ikan di laut,” kata, Abdul Rahman.

Angin kencang di perairan tersebut lanjut dia, biasanya berpotensi menyebabkan tingginya gelombang laut.  “Posisi gelombang laut di atas normal jelas sangat membahayakan para nelayan tradisional yang mengandalkan perahu atau kepal kecil berbobot dibawah 10 gross ton (GT),” ucapnya.

Peningkatan jumlah kapal ikan yang menunda melaut membuat pasokan ikan dan udang berkurang di sentra perdagangan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Gabion Belawan. “Stok ikan memang berkurang dan harga pun naik,” ujar, Dedi (34) pedagang ikan di PPS Gabion Belawan.

Disebutkannya, untuk memenuhi kekurangan pasokan ikan lokal yang akan dijual ke pasaran, tak jarang para pedagang mendapatkan pasokan ikan impor dari beberapa pengusahan ikan impor di Belawan.

“Kami belum bisa memastikan kapan pasokan ikan ke pusat pelelangan di Pelabuhan Perikanan Gabion Belawan ini akan kembali normal. Maka untuk menutupi kekurangan, para pedagang terpaksa membeli ikan impor kotakan untuk kembali dijual ke konsumen di pasar tradisional,” sebutnya.(mag-17)
Untuk diketahui, sedikitnya sekitar 24.365.000 kilogram ikan impor diduga berpengawet telah dipasok ke Sumut melalui Pelabuhan Belawan. Ikan-ikan asal luar negeri yang sedianya untuk kebutuhan sejumlah pabrik coolstroge serta usaha pemindangan tersebut masuk ke Belawan setelah dikirim oleh 16 perusahaan importir di daerah ini.

“Kalau mengandung zat pengawet pasti ada, itu bukan rahasia umum lagi, karena proses pengiriman oleh importir dari asal negaranya disana sudah memakan waktu berapa hari, sebelum nantinya dikirim ke Belawan. Dan begitu sampai di Belawan kan nggak langsung dibongkar, pasti harus melalui proses lagi, tentunya akan memakan waktu lagi,” cetus para pedagang.(mag-17)

BELAWAN- Kondisi cuaca buruk dan tingginya gelombang laut disertai angin kencang, di Kawasan perairan Timur Sumatera Utara, selama sepekan terakhir membuat ratusan kapal nelayan tradisional dan modern takut melaut. Mereka berhenti sementara waktu melakukan penangkapan ikan guna menghindari terjadinya kecelakaan di laut akibat dari cuaca ekstrim.

“Sebagian besar kapal nelayan disini tidak berangkat melaut, karena hingga saat ini ombak masih tinggi dan sangat membahayakan keselamatan kami para nelayan. Begitupun ada juga beberapa kapal nelayan yang tetap memberanikan diri untuk tetap melaut,” kata, Amsaruddin (52) seorang nelayan pukat (jaring) layang di Belawan, Minggu (16/9) kemarin.

Menurutnya, ombak diperairan saat ini mencapai dua meter, dan kondisi tersebut sudah berlangsung selama sepekan. “Kalau sudah angin kencang ombakpun pasti besar (tinggi), dampaknya pendapatan nelayan jadi berkurang, selain itu ikan juga akan mahal harganya,” ungkapnya.

Terpisah, Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Medan, Abdul Rahman mengimbau kepada kalangan nelayan tradisional agar tetap waspada atau menunda keberangkatan melaut di tengah situasi buruknya cuaca dan tingginya gelombang.

“Cuaca buruk seperti hujan, angin kencang disertai gelombang tinggi belakangan ini masih sering terjadi, untuk itu kita menghimbau nelayan untuk menunda sementara waktu dalam melakukan penangkapan ikan di laut,” kata, Abdul Rahman.

Angin kencang di perairan tersebut lanjut dia, biasanya berpotensi menyebabkan tingginya gelombang laut.  “Posisi gelombang laut di atas normal jelas sangat membahayakan para nelayan tradisional yang mengandalkan perahu atau kepal kecil berbobot dibawah 10 gross ton (GT),” ucapnya.

Peningkatan jumlah kapal ikan yang menunda melaut membuat pasokan ikan dan udang berkurang di sentra perdagangan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Gabion Belawan. “Stok ikan memang berkurang dan harga pun naik,” ujar, Dedi (34) pedagang ikan di PPS Gabion Belawan.

Disebutkannya, untuk memenuhi kekurangan pasokan ikan lokal yang akan dijual ke pasaran, tak jarang para pedagang mendapatkan pasokan ikan impor dari beberapa pengusahan ikan impor di Belawan.

“Kami belum bisa memastikan kapan pasokan ikan ke pusat pelelangan di Pelabuhan Perikanan Gabion Belawan ini akan kembali normal. Maka untuk menutupi kekurangan, para pedagang terpaksa membeli ikan impor kotakan untuk kembali dijual ke konsumen di pasar tradisional,” sebutnya.(mag-17)
Untuk diketahui, sedikitnya sekitar 24.365.000 kilogram ikan impor diduga berpengawet telah dipasok ke Sumut melalui Pelabuhan Belawan. Ikan-ikan asal luar negeri yang sedianya untuk kebutuhan sejumlah pabrik coolstroge serta usaha pemindangan tersebut masuk ke Belawan setelah dikirim oleh 16 perusahaan importir di daerah ini.

“Kalau mengandung zat pengawet pasti ada, itu bukan rahasia umum lagi, karena proses pengiriman oleh importir dari asal negaranya disana sudah memakan waktu berapa hari, sebelum nantinya dikirim ke Belawan. Dan begitu sampai di Belawan kan nggak langsung dibongkar, pasti harus melalui proses lagi, tentunya akan memakan waktu lagi,” cetus para pedagang.(mag-17)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/