30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Lantainya Goyang, Pondasi Tak Kokoh

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Seorang pria berdiri di bawah bagunan yang akan dijadikan lokasi pedagang buku di sisi timur lapangan Merdeka Medan..

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Konstruksi bangunan kios pedagang buku di sisi Timur Lapangan Merdeka, Jalan Stasiun Kereta Api Medan dipertanyakan. Pasalnya, ketahanan bangunan untuk 180 pedagang, buku dan pengunjung yang datang ke sana, dikhawatirkan tidak sanggup menampung. Apalagi nanti bakal memasuki tahun ajaran baru sekolah, buku-buku bekas di lokasi tersebut bakal ramai dikunjungi.

Dewi, seorang warga Kota Medan, saat mendatangi tempat itu untuk mencari buku-buku bekas, mengaku takut berjalan di atas lantai dari kios-kios buku di sana. Lantai yang ia pijak terasa tidak kokoh dan goyang. “Saya jadi tidak nyaman saat ingin belanja buku di sana (sisi timur Lapangan Merdeka). Ada perasaan khawatir dan was-was karena lantainya tidak kokoh,” ujarnya kepada Sumut Pos, Selasa (17/1).

Menurut amatannya, saat melihat dari bawah (bagian parkir dari sisi timur), pijakan kaki orang terlihat jelas di lantai 2 dari kios-kios tersebut. “Aku pikir awalnya mungkin karena berada di atas maka terasa goyang, tetapi ketika melihat dari bawah terlihat kaki orang berjalan dari lantai atas itu,” ungkap warga yang berdomisili di Jalan Setia Budi itu.

Tak hanya warga Medan, Ida, pedagang buku bekas juga mengaku hal demikian. Menurutnya bangunan itu seperti tidak sesuai sepesifikasi pekerjaan. Bahkan diungkapkan dia, bahwa pernah ada ahli konstruksi bangunan saat melihat hasil pekerjaan tersebut, mengaku pembangunan yang menghabiskan anggaran Rp10 miliar dari APDB itu, tidak sampai segitu. “Menurut dia idealnya hanya habis Rp600 juta untuk pembangunan. Apalagi dilihat dari bahan-bahan bangunan yang dipakai,” beber Ida.

Dia mengaku cukup khawatir dengan konstruksi bangunan yang sekarang ini. Di mana selain pondasinya tidak kokoh, tiang-tiang penyanggah juga disinyalir tidak kuat. Apalagi saat ini belum semua pedagang pindah ke lokasi tersebut. “Buku-buku dagangan ini beratnya juga luar biasa. Belum lagi kalau nanti pengunjung ramai datang di sini. Tentu akan semakin menambah bobot atau beban di lantai dua ini,” katanya.

Bahkan, beber Ida, kios yang ada saat ini kebanyakan menjadi gudang buku oleh pemilik kios. “Bayangkanlah kalau semua kios jadi gudang buku, bukan untuk didagangkan, kan sayang kiosnya. Mending itu dikocok ulang lagi saja,” kata Ida yang juga pengurus salah satu kelompok pedagang buku bekas Lapangan Merdeka.

Ketua Persatuan Pedagang Buku Bekas Lapangan Merdeka (P2BLM), Nelson Marpaung, mengatakan Pemko Medan sudah menjamin ketahanan bangunan kios buku tersebut. Jaminan ini disampaikan Pemko, saat para pedagang, Pemko Medan, PT. KAI beserta Komnas HAM yang memediasi persoalan relokasi pada 2015 lalu. “Pemko melalui Dinas Perkim sudah menyatakan dan menggaransi ketahan konstruksi bangunan di hadapan Komnas HAM. Dan Komnas HAM mengamini bahwa bangunan itu sudah laik,” katanya.

Namun Nelson tak menampik, bahwa pembangunan atau revitalisasi pedagang buku bekas di lantai 2 sisi timur Lapangan Merdeka, terkesan dipaksanakan untuk dibangun. “Kalau itu saya akui, kalaulah dulu kami tidak berjuang meminta revitalisasi, mungkin saja itu tidak terbangun,” katanya.

Secara pribadi dirinya tidak khawatir akan ketahanan bangunan itu. Hal itu dikarenakan adanya garansi dari Dinas Perkim Kota Medan. “Awalnya itu mau dibangun sebagai lokasi parkir saja. Karena dekat dengan Stasiun Kereta Api dan Railink. Dan pada masa Pak Abdillah pun, kami harusnya ditempatkan di Jalan Merak Jingga, bukan di sisi timur,” ungkap dia.

Diketahui, pembangunan revitalisasi kios pedagang buku bekas selesai pada 2015. Sedikitnya Rp10 miliar dari APBD Medan terpakai untuk pembangunan itu. Sedangkan pembangunan skybridge menghabiskan biaya senilai Rp18 miliar pada TA 2013 dan 2014.

“Dana Rp10 M untuk pembangunan kios buku itu, kalau saya tidak salah juga buat peruntukkan lokasi parkir sisi timur. Jadi memang cukup besar biaya untuk pembangunan tersebut. Makanya kami berharap, dengan biaya yang besar tersebut konstruksi bangunan bisa tahan lama,” pungkas Nelson. (prn/ila)

 

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Seorang pria berdiri di bawah bagunan yang akan dijadikan lokasi pedagang buku di sisi timur lapangan Merdeka Medan..

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Konstruksi bangunan kios pedagang buku di sisi Timur Lapangan Merdeka, Jalan Stasiun Kereta Api Medan dipertanyakan. Pasalnya, ketahanan bangunan untuk 180 pedagang, buku dan pengunjung yang datang ke sana, dikhawatirkan tidak sanggup menampung. Apalagi nanti bakal memasuki tahun ajaran baru sekolah, buku-buku bekas di lokasi tersebut bakal ramai dikunjungi.

Dewi, seorang warga Kota Medan, saat mendatangi tempat itu untuk mencari buku-buku bekas, mengaku takut berjalan di atas lantai dari kios-kios buku di sana. Lantai yang ia pijak terasa tidak kokoh dan goyang. “Saya jadi tidak nyaman saat ingin belanja buku di sana (sisi timur Lapangan Merdeka). Ada perasaan khawatir dan was-was karena lantainya tidak kokoh,” ujarnya kepada Sumut Pos, Selasa (17/1).

Menurut amatannya, saat melihat dari bawah (bagian parkir dari sisi timur), pijakan kaki orang terlihat jelas di lantai 2 dari kios-kios tersebut. “Aku pikir awalnya mungkin karena berada di atas maka terasa goyang, tetapi ketika melihat dari bawah terlihat kaki orang berjalan dari lantai atas itu,” ungkap warga yang berdomisili di Jalan Setia Budi itu.

Tak hanya warga Medan, Ida, pedagang buku bekas juga mengaku hal demikian. Menurutnya bangunan itu seperti tidak sesuai sepesifikasi pekerjaan. Bahkan diungkapkan dia, bahwa pernah ada ahli konstruksi bangunan saat melihat hasil pekerjaan tersebut, mengaku pembangunan yang menghabiskan anggaran Rp10 miliar dari APDB itu, tidak sampai segitu. “Menurut dia idealnya hanya habis Rp600 juta untuk pembangunan. Apalagi dilihat dari bahan-bahan bangunan yang dipakai,” beber Ida.

Dia mengaku cukup khawatir dengan konstruksi bangunan yang sekarang ini. Di mana selain pondasinya tidak kokoh, tiang-tiang penyanggah juga disinyalir tidak kuat. Apalagi saat ini belum semua pedagang pindah ke lokasi tersebut. “Buku-buku dagangan ini beratnya juga luar biasa. Belum lagi kalau nanti pengunjung ramai datang di sini. Tentu akan semakin menambah bobot atau beban di lantai dua ini,” katanya.

Bahkan, beber Ida, kios yang ada saat ini kebanyakan menjadi gudang buku oleh pemilik kios. “Bayangkanlah kalau semua kios jadi gudang buku, bukan untuk didagangkan, kan sayang kiosnya. Mending itu dikocok ulang lagi saja,” kata Ida yang juga pengurus salah satu kelompok pedagang buku bekas Lapangan Merdeka.

Ketua Persatuan Pedagang Buku Bekas Lapangan Merdeka (P2BLM), Nelson Marpaung, mengatakan Pemko Medan sudah menjamin ketahanan bangunan kios buku tersebut. Jaminan ini disampaikan Pemko, saat para pedagang, Pemko Medan, PT. KAI beserta Komnas HAM yang memediasi persoalan relokasi pada 2015 lalu. “Pemko melalui Dinas Perkim sudah menyatakan dan menggaransi ketahan konstruksi bangunan di hadapan Komnas HAM. Dan Komnas HAM mengamini bahwa bangunan itu sudah laik,” katanya.

Namun Nelson tak menampik, bahwa pembangunan atau revitalisasi pedagang buku bekas di lantai 2 sisi timur Lapangan Merdeka, terkesan dipaksanakan untuk dibangun. “Kalau itu saya akui, kalaulah dulu kami tidak berjuang meminta revitalisasi, mungkin saja itu tidak terbangun,” katanya.

Secara pribadi dirinya tidak khawatir akan ketahanan bangunan itu. Hal itu dikarenakan adanya garansi dari Dinas Perkim Kota Medan. “Awalnya itu mau dibangun sebagai lokasi parkir saja. Karena dekat dengan Stasiun Kereta Api dan Railink. Dan pada masa Pak Abdillah pun, kami harusnya ditempatkan di Jalan Merak Jingga, bukan di sisi timur,” ungkap dia.

Diketahui, pembangunan revitalisasi kios pedagang buku bekas selesai pada 2015. Sedikitnya Rp10 miliar dari APBD Medan terpakai untuk pembangunan itu. Sedangkan pembangunan skybridge menghabiskan biaya senilai Rp18 miliar pada TA 2013 dan 2014.

“Dana Rp10 M untuk pembangunan kios buku itu, kalau saya tidak salah juga buat peruntukkan lokasi parkir sisi timur. Jadi memang cukup besar biaya untuk pembangunan tersebut. Makanya kami berharap, dengan biaya yang besar tersebut konstruksi bangunan bisa tahan lama,” pungkas Nelson. (prn/ila)

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/