Komunitas IS didirikan atas inisiatif Atit Dwi Indarty yang terinspirasi setelah sering membuka blog urbansketchers.org, situs komunitas sketchers dari seluruh dunia.
’’Di situs sketchers itu ternyata ada satu kontributor dari Indonesia, yakni Mas Chedar (Dar Chedar, Red). Dari situlah, Atit kemudian termotivasi untuk mendirikan IS,” kata Donald. Atit saat ini sedang bersiap untuk kelahiran anak pertama.
Dalam perjalanannya, acara live sketching atau menggambar dengan mengamati objek langsung menjadi ciri utama komunitas IS. Kegiatan itu dilakukan secara rutin sebulan sekali.
”Di luar gathering, biasanya anggota hampir setiap hari nyeket sendiri-sendiri,” ujarnya.
Hasil sketsa para anggota wajib diceritakan pada akhir acara kopdar (kopi darat). Tidak untuk dinilai baik atau buruk. Tapi, setiap anggota diharapkan mau berbagi ilmu untuk bisa menutupi kekurangan anggota yang lain.
”Jadi, anggota IS itu adalah guru sekaligus murid,” jelasnya. Anggota IS terus bertambah. Kini jumlahnya mencapai 300 orang dan tersebar di 10 kota. Yakni, Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Medan, Pekanbaru, Balikpapan, Samarinda, dan Makassar. Setiap hari sedikitnya lima sketsa muncul di Facebook IS.
’Facebook kami ternyata banyak follower-nya. Jumlahnya 14 ribuan. Artinya, sketsa karya anggota IS banyak diapresiasi follower,’’ kata Donald.
Pada 2012, IS mulai memberdayakan karya para anggota. Mereka diminta untuk mengirimkan hasil sketsa terbaiknya dalam bentuk digital dengan resolusi tinggi. ’’Sketsa itu kami bikin merchandise berbentuk kartu pos atau kami cetak dalam ukuran besar yang layak untuk dijual,’’ kata Donald.
Sebagian hasil penjualan karya itu diberikan kepada anggota sebagai kredit. Selain dijual, sketsa para anggota dipamerkan di berbagai event seni atau bazar.
”Saat ada Kota Tua Creative Festival 2013, kami buka stan. Ternyata, banyak pengunjung yang tertarik. Salah satunya seorang bule,” cerita Donald.