29 C
Medan
Friday, March 21, 2025

Alamak… Pengungsi Asing di Medan jadi Gigolo

“Mereka posting di media sosial, memberitahu teman-temannya masuk Indonesia murah, mudah, enak bahkan bisa sukses punya usaha. Maka, berdatanganlah mereka dengan jumlah yang lebih banyak lagi ke negeri kita,” katanya.

Dengan tameng Konvensi Hak Azasi Manusia (HAM), Indonesia diharuskan menerima para pengungsi. Padahal secara sosial budaya masyarakat Medan khususnya remaja putri sudah mulai terpengaruh dengan keberadaan pria-pria berhidung mancung dari negara luar.

Rufino Barus mengatakan banyak imigran gelap yang berkeliaran di Medan bahkan di diskotek dan klub malam. Bahkan, pernah terjadi perkosaan terhadap perempuan di Medan oleh imigran gelap.

“Semakin lama mereka dibiarkan di Medan, semakin hancur budaya timur kita. Mereka mulai merayu anak-anak gadis kita,” katanya.

Untuk itu, hal ini perlu dibahas serius dengan Pemko Medan, Imigrasi dan Polda Sumut agar ada solusi dan pencegahan membludaknya para pendatang haram di Medan.

“Kita umpamakan seperti pohon, kalau masih kecil masih gampang kita mencabutnya. Tapi kalau sudah mengakar akan sulit kita tumbangkan. Untuk itu perlu tidakan cepat dari pemerintah untuk menindak para imigran gelap ini. Ini masih imigran Timur Tengah, sementara banyak lagi imigran yang berasal dari Tiongkok yang tidak terdeteksi. Berpuluh tahun tinggal di Indonesia tidak bisa berbahasa Indonesia, itu datang dari mana,” kata Ruffino.

Ia meminta, DPRD Medan khususnya Komisi A, bisa menginisiasi tim atau panitia khusus untuk menyelesaikan persoalan ini. “Jadi kita minta DPRD Medan mengusulkan pembentukan pansus untuk mengusut imigran gelap. Kalau bisa kita membuat tempat khusus bagi imigran, jangan dicampur aduk dengan warga kita,” katanya.

“Mereka posting di media sosial, memberitahu teman-temannya masuk Indonesia murah, mudah, enak bahkan bisa sukses punya usaha. Maka, berdatanganlah mereka dengan jumlah yang lebih banyak lagi ke negeri kita,” katanya.

Dengan tameng Konvensi Hak Azasi Manusia (HAM), Indonesia diharuskan menerima para pengungsi. Padahal secara sosial budaya masyarakat Medan khususnya remaja putri sudah mulai terpengaruh dengan keberadaan pria-pria berhidung mancung dari negara luar.

Rufino Barus mengatakan banyak imigran gelap yang berkeliaran di Medan bahkan di diskotek dan klub malam. Bahkan, pernah terjadi perkosaan terhadap perempuan di Medan oleh imigran gelap.

“Semakin lama mereka dibiarkan di Medan, semakin hancur budaya timur kita. Mereka mulai merayu anak-anak gadis kita,” katanya.

Untuk itu, hal ini perlu dibahas serius dengan Pemko Medan, Imigrasi dan Polda Sumut agar ada solusi dan pencegahan membludaknya para pendatang haram di Medan.

“Kita umpamakan seperti pohon, kalau masih kecil masih gampang kita mencabutnya. Tapi kalau sudah mengakar akan sulit kita tumbangkan. Untuk itu perlu tidakan cepat dari pemerintah untuk menindak para imigran gelap ini. Ini masih imigran Timur Tengah, sementara banyak lagi imigran yang berasal dari Tiongkok yang tidak terdeteksi. Berpuluh tahun tinggal di Indonesia tidak bisa berbahasa Indonesia, itu datang dari mana,” kata Ruffino.

Ia meminta, DPRD Medan khususnya Komisi A, bisa menginisiasi tim atau panitia khusus untuk menyelesaikan persoalan ini. “Jadi kita minta DPRD Medan mengusulkan pembentukan pansus untuk mengusut imigran gelap. Kalau bisa kita membuat tempat khusus bagi imigran, jangan dicampur aduk dengan warga kita,” katanya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru