MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi pembantaian Desvia Wardani (36) yang dilakukan adik iparnya, Syahrian alias Ijan (30) di kediamannya di Jl. Karya Baru II Medan Helvetia, Rabu (15/10) kemarin, dicurigai ada motif lain. Polsek Helvetia pun mulai menyelidiki isi komunikasi antara korban dan pelaku yang terekam di handphone keduanya sebelum peristiwa berlangsung.
Kapolsek Helvetia, AKP Ronni Bonic mengatakan, sempat mendapat kesulitan atas komunikasi korban dan pelaku yang tertera di pesan singkat. Pasalnya, antara korban dan pelaku menggunakan Bahasa Mandailing.
“Sampai saat ini, kita belum mengetahui apa motifnya. Makanya, kita menyelidikinya dari handphone korban dan pelaku. Tapi, lantaran pakai bahasa Mandailing, kita kesulitan. Saat ini, percakapan mereka sedang diselidiki penyidik yang mengerti bahasa tersebut,” ucapnya, Jumat (17/10).
Tambah Ronni, informasi dihimpun, pembantaian dipicu peminjaman sepeda motor serta adanya pertengkaran antara Ijan dan istrinya Leli. Hanya saja hal itu belum bisa dijadikan patokan menjadi motif atas aksi tersebut. Keterangan korban selamat, Riston (24), tidak ada pertikaian seperti diinfokan di lokasi kejadian.
“Riston mengaku tidak ada keributan di kediaman tersebut sebelum aksi berlangsung. Tapi dia mengakui disuruh pelaku membeli baut. Dan dia pun mencarinya menggunakan sepeda motor Vario. Lantaran sudah malam, dia tidak menemukan baut tersebut,” ungkapnya.
Alhasil, beber perwira berpangkat 3 balok emas di pundaknya ini mengatakan, Riston pun kemudian pulang ke kediamannya sekira pukul 22.00 wib. Saat itu, Riston mengaku kalau lampu di dalam rumah bernomor 8 tersebut dalam kondisi mati.
“Usai memarkirkan sepeda motornya. Dia kemudian masuk ke dalam rumah tersebut. Dan sebaik masuk di dalam rumah tersebut, dirinya pun langsung dipukul pelaku dengan balok hingga dia tersungkur,” terangnya.
Sementara itu, tambah Ronni, dari keterangan korban yang juga selamat, Lini menyebutkan sekira pukul 20.00 wib dirinya dan Desvia sudah tidur. Makanya, dirinya tidak mengetahui kapan Ijan masuk ke dalam rumah tersebut.
“Di kamar depan mereka tidur saat itu. Namun, dirinya terjaga saat pelaku mencekik leher belakangnya. Pelaku memukuli kepalanya. Saat itu dirinya tidak melihat Desvia di sampingnya. Dia hanya mendengar suara ketukan saja. Ketukan kedatangan Riston,” ungkapnya.
Lantaran hingga kini kedua korban yang selamat masih dirawat, pihak Polsek Helvetia pun belum melanjutkan pemeriksaan terhadap keduanya. “Kasihan, mereka masih sakit. Nanti kenapa-kenapa pulak sama mereka. Jadi kita tidak lanjuti pemeriksaan. Soalnya, kemarin saja kita memeriksa Lini, dianya muntah. Kan kasihan,” ibanya.
Saat disinggung apakah sampai saat ini ada pihak korban yang membuat laporan ke Polsek Helvetia, Ronni mengaku tidak ada. Walaupun demikian, pihaknya tetap menyelidiki kasus tersebut lantaran kasus tersebut merupakan tindak pidana murni.
“Kalau tidak ada pun laporannya, kita tetap melanjutkan penyelidikannya. Pasalnya, ini merupakan bentuk kejahatan. Dan kita kemarin sudah melakukan olah TKP dan mengamankan barang-barang dalam aksi tersebut,” pungkasnya.
Sementara itu, hingga kini Riston dan Lini Pronika masih mendapat perawatan intensif di lantai 3 RS Materna Medan yang berada di Jl Teuku Umar Medan. Dalam perawatan tersebut, keduanya berbeda ruangan lantaran Lini mendapat perawatan di ruang 3180 sedangkan Riston dirawat di ruang 3170.
Di ruang perawatan rumah sakit, Lini terbaring dengan tangan kiri diinfus. “Sakit kak, sakit. Gak tahan Lini kak,” rintihnya kepada pacar Riston, Putri yang kala itu menjaganya.
Putri mengatakan, akibat peristiwa tersebut syaraf otak Lini pecah. “Hasil scaningnya, syaraf otaknya pecah. Makanya tidak bisa tidur dia,” ucapnya.
Akibat penganiayaan tersebut, tampak wajah Lini lebam. Daerah matanya baik kiri dan kanan tampak membengkak.
Riston yang dirawat di ruang 3170 tepat mengaku rahangnya sakit. “Payah ngomong bang,” ucapnya sembari menahan sakit. (ind/bd)