Sebastian Kurz menorehkan sejarah baru dalam percaturan politik Austria. Setelah terpilih sebagai menteri luar negeri (Menlu) pada 13 Desember lalu, pria tampan itu resmi dilantik pada Senin waktu setempat (16/12). Dalam usianya yang baru 27 tahun, Kurz menjadi Menlu termuda Austria, sekaligus Uni Eropa (UE).
SEBASTIAN Kurz sebenarnya belum lama terjun ke dunia politik. Pemuda yang masih tercatat sebagai mahasiswa fakultas hukum pada sebuah universitas di Austria tersebut mulai menekuni politik pada 2008 setelah menuntaskan pendidikan dasar dan masa wajib militer. “Sejak terpilih sebagai Menlu, yang bersangkutan menghapus keterangan soal studi dari biodata resminya,” kata seorang sumber kemarin (17/12).
Pada 2008, dia mencalonkan diri sebagai legislator. Sayangnya, jalur yang Kurz tempuh melalui pemilu itu gagal. Sebab, saat itu dirinya masih sangat hijau dan belum memiliki gelar akademis. Kurz yang merupakan kader Partai Rakyat Austria alias “sterreichische Volkspartei (OVP) terpaksa memendam ambisi politiknya. Tetapi, dia tidak menyerah dan tetap menekuni jalur politik yang dipilih.
Karir politik Kurz baru terbit pada 2009 setelah terpilih sebagai ketua divisi pemuda OVP. Setelah itu, dia berkesempatan menduduki beberapa jabatan penting dalam partai. Nama Kurz pun mulai diperhitungkan dalam kancah politik Austria. Pada periode 2010″2011, dirinya tercatat sebagai salah seorang anggota Dewan Kota Wina.
Selanjutnya, pada April 2011, Kurz terpilih sebagai sekretaris negara urusan integrasi di bawah naungan Kementerian Dalam Negeri. Jabatan itulah yang lantas melambungkan namanya. Meski belum bergelar sarjana, dia sukses menjalankan berbagai program dengan sangat baik. Salah satunya adalah menciptakan harmonisasi hubungan antara imigran muslim dan masyarakat Austria.
Sebagai politikus yang masih bau kencur, sebagian besar politikus menyangsikan kemampuan Kurz. Mereka tidak yakin tokoh muda kelahiran 27 Agustus 1986 itu mampu membaurkan imigran dengan penduduk asli. Di luar dugaan, Kurz justru mencetak prestasi. Melalui pendidikan formal, dia berhasil “memaksa” para imigran muslim untuk memiliki identitas baru sebagai warga Austria. Imigran dan warga asli pun kian akur.
“Salah satu cara Kurz membaurkan imigran dan penduduk Austria adalah mewajibkan pemakaian bahasa Jerman bagi anak-anak,” terang BBC. Bahkan, Kurz menjadikan bahasa Jerman sebagai salah satu syarat masuk sekolah. Artinya, sebelum masuk sekolah, seluruh bocah Austria, termasuk anak-anak imigran, harus fasih berbahasa Jerman.
Selain itu, Kurz menyelenggarakan kelas-kelas bahasa gratis bagi para ulama muslim. Dengan demikian, para ulama itu bisa menularkan kemampuan mereka kepada jamaah mereka. “Dia juga mengadakan forum dialog lintas agama yang melibatkan kaum muslim,” ungkap seorang sumber di pemerintahan. Program-program itu pun suksesl membuat kaum pendatang berintegrasi dengan masyarakat Austria.
Prestasi Kurz tersebut menarik perhatian Presiden Heinz Fischer. Karena itu, pada 13 Desember lalu, pemimpin 75 tahun itu memercayakan jabatan Menlu kepada pria berambut cokelat tersebut. Itu terjadi setelah blok penguasa pemerintah, Partai Sosial Demokrat dan OVP, menang dalam pemilu September lalu. Sosial Demokrat mendapat 27,1 persen dukungan dan OVP sekitar 23,8 persen suara. (BBC/Austrian Times/Austrian Tribune/Spero News/hep/c14/dos)