25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Gagal Ginjal Akut Renggut 6 Anak di Sumut

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Enam anak berusia 1 hingga 5 tahun, meninggal karena gagal ginjal akut misterius pada Juli hingga Oktober di Sumatera Utara. Kasus terakhir, bayi berusia dua tahun meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan, Selasa (18/10).

DOKTER Spesialis Anak Konsultan Nefrologi RSUP Haji Adam Malik, Rosmayanti Syafriani Siregar mengatakan, rumah sakit tersebut menangani tujuh pasien anak sejak Juli hingga Oktober 2022. “Dari tujuh kasus itu, satu kasus berhasil ditangani dan pasien sudah sehat. Namun, beberapa kasus tidak bisa diselamatkan (meninggal),” kata Rosmayanti kepada wartawan, Selasa (18/10).

Dirincikannya, anak-anak yang tidak terselamatkan tersebut akibat gagal ginjal akut misterius berusia antara 1 sampai 5 tahun. Mereka berasal dari Medan dan kabupaten/kota lain di Sumut. “Kasus terakhir ditangani terhadap anak usia dua tahun asal Medan,” ujarnya.

Menurut Rosmayanti, penanganan pasien penderita gagal ginjal tersebut sudah sesuai dengan prosedur Kemenkes RI. “Kasus terakhir yang ditangani, anak usia 2 tahun asal Medan. Kita sudah lakukan tindakan sesuai dengan prosedur Kemenkes terkait pasien dengan gejala ginjal akut,” jelas Rosmayanti.

Adapun faktor utama penyebab ginjal akut misterius yang menyerang anak, kata Rosmayanti, belum bisa dipastikan, apakah faktor dari makanan atau yang lain. “Sampai saat ini kita pun belum bisa atau belum dapat menentukan penyebab utama penyakit tersebut. Yang jelas, pasien dengan yang mengalami penyakit itu datang dengan kondisi perburukan yang cepat sekali,” terangnya.

Diketahui, mayoritas pasien yang datang, mengalami gejala awal tidak bisa buang air kecil atau jika pun bisa air seninya sedikit sekali dibandingkan dalam keadaan normal. “Biasanya didahului dengan gejala, demam, batuk pilek, atau diare dan tiba-tiba anaknya mengalami gangguan tidak bisa kencing setelah gejala tersebut,” jelasnya.

Untuk itu, Rosmayanti mengingatkan para orang tua agar tidak panik bila anaknya mengalami gejala demam, batu pilek. Namun harus tetap memberikan pencairan atau air minum yang cukup. Selanjutnya, dilakukan pemantauan jumlah urine selama sakit. “Bila urine mulai sedikit, segera mencari fasilitas kesehatan agar ditangani, itu yang paling penting agar diingat para orangtua,” imbaunya.

Jangan Sembarangan Beri Antibiotik

Sementara, Kadis Kesehatan Sumut Ismail Lubis mengaku baru mengetahui ada 6 balita yang dirawat karena gagal ginjal akut meninggal dunia di RSUP Haji Adam Malik. Menurutnya, hal ini disebabkan tidak adanya koordinasi antara RSUP Haji Adam Malik dengan Dinkes Sumut. “Saya baru dapat info satu atau dua hari ini. Karena RSUPH Adam Malik sendiri tidak melaporkan ini ke Dinkes Sumut,” ujar Ismail.

Untuk itu, Ismail mengaku segera melakukan kordinasi dengan RSUP Haji Adam Malik untuk melakukan langkah-langkah penanganan gejala ginjal akut untuk ke depannya. “Tadi, saya sudah suruh dokter Sari meminta laparon (data) dari RS Adam Malik,” kata Ismail Lubis kepada wartawan, Selasa (18/10).

Ismail mengakui, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum mengetahui persis penyebab atau faktor terjadinya gagal ginjal akut yang dialami bayi di bawah lima tahun itu. “Inikan penyebabnya belum tahu. Katanya masalah makan obat. Karena, semua obat itu cucinya kan di ginjal, pembersihan. Tapi ini belum pasti, masih dianalisa,” ujarnya.

Ismail mengatakan, berdasarkan data Kemenkes, penyakit ginjal akut biasanya dialami usia 18 tahun ke bawah. Namun faktanya, ditemukan balita berusia 1 hingga 5 tahun. “Sedang kita analisa, tadi saya arahkan tim kita mengambil by name by addres, kita analisa apa penyebabnya,” ungkap Ismail.

Dari data tersebut, kata Ismail, Dinkes Sumut akan melakukan analisis untuk mengetahui lingkungan pasien ginjal akut yang meninggal dunia tersebut. “Dari situ nanti bisa diketahui, misalnya apakah dia tinggal di lokasi tambang atau sebagainya. Itukan kita belum tahu. Kita saat ini sedang mencari tau juga,” sebutnya.

Ismail juga mengingatkan para orang tua, bila anaknya sakit jangan terus diberikan antibiotik atau semacam obat penurun panas. Namun, harus terlebih dahulu harus konsultasilah ke dokter atau tenaga kesehatan. “Mengkonsumsi obat itu, kalau kita tahu itu karena obat, mengkonsumsi obat itu harus pakai aturan, resep dokter, bukan sembarang makan obat. Kalau memang itu karena pengaruh obat. Kedua, ketika kita mengkonsumsi obat, obat itu punya kristal. Setelah dikonsumsi, maka banyaklah minum. Itu saja hal-hal dasar yang sudah kita edukasi,” tutur Ismail.

Menyikapi kasus gagal ginjal akut yang telah merenggut enam anak di Sumut, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengingatkan kepada masyarakat, khususnya para orang tua untuk selalu menjaga kesehatan anaknya. “Sekarang lagi banyak penyakit yang menyerang dan berbahaya bagi jiwa anak-anak, paling tidak ibu-ibu maksimalkan layanan kesehatan pemerintah seperti Posyandu, vaksinasi di Puskesmas, atau Puskesmas Pembantu demi anak-anak kita,” imbau Edy.

Mantan Pangkostrad itu meminta seluruh perangkat pemerintahan di Sumut, baik di tingkat desa/kelurahan hingga kecamatan untuk aktif melihat kondisi kesehatan masyarakat. Sehingga bila ada gejala, langsung dapat dilakukan penanganan cepat dan tepat. “Kepala desa, camat lebih perhatikan warganya. Kalau ada yang kesulitan tolong diperhatikan. Tenaga kesehatan juga waspada, karena saat ini banyak penyakit baru yang cukup membahayakan,” tandas Edy. (mag-3/gus/adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Enam anak berusia 1 hingga 5 tahun, meninggal karena gagal ginjal akut misterius pada Juli hingga Oktober di Sumatera Utara. Kasus terakhir, bayi berusia dua tahun meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan, Selasa (18/10).

DOKTER Spesialis Anak Konsultan Nefrologi RSUP Haji Adam Malik, Rosmayanti Syafriani Siregar mengatakan, rumah sakit tersebut menangani tujuh pasien anak sejak Juli hingga Oktober 2022. “Dari tujuh kasus itu, satu kasus berhasil ditangani dan pasien sudah sehat. Namun, beberapa kasus tidak bisa diselamatkan (meninggal),” kata Rosmayanti kepada wartawan, Selasa (18/10).

Dirincikannya, anak-anak yang tidak terselamatkan tersebut akibat gagal ginjal akut misterius berusia antara 1 sampai 5 tahun. Mereka berasal dari Medan dan kabupaten/kota lain di Sumut. “Kasus terakhir ditangani terhadap anak usia dua tahun asal Medan,” ujarnya.

Menurut Rosmayanti, penanganan pasien penderita gagal ginjal tersebut sudah sesuai dengan prosedur Kemenkes RI. “Kasus terakhir yang ditangani, anak usia 2 tahun asal Medan. Kita sudah lakukan tindakan sesuai dengan prosedur Kemenkes terkait pasien dengan gejala ginjal akut,” jelas Rosmayanti.

Adapun faktor utama penyebab ginjal akut misterius yang menyerang anak, kata Rosmayanti, belum bisa dipastikan, apakah faktor dari makanan atau yang lain. “Sampai saat ini kita pun belum bisa atau belum dapat menentukan penyebab utama penyakit tersebut. Yang jelas, pasien dengan yang mengalami penyakit itu datang dengan kondisi perburukan yang cepat sekali,” terangnya.

Diketahui, mayoritas pasien yang datang, mengalami gejala awal tidak bisa buang air kecil atau jika pun bisa air seninya sedikit sekali dibandingkan dalam keadaan normal. “Biasanya didahului dengan gejala, demam, batuk pilek, atau diare dan tiba-tiba anaknya mengalami gangguan tidak bisa kencing setelah gejala tersebut,” jelasnya.

Untuk itu, Rosmayanti mengingatkan para orang tua agar tidak panik bila anaknya mengalami gejala demam, batu pilek. Namun harus tetap memberikan pencairan atau air minum yang cukup. Selanjutnya, dilakukan pemantauan jumlah urine selama sakit. “Bila urine mulai sedikit, segera mencari fasilitas kesehatan agar ditangani, itu yang paling penting agar diingat para orangtua,” imbaunya.

Jangan Sembarangan Beri Antibiotik

Sementara, Kadis Kesehatan Sumut Ismail Lubis mengaku baru mengetahui ada 6 balita yang dirawat karena gagal ginjal akut meninggal dunia di RSUP Haji Adam Malik. Menurutnya, hal ini disebabkan tidak adanya koordinasi antara RSUP Haji Adam Malik dengan Dinkes Sumut. “Saya baru dapat info satu atau dua hari ini. Karena RSUPH Adam Malik sendiri tidak melaporkan ini ke Dinkes Sumut,” ujar Ismail.

Untuk itu, Ismail mengaku segera melakukan kordinasi dengan RSUP Haji Adam Malik untuk melakukan langkah-langkah penanganan gejala ginjal akut untuk ke depannya. “Tadi, saya sudah suruh dokter Sari meminta laparon (data) dari RS Adam Malik,” kata Ismail Lubis kepada wartawan, Selasa (18/10).

Ismail mengakui, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum mengetahui persis penyebab atau faktor terjadinya gagal ginjal akut yang dialami bayi di bawah lima tahun itu. “Inikan penyebabnya belum tahu. Katanya masalah makan obat. Karena, semua obat itu cucinya kan di ginjal, pembersihan. Tapi ini belum pasti, masih dianalisa,” ujarnya.

Ismail mengatakan, berdasarkan data Kemenkes, penyakit ginjal akut biasanya dialami usia 18 tahun ke bawah. Namun faktanya, ditemukan balita berusia 1 hingga 5 tahun. “Sedang kita analisa, tadi saya arahkan tim kita mengambil by name by addres, kita analisa apa penyebabnya,” ungkap Ismail.

Dari data tersebut, kata Ismail, Dinkes Sumut akan melakukan analisis untuk mengetahui lingkungan pasien ginjal akut yang meninggal dunia tersebut. “Dari situ nanti bisa diketahui, misalnya apakah dia tinggal di lokasi tambang atau sebagainya. Itukan kita belum tahu. Kita saat ini sedang mencari tau juga,” sebutnya.

Ismail juga mengingatkan para orang tua, bila anaknya sakit jangan terus diberikan antibiotik atau semacam obat penurun panas. Namun, harus terlebih dahulu harus konsultasilah ke dokter atau tenaga kesehatan. “Mengkonsumsi obat itu, kalau kita tahu itu karena obat, mengkonsumsi obat itu harus pakai aturan, resep dokter, bukan sembarang makan obat. Kalau memang itu karena pengaruh obat. Kedua, ketika kita mengkonsumsi obat, obat itu punya kristal. Setelah dikonsumsi, maka banyaklah minum. Itu saja hal-hal dasar yang sudah kita edukasi,” tutur Ismail.

Menyikapi kasus gagal ginjal akut yang telah merenggut enam anak di Sumut, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengingatkan kepada masyarakat, khususnya para orang tua untuk selalu menjaga kesehatan anaknya. “Sekarang lagi banyak penyakit yang menyerang dan berbahaya bagi jiwa anak-anak, paling tidak ibu-ibu maksimalkan layanan kesehatan pemerintah seperti Posyandu, vaksinasi di Puskesmas, atau Puskesmas Pembantu demi anak-anak kita,” imbau Edy.

Mantan Pangkostrad itu meminta seluruh perangkat pemerintahan di Sumut, baik di tingkat desa/kelurahan hingga kecamatan untuk aktif melihat kondisi kesehatan masyarakat. Sehingga bila ada gejala, langsung dapat dilakukan penanganan cepat dan tepat. “Kepala desa, camat lebih perhatikan warganya. Kalau ada yang kesulitan tolong diperhatikan. Tenaga kesehatan juga waspada, karena saat ini banyak penyakit baru yang cukup membahayakan,” tandas Edy. (mag-3/gus/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/