25.2 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

Umur Masih 20 Tahun, Wajah Seperti 80 Tahun

Lie Sing alias Suryanti, Penderita Lupus Eritomatus Sismatik

Perempuan itu tak mau menunjukkan wajahnya. Dia selalu berpaling dari tatapan orang yang mengunjunginya. Bagaimana tidak, dalam empat bulan, kecantikannya luntur dan tampak lebih tua 60 tahun. Ya. di usianya yang kini 20 tahun, dia malah terlihat seperti perempuan berumur 80 tahun.

Persis ketika Sumut Pos menyambangi kediamannya di Jalan Tengku Hasyim No 168 HH, Kelurahan Bandarsono, Kecamatan Padang Hulu, Kota TebingTinggi, Jumat (18/11). Perempuan bernama Lie Sing alias Suryanti langsung berpaling, tidak mau menunjukkan wajah, dan tidak mau bertatap muka dengan tamu. Lie Sing pun tidak mau berkomentar dan hanya menggelengkan kepala jika ditanya oleh teman-temannya.

Ratna Dewi (50) ibu Lie Sing mengaku sedih melihat anaknya menderita penyakit aneh tersebut. Dirinya pun mengaku tidak sanggup lagi membawa anaknya berobat. “Kami keluarga miskin, rumah pun menyewa sama kerabat.

Sementara ayah Suryanti sudah lama meninggal dan pekerjaan saya hanya bantu-bantu tetangga untuk mendapatkan upah,” bilang Ratna sambil menangis.

Ratna pun mulai bercerita sebab musabab penyakit anaknya itu. Katanya, sekira empat bulan lalu, Lie Sing menderita gejala tifus. Anak ketiga dari lima anaknya itu pun dia bawa berobat di RS Bhayangkara Kota Tebingtinggi dan ke Kota Medan. “Dia (Lie Sing) sudah sembuh dari penyakit gejala tifus. Kemudian, sesudah pulang ke rumahn
Lie Sing mengalami keletihan (lemas) yang luar biasa. Badannya semua sakit-sakit dan tubuh sukar untuk digerakan. Akhirnya Lie Sing kembali jatuh sakit,” beber Ratna.

Masalahnya, keuangan keluarga tidak begitu bagus. Ratna tidak memiliki biaya lagi untuk membawa Lie Sing berobat ke Medan. Sebelumnya, menurut keterangan dokter di Medan (Ratna lupa namanya), setelah mengambil tes darah, Lie Sing dikatakan terkena gejala penyakit Lupus Eritomatus Sismatik (LES).

Lupus yang artinya kemerahan, sedangkan sistematik bermakna menyebar luas ke berbagai organ tubuh dengan gejala-gejala seperti kulit mudah terbakar, penderita sering merasa lemas dan kelelahan berlebihan, demam, dan pegal-pegal. Pada kulit muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, dan anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah dihancurkan oleh penyakit ini. Selain itu, rambut mengalami kerontokan patal.

“Menurut dokter itu, penyakit ini setara dengan penyakit kanker dan sangat mematikan. Penyakit ini menyerang kebanyakan wanita di masa aktif antara 15-40 tahun dan katanya belum ditemukan obatnya,” urai Ratna.

Usai tamat sekolah menengah atas tahun lalu, tambah Ratna, Lie Sing tidak melanjutkan lagi ke perguruan tinggi. Lie Sing membantunya mencari nafkah dengan bekerja sebagai pembatu penjaga toko di Kota Tebingtinggi. “Semenjak terserang penyakit aneh itu, dia (Lie Sing) tetap mengurung diri di dalam kamar seolah malu dengan teman-temannya. Ini karena wajahnya yang dulu cantik kini seperti wajah wanita delapan puluh tahun dan persis nenek-nenek dengan kondisi tubuh mengecil,” jelas Ratna.

Kini, Ratna hanya bisa berusaha dan berharap anaknya itu bisa kembali sedia kala. Ya, meski seperti dikatakan dokter tadi – penyakit itu belum ada obatnya – Ratna akan terus mengobati Lie Sung dengan berbagai cara. “Baik secara kedokteran atapun ala obat tradisional Cina,” tegas Ratna.

Tapi, masalah biaya memang menjadi momok bagi Ratna. Dia cdan keluarganya tidak mempunyai kartu Jamkesmas atapun jamkesda agar bisa berobat gratis ke rumah sakit pemerintah yang ada di Kota Tebingtinggi. Sementara untuk pendataan keluarga miskin, mereka pun tak pernah mendapatkan bantuan.

Mirisnya lagi, Lie Sing yang sedang terbaring tak berdaya malah tidak diketahui pihak pemerintah mulai tingkat Kepling, Kelurahan, dan Kecamatan. “Pemerintah Kota Tebingtinggi hendaknya respon dengan kejadian ini. Masak mereka tidak tahu, sementara warga sudah banyak mengetahui penyakit ini,” kesal Ratna.

Ungkapan Ratna ini cukup mendasar. Pasalnya, kabar Lie Sing terkena penyakit aneh cukup cepat menyebar. Buktinya, Ani (20) teman Lie Sing semasa sekolah di SMAS Ir H Juanda, Kota Tebingtinggi langsung berkunjung. “Kabarnya Lie Sing sakit aneh. Wajahnya mengeriput, kulit mengering, tumbuh bintik hitam di kulitnya dan rambut rontok serta kelihatan memutih,” kata Ani, kemarin.

Begitu mendengar kabar tersbut, Ani, langsung bergerak ke rumah kawannya itu. “Makanya kami kemari untuk melihat sekaligus ingin tahu apa penyebab penyakitnya. Kasihan dia, saya berharap agar Lie Sing lekas sembuh dan kembali seperti semula kecantikannya,” tambah Ani.

Tidak hanya mantan teman sekolah, Pembina Ontel sekaligus Pembina BMP Sumut, Kompol Safwan Khayat Mhum pun langsung berkunjung. “Intinya dari kejadian yang menimpa keluarga miskin ini, kita berharap ada donator atapun Pemerintah Kota Tebingtinggi mau membantu pengobatannya.

Sementara pihak kami dari berbagai elemen komunitas yang ada di Tebingtinggi telah menghimpun dana biaya perobatannya (Lie Sing),” jelas Safwan Khayat yang juga Waka Polres Tebingtinggi itu.  (*)

Lie Sing alias Suryanti, Penderita Lupus Eritomatus Sismatik

Perempuan itu tak mau menunjukkan wajahnya. Dia selalu berpaling dari tatapan orang yang mengunjunginya. Bagaimana tidak, dalam empat bulan, kecantikannya luntur dan tampak lebih tua 60 tahun. Ya. di usianya yang kini 20 tahun, dia malah terlihat seperti perempuan berumur 80 tahun.

Persis ketika Sumut Pos menyambangi kediamannya di Jalan Tengku Hasyim No 168 HH, Kelurahan Bandarsono, Kecamatan Padang Hulu, Kota TebingTinggi, Jumat (18/11). Perempuan bernama Lie Sing alias Suryanti langsung berpaling, tidak mau menunjukkan wajah, dan tidak mau bertatap muka dengan tamu. Lie Sing pun tidak mau berkomentar dan hanya menggelengkan kepala jika ditanya oleh teman-temannya.

Ratna Dewi (50) ibu Lie Sing mengaku sedih melihat anaknya menderita penyakit aneh tersebut. Dirinya pun mengaku tidak sanggup lagi membawa anaknya berobat. “Kami keluarga miskin, rumah pun menyewa sama kerabat.

Sementara ayah Suryanti sudah lama meninggal dan pekerjaan saya hanya bantu-bantu tetangga untuk mendapatkan upah,” bilang Ratna sambil menangis.

Ratna pun mulai bercerita sebab musabab penyakit anaknya itu. Katanya, sekira empat bulan lalu, Lie Sing menderita gejala tifus. Anak ketiga dari lima anaknya itu pun dia bawa berobat di RS Bhayangkara Kota Tebingtinggi dan ke Kota Medan. “Dia (Lie Sing) sudah sembuh dari penyakit gejala tifus. Kemudian, sesudah pulang ke rumahn
Lie Sing mengalami keletihan (lemas) yang luar biasa. Badannya semua sakit-sakit dan tubuh sukar untuk digerakan. Akhirnya Lie Sing kembali jatuh sakit,” beber Ratna.

Masalahnya, keuangan keluarga tidak begitu bagus. Ratna tidak memiliki biaya lagi untuk membawa Lie Sing berobat ke Medan. Sebelumnya, menurut keterangan dokter di Medan (Ratna lupa namanya), setelah mengambil tes darah, Lie Sing dikatakan terkena gejala penyakit Lupus Eritomatus Sismatik (LES).

Lupus yang artinya kemerahan, sedangkan sistematik bermakna menyebar luas ke berbagai organ tubuh dengan gejala-gejala seperti kulit mudah terbakar, penderita sering merasa lemas dan kelelahan berlebihan, demam, dan pegal-pegal. Pada kulit muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, dan anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah dihancurkan oleh penyakit ini. Selain itu, rambut mengalami kerontokan patal.

“Menurut dokter itu, penyakit ini setara dengan penyakit kanker dan sangat mematikan. Penyakit ini menyerang kebanyakan wanita di masa aktif antara 15-40 tahun dan katanya belum ditemukan obatnya,” urai Ratna.

Usai tamat sekolah menengah atas tahun lalu, tambah Ratna, Lie Sing tidak melanjutkan lagi ke perguruan tinggi. Lie Sing membantunya mencari nafkah dengan bekerja sebagai pembatu penjaga toko di Kota Tebingtinggi. “Semenjak terserang penyakit aneh itu, dia (Lie Sing) tetap mengurung diri di dalam kamar seolah malu dengan teman-temannya. Ini karena wajahnya yang dulu cantik kini seperti wajah wanita delapan puluh tahun dan persis nenek-nenek dengan kondisi tubuh mengecil,” jelas Ratna.

Kini, Ratna hanya bisa berusaha dan berharap anaknya itu bisa kembali sedia kala. Ya, meski seperti dikatakan dokter tadi – penyakit itu belum ada obatnya – Ratna akan terus mengobati Lie Sung dengan berbagai cara. “Baik secara kedokteran atapun ala obat tradisional Cina,” tegas Ratna.

Tapi, masalah biaya memang menjadi momok bagi Ratna. Dia cdan keluarganya tidak mempunyai kartu Jamkesmas atapun jamkesda agar bisa berobat gratis ke rumah sakit pemerintah yang ada di Kota Tebingtinggi. Sementara untuk pendataan keluarga miskin, mereka pun tak pernah mendapatkan bantuan.

Mirisnya lagi, Lie Sing yang sedang terbaring tak berdaya malah tidak diketahui pihak pemerintah mulai tingkat Kepling, Kelurahan, dan Kecamatan. “Pemerintah Kota Tebingtinggi hendaknya respon dengan kejadian ini. Masak mereka tidak tahu, sementara warga sudah banyak mengetahui penyakit ini,” kesal Ratna.

Ungkapan Ratna ini cukup mendasar. Pasalnya, kabar Lie Sing terkena penyakit aneh cukup cepat menyebar. Buktinya, Ani (20) teman Lie Sing semasa sekolah di SMAS Ir H Juanda, Kota Tebingtinggi langsung berkunjung. “Kabarnya Lie Sing sakit aneh. Wajahnya mengeriput, kulit mengering, tumbuh bintik hitam di kulitnya dan rambut rontok serta kelihatan memutih,” kata Ani, kemarin.

Begitu mendengar kabar tersbut, Ani, langsung bergerak ke rumah kawannya itu. “Makanya kami kemari untuk melihat sekaligus ingin tahu apa penyebab penyakitnya. Kasihan dia, saya berharap agar Lie Sing lekas sembuh dan kembali seperti semula kecantikannya,” tambah Ani.

Tidak hanya mantan teman sekolah, Pembina Ontel sekaligus Pembina BMP Sumut, Kompol Safwan Khayat Mhum pun langsung berkunjung. “Intinya dari kejadian yang menimpa keluarga miskin ini, kita berharap ada donator atapun Pemerintah Kota Tebingtinggi mau membantu pengobatannya.

Sementara pihak kami dari berbagai elemen komunitas yang ada di Tebingtinggi telah menghimpun dana biaya perobatannya (Lie Sing),” jelas Safwan Khayat yang juga Waka Polres Tebingtinggi itu.  (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/