26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tak Ditetapkan pun, Kami Naikkan…

FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS Seorang penumpang angkutan umum membayar ongkos kepada sopir angkot, sesaat turun di Jalan H.Zainul Arifin Medan, Senin (24/6). Kenaikan harga BBM mengakibatkan naiknya tarif angkutan kota mencapai 20 persen.
FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS
Seorang penumpang angkutan umum membayar ongkos kepada sopir angkot, sesaat turun di Jalan H.Zainul Arifin Medan, Senin (24/6). Kenaikan harga BBM mengakibatkan naiknya tarif angkutan kota mencapai 20 persen.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ibarat buah simalakama bagi para sopir angkot di Medan. Maklum, kenaikan harga BBM belum diikuti kenaikan tarif ongkos.

”Jika ongkos dinaikkan secara pribadi, penumpang marah. Namun jika tidak dinaikkan, kami rugi. Udah sewa minim, harga minyak naik, kami menjadi korban dan terus merugi,” ujar R. Sihombing, sopir Rahayu 57 jurusan Kayu Putih-Amplas ini kepada wartawan, Selasa (18/11).

Tambah ayah tiga anak ini, ia semakin kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya. “Rute angkot yang kami bawa sangat minim penumpang, kadang uang setoran tak bisa tertutupi,” tambahnya.

Ardi, sopir angkot KPUM 07 jurusan Tembung-Amplas menjelaskan ia tak akan menunggu pemerintah dan organda terkait tarif ongkos. Jika tetap sesuai ongkos semula, ia akan rugi besar.

“Apabila pemerintah tidak segera menetapkan tarif ongkos, kami akan segera menaikkannya. Siapa mau rugi, sementara harga minyak sudah naik,” jelasnya. Ardi mengaku tak takut risiko jika menaikkan ongkos. “Saya rasa penumpang maklum dengan kondisi ini,” imbuhnya.

Rencananya, ribuan sopir angkutan yang tergabung dalam organisasi angkutan darat (Organda) Medan, akan mendatangi kantor Walikota Medan Kamis (20/11) mendatang, jika rapat penyesuaian tarif angkutan dengan Dinas Perhubungan Rabu (19/11) hari ini, tidak mencapai keputusan.

“Kami nggak bisa tunggu lama-lama ini soal perut. Kalau nggak bisa ya apa dasarnya mereka menolak naikkan tarif? Kalau karena alasan angkutan umum dibumi hanguskan, ya kita nggak terima,” tegas Ketua Organda Kota Medan, Gomery Munthe.

Dikatakan, meski disubsidi, tarif tetap akan naik sedikit. Dirinya menduga ada kenaikan harga sparepart kendaraan seperti ban, dan lainnya. Untuk itu pihaknya meminta agar tarif dinaikkan Rp1.500 hingga Rp2.000. “Kalau disubsidi naiknya nggak segitu. Mungkin cuma Rp500 aja,” imbuhnya.

Diungkap Gomery, Organda pusat mengimbau agar besok seluruh angkutan umum stop beroperasi. Namun, Organda Kota Medan belum mengintruksikan hal tersebut kepada para sopir. “Kami rapat dulu, jadi saya belum ada kasih instruksi. Biasa kalau ada intruksi saya, mereka pasti ikut,” ungkapnya.

Sekjen keluarga besar sopir angkutan darat Kota Medan, Jaya mengatakan bahwa pihaknya menolak keras kenaikan harga BBM. Kenaikan tarif angkutan umum bukan solusi baginya. Sebab akan menyulitkan rakyat kecil.

“Naik tarif yang susah ya masyarakat. Memangnya yang naik angkutan umum itu orang kaya? Kan enggak. Kalau pun ada subsidi itu, kami minta langsung dari operatornya,” ungkapnya.

Sementara itu, Kadishub Kota Medan, Renward Parapat mengatakan bahwa pihaknya akan berusaha untuk memutuskan hasil penyesuaian tarif angkutan umum pada esok hari (hari ini). “Artinya kita nggak mau menunda-nunda. Apa pun ceritanya besok harus ada hasilnya,” ungkapnya.

Terpisah, Kordinator Keluarga Besar Sopir/Pemilik MPU (Kesper) Sumut, Israel Situmeang menyebutkan, saat ini jumlah penumpang angkutan sudah jauh berkurang. Itu disebabkan mudahnya masyarakat untuk memiliki kendaraan, di samping adanya persaingan ketat dengan becak bermotor.

“Bisa jadi akibat kenaikan BBM ini, banyak armada yang tidak beroperasi akibat tokenya gulung tikar. Bayangi saja, sudah sewa sedikit mereka harus tetap berjuang membiayai 2 periuk. Satu untuk uang setoran angkot, sedangkan satunya lagi buat kebutuhan anak istri,” imbuhnya.

Atas dasar itu, Kesper Sumut berencana menemui walikota untuk merekomendasi kenaikan tarif dari Rp4.500 menjadi Rp6.000. Diungkap Israel, saat ini para sopir menerapkan tarif angkutan Rp5.000.

“Ini hanya untuk penyesuaian saja. Supaya para sopir tidak rugi banyak. Tapi, jika nanti sudah ada keputusan mengenai tarifnya. Maka, tarif yang baru akan diberlakukan,” pungkasnya. ((win/ind/sor/

FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS Seorang penumpang angkutan umum membayar ongkos kepada sopir angkot, sesaat turun di Jalan H.Zainul Arifin Medan, Senin (24/6). Kenaikan harga BBM mengakibatkan naiknya tarif angkutan kota mencapai 20 persen.
FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS
Seorang penumpang angkutan umum membayar ongkos kepada sopir angkot, sesaat turun di Jalan H.Zainul Arifin Medan, Senin (24/6). Kenaikan harga BBM mengakibatkan naiknya tarif angkutan kota mencapai 20 persen.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ibarat buah simalakama bagi para sopir angkot di Medan. Maklum, kenaikan harga BBM belum diikuti kenaikan tarif ongkos.

”Jika ongkos dinaikkan secara pribadi, penumpang marah. Namun jika tidak dinaikkan, kami rugi. Udah sewa minim, harga minyak naik, kami menjadi korban dan terus merugi,” ujar R. Sihombing, sopir Rahayu 57 jurusan Kayu Putih-Amplas ini kepada wartawan, Selasa (18/11).

Tambah ayah tiga anak ini, ia semakin kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya. “Rute angkot yang kami bawa sangat minim penumpang, kadang uang setoran tak bisa tertutupi,” tambahnya.

Ardi, sopir angkot KPUM 07 jurusan Tembung-Amplas menjelaskan ia tak akan menunggu pemerintah dan organda terkait tarif ongkos. Jika tetap sesuai ongkos semula, ia akan rugi besar.

“Apabila pemerintah tidak segera menetapkan tarif ongkos, kami akan segera menaikkannya. Siapa mau rugi, sementara harga minyak sudah naik,” jelasnya. Ardi mengaku tak takut risiko jika menaikkan ongkos. “Saya rasa penumpang maklum dengan kondisi ini,” imbuhnya.

Rencananya, ribuan sopir angkutan yang tergabung dalam organisasi angkutan darat (Organda) Medan, akan mendatangi kantor Walikota Medan Kamis (20/11) mendatang, jika rapat penyesuaian tarif angkutan dengan Dinas Perhubungan Rabu (19/11) hari ini, tidak mencapai keputusan.

“Kami nggak bisa tunggu lama-lama ini soal perut. Kalau nggak bisa ya apa dasarnya mereka menolak naikkan tarif? Kalau karena alasan angkutan umum dibumi hanguskan, ya kita nggak terima,” tegas Ketua Organda Kota Medan, Gomery Munthe.

Dikatakan, meski disubsidi, tarif tetap akan naik sedikit. Dirinya menduga ada kenaikan harga sparepart kendaraan seperti ban, dan lainnya. Untuk itu pihaknya meminta agar tarif dinaikkan Rp1.500 hingga Rp2.000. “Kalau disubsidi naiknya nggak segitu. Mungkin cuma Rp500 aja,” imbuhnya.

Diungkap Gomery, Organda pusat mengimbau agar besok seluruh angkutan umum stop beroperasi. Namun, Organda Kota Medan belum mengintruksikan hal tersebut kepada para sopir. “Kami rapat dulu, jadi saya belum ada kasih instruksi. Biasa kalau ada intruksi saya, mereka pasti ikut,” ungkapnya.

Sekjen keluarga besar sopir angkutan darat Kota Medan, Jaya mengatakan bahwa pihaknya menolak keras kenaikan harga BBM. Kenaikan tarif angkutan umum bukan solusi baginya. Sebab akan menyulitkan rakyat kecil.

“Naik tarif yang susah ya masyarakat. Memangnya yang naik angkutan umum itu orang kaya? Kan enggak. Kalau pun ada subsidi itu, kami minta langsung dari operatornya,” ungkapnya.

Sementara itu, Kadishub Kota Medan, Renward Parapat mengatakan bahwa pihaknya akan berusaha untuk memutuskan hasil penyesuaian tarif angkutan umum pada esok hari (hari ini). “Artinya kita nggak mau menunda-nunda. Apa pun ceritanya besok harus ada hasilnya,” ungkapnya.

Terpisah, Kordinator Keluarga Besar Sopir/Pemilik MPU (Kesper) Sumut, Israel Situmeang menyebutkan, saat ini jumlah penumpang angkutan sudah jauh berkurang. Itu disebabkan mudahnya masyarakat untuk memiliki kendaraan, di samping adanya persaingan ketat dengan becak bermotor.

“Bisa jadi akibat kenaikan BBM ini, banyak armada yang tidak beroperasi akibat tokenya gulung tikar. Bayangi saja, sudah sewa sedikit mereka harus tetap berjuang membiayai 2 periuk. Satu untuk uang setoran angkot, sedangkan satunya lagi buat kebutuhan anak istri,” imbuhnya.

Atas dasar itu, Kesper Sumut berencana menemui walikota untuk merekomendasi kenaikan tarif dari Rp4.500 menjadi Rp6.000. Diungkap Israel, saat ini para sopir menerapkan tarif angkutan Rp5.000.

“Ini hanya untuk penyesuaian saja. Supaya para sopir tidak rugi banyak. Tapi, jika nanti sudah ada keputusan mengenai tarifnya. Maka, tarif yang baru akan diberlakukan,” pungkasnya. ((win/ind/sor/

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/