32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Usus Juanda Pecah, Panti Didesak Bertanggung Jawab

Foto: Manahan/PM Juanda, yang tewas seminggu usai dijemput dari Panti Isnyaf (kir), dan istrinya Riska beserta anaknya Melani.
Foto: Manahan/PM
Juanda, yang tewas seminggu usai dijemput dari Panti Isnyaf (kir), dan istrinya Riska beserta anaknya Melani.

PANTAI LABU, SUMUTPOS.CO – Meski jasad Juanda Prayoga (27) telah dikebumikan, namun pihak keluarga khususnya sang ibu, Suarni (51) belum bisa menerima kematian tersebut. Mereka menuntut pihak Panti Sosial Parmadi Putra Insyaf bertanggung jawab.

Hal ini mengacu kepada pengakuan almarhum kepadanya saat dalam perawatan. Diungkap Suarni, putranya itu mengungkapkan diperlakukan tidak manusiawi. Dimana, selain dirantai, ayah 1 anak itu juga dipukuli.

Nyawa petugas Kepala Urusan (Kaur) Pembangunan kantor Kepala Desa Ramunia II, Kec. Pantai Labu, ini tidak tertolong karena pihak panti baru menghubungi keluarga setelah 2 minggu pasca penganiayaan.

“Waktu kami jemput untuk dibawa berobat, kondisi anakku cukup parah dan lemah. Perutnya membesar. Setelah diperiksa pihak RSUD Lubukpakam, ternyata ususnya pecah dan membusuk,” beber wanita paruh baya ini.

Lebih lanjut dikatakan Suarni, satu hal yang membuat mereka kesal adalah ketika tidak diijinkan untuk melihat kondisi Juanda. Belakangan mereka menarik kesimpulan bahwa larangan itu untuk menutupi penganiayaan yang terjadi.

Kekesalan lainnya yakni, hingga Juanda dikembumikan, pihak panti sama sekali tidak datang maupun menghubungi walau hanya sekadar basa-basi. Masih Suarni, seminggu sebelum kematian putranya, dirinya mendatangi panti untuk meminta surat keterangan bahwa Juanda pasien panti yang beralamat di Jalan Berdikari, No. 37, Desa Lau Berdikari, Kec. Kutalimbaru tersebut.

Selain minta surat keterangan, Suarni juga mempertanyakan tanggungjawab pihak panti. Dan jawaban diperoleh adalah, kepala ruangan bermarga Panjaitan dengan gampangnya menyebut kalau apa yang dialami Juanda merupakan hal biasa. Mendengar jawaban tersebut, Suarni pun langsung berang. Kemarahan wanita ini baru reda setelah Panjaitan meminta maaf.

“Aku harapkan pihak panti bertanggung jawab. Polisi harus segera menangkap Yosep dkk, karena mereka memperlakukan anakku dengan tidak manusiawi hingga berujung kematian,” pintanya.

Sementara itu, Suparno (45), paman Juanda yang juga Kepala Desa Ramunia II, Kec. Pantai Labu mengatakan, hari ini, Jumat (19/12) siang keluarganya akan mendatangi pihak panti untuk meminta pertanggungjawaban. Langkah ini diambil sebagai tindak lanjut dari saran pihak Polresta Medan.

Terpisah, ibu Resti selaku seksi advokasi panti sosial Parmadi Putra Insyaf Sumatera Utara terkesan tertutup ketika dikonfirmasi POSMETRO MEDAN. “Masalahnya belum jelas. Datang saja langsung ke panti,” ujarnya.

Seperti diketahui, pihak keluarga memasukkan Juanda ke panti pada 24 September 2014 lalu, karena ketergantungan narkoba jenis sabu sejak setahun terakhir.

Rabu (19/11) lalu, pihak panti meminta keluarga Juanda datang, karena si pasien sakit. Esoknya, Kamis (20/11), keluarga pun datang. Melihat Juanda lemas, keluarga melarikannya ke RSUD Lubukpakam.

Di sana, Juanda dirawat di ruang UGD. Namun disebabkan kondisi Juanda semakin melemah, pihak rumah sakit merujuknya ke RS Haji Medan pada Jumat (21/12) sekira pukul 23.00 Wib.

Di RS Haji Medan, Juanda dirawat di ruang ICU selama seminggu lalu dipindahkan ke ruangan biasa untuk menjalani pemulihan. Namun nahas, ayah 1 anak ini akhirnya menghadap Sang Pencipta pada Selasa (16/12) sore.(cr-1/ras)

Foto: Manahan/PM Juanda, yang tewas seminggu usai dijemput dari Panti Isnyaf (kir), dan istrinya Riska beserta anaknya Melani.
Foto: Manahan/PM
Juanda, yang tewas seminggu usai dijemput dari Panti Isnyaf (kir), dan istrinya Riska beserta anaknya Melani.

PANTAI LABU, SUMUTPOS.CO – Meski jasad Juanda Prayoga (27) telah dikebumikan, namun pihak keluarga khususnya sang ibu, Suarni (51) belum bisa menerima kematian tersebut. Mereka menuntut pihak Panti Sosial Parmadi Putra Insyaf bertanggung jawab.

Hal ini mengacu kepada pengakuan almarhum kepadanya saat dalam perawatan. Diungkap Suarni, putranya itu mengungkapkan diperlakukan tidak manusiawi. Dimana, selain dirantai, ayah 1 anak itu juga dipukuli.

Nyawa petugas Kepala Urusan (Kaur) Pembangunan kantor Kepala Desa Ramunia II, Kec. Pantai Labu, ini tidak tertolong karena pihak panti baru menghubungi keluarga setelah 2 minggu pasca penganiayaan.

“Waktu kami jemput untuk dibawa berobat, kondisi anakku cukup parah dan lemah. Perutnya membesar. Setelah diperiksa pihak RSUD Lubukpakam, ternyata ususnya pecah dan membusuk,” beber wanita paruh baya ini.

Lebih lanjut dikatakan Suarni, satu hal yang membuat mereka kesal adalah ketika tidak diijinkan untuk melihat kondisi Juanda. Belakangan mereka menarik kesimpulan bahwa larangan itu untuk menutupi penganiayaan yang terjadi.

Kekesalan lainnya yakni, hingga Juanda dikembumikan, pihak panti sama sekali tidak datang maupun menghubungi walau hanya sekadar basa-basi. Masih Suarni, seminggu sebelum kematian putranya, dirinya mendatangi panti untuk meminta surat keterangan bahwa Juanda pasien panti yang beralamat di Jalan Berdikari, No. 37, Desa Lau Berdikari, Kec. Kutalimbaru tersebut.

Selain minta surat keterangan, Suarni juga mempertanyakan tanggungjawab pihak panti. Dan jawaban diperoleh adalah, kepala ruangan bermarga Panjaitan dengan gampangnya menyebut kalau apa yang dialami Juanda merupakan hal biasa. Mendengar jawaban tersebut, Suarni pun langsung berang. Kemarahan wanita ini baru reda setelah Panjaitan meminta maaf.

“Aku harapkan pihak panti bertanggung jawab. Polisi harus segera menangkap Yosep dkk, karena mereka memperlakukan anakku dengan tidak manusiawi hingga berujung kematian,” pintanya.

Sementara itu, Suparno (45), paman Juanda yang juga Kepala Desa Ramunia II, Kec. Pantai Labu mengatakan, hari ini, Jumat (19/12) siang keluarganya akan mendatangi pihak panti untuk meminta pertanggungjawaban. Langkah ini diambil sebagai tindak lanjut dari saran pihak Polresta Medan.

Terpisah, ibu Resti selaku seksi advokasi panti sosial Parmadi Putra Insyaf Sumatera Utara terkesan tertutup ketika dikonfirmasi POSMETRO MEDAN. “Masalahnya belum jelas. Datang saja langsung ke panti,” ujarnya.

Seperti diketahui, pihak keluarga memasukkan Juanda ke panti pada 24 September 2014 lalu, karena ketergantungan narkoba jenis sabu sejak setahun terakhir.

Rabu (19/11) lalu, pihak panti meminta keluarga Juanda datang, karena si pasien sakit. Esoknya, Kamis (20/11), keluarga pun datang. Melihat Juanda lemas, keluarga melarikannya ke RSUD Lubukpakam.

Di sana, Juanda dirawat di ruang UGD. Namun disebabkan kondisi Juanda semakin melemah, pihak rumah sakit merujuknya ke RS Haji Medan pada Jumat (21/12) sekira pukul 23.00 Wib.

Di RS Haji Medan, Juanda dirawat di ruang ICU selama seminggu lalu dipindahkan ke ruangan biasa untuk menjalani pemulihan. Namun nahas, ayah 1 anak ini akhirnya menghadap Sang Pencipta pada Selasa (16/12) sore.(cr-1/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/