25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Demo Ricuh, 10 Orang Diangkut

Sekolah Nanyang Kembali Diprotes

MEDAN-Puluhan warga Jalan Tomat, Medan Baru bersama mahasiswa Universitas HKBP Nommensen (UHN) menggelar demo di depan Sekolah Nanyang Zhi Hui Modern Indonesian School di Jalan Abdullah Lubis, Medan Baru, Kamis (19/1) sekitar pukul 11.30 WIB.

Aksi berlangsung ricuh, 10 orang diangkut polisi ke Mapolresta Medan. Polisi juga mengamankan perlengkapan demo seperti bendera Merah Putih, spanduk, kertas kartun dan dua pengeras suara. Kesepuluh warga yang diamankan salah satunya bernama Pelita Saragih, warga Jalan Darat Medan Barun
Saat berlangsung aksi, puluhan polisi yang sudah stand by di lokasi langsung memberi aba-aba kepada warga untuk tenang. Namun, warga bersama mahasiswa yang sudah emosi tidak dapat diredam. Polisi langsung menembakkan gas air mata ke arah warga hingga membuat puluhan pengunjuk rasa kocar kacir.

Melihat warga dan mahasiswa kocar kacir, polisi langsung mengejar seluruh pengunjuk rasa dan memukuli pengunjuk rasa yang tertangkap dan diboyong ke dalam mobil truk yang sudah disiapkan.

“Kami tidak tahu tiba-tiba saja polisi langsung menembakkan gas air mata ke arah warga dan mahasiswa hingga kami berhamburan mencari tempat yang tenang. Ternyata kami ditangkap dan ada juga yang dipukul oleh polisi,” ujar Pelita, seorang pengunjuk rasa yang tertangkap.
Usai membubarkan pengunjuk rasa, polisi membawa mahasiswa yang tertangkap ke Mapolresta Medan untuk dilakukan pemeriksaan dengan tuduhan membuat keributan di sekolah.

Menurutnya, tindakan polisi sudah tidak berprikemanusiaan. “Kami teraniaya dengan hukum di negara ini. Apa karena kami rakyat kecil harus ditindas,” tambah Pelita.

Ditambahkan Pelita, tindakan polisi menyalahi dari prosedur hukum yang berlaku dengan alasan warga dituduh membuat keributan di sekolah.
“Kenapa masalah bangunan sekolah Nanyang yang sudah bertahun tidak juga selesai pembongkarannya tidak pernah diusut. Nanyang terus membangun dengan pengawalan personel polisi bersenjata lengkap. Giliran warga melakukan perjuangan malah ditangkap,” bebernya.
Pelita juga menuding petugas Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) Pemko Medan seolah tutup mata.

“Pegawai Dinas TRTB datang  cuma ketok manis, habis itu mereka pergi, apa itu coba? Aspirasi kita sama sekali tidak pernah digubris sama sekali,” kecam Pelita.

“Kami kecewa dengan sekolah Nanyang yang sudah mengangkangi UU No28/2002, tentang bangunan dan gedung yang sudah dikangkanginya dan tetap melanjutkan pembangunan pembangunan gedung baru sekolah itu,” sambung Pelita.

Dijelaskannya, kekesalan warga bertambah karena seorang warga bernama Wito digugat oleh Linda Waty selaku kepala sekolah Nanyang dituduh menyerobot lahan Sekolah Nanyang seluas 90 cm.

“Atas dasar itu mahasiswa tergugah melihat warga yang sudah tertindas. Ini merupakan aksi kedua yang sudah kami lakukan menuntut pembangunan Nanyang dihentikan,” jelasnya.

Seorang warga, Lansia yang kebetulan melintas saat aksi unjuk rasa juga pingsan. “Saya baru pulang berobat periksa jantung dan ada aksi. Aku terkejut saat puluhan pengunjuk rasa berlarian menghindar dari gas air mata. Tiba-tiba saja saya sudah pingsan dan terbangun sudah dirawat di RS Herna Jalan Mojopahit,” cetus Lansia, saat ditemui wartawan di rumah sakit.

Sementara itu, akibat aksi itu aktivitas belajar mengajar di sekolah itu berhenti. Bahkan para siswa lari ketakutan. Polisi juga sempat dibuat repot dan terpaksa mengalihkan arus lalulintas akibat pemblokiran jalan yang dilakukan pendemo.

Kordinator Guru Sekolah Nanyang, W Supratman yang mendampingi siswa-siswi membuat laporan ke Mapolresta Medan mengatakan, kedatangan mereka ke Mapolresta Medan untuk membuat laporan karena proses belajar mengajar terganggu akibat aksi demo.
“Ya kita selaku pihak sekolah merasa terganggu atas aksi yang dilakukan warga dan mahasiswa. Sehingga kami membuat laporan ke Mapolresta Medan,” katanya.

Dia juga mengeluhkan aksi yang dilakukan warga  yang sudah berulang kali sehingga mengganggu kegiatan mereka di dalam sekolah.
Sekitar pukul 15.30 WIB, puluhan mahsiswa Universitas HKBP Nommensen mendatangi Mapolresta Medan dan melakukan aksi di gerbang pintu masuk Mapolresta Medan. Mereka menuntut polisi agar rekan-rekan mereka yang diamankan polisi saat melakukan aksi demo di Sekolah Nanyang dibebaskan.
Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol M Yoris Marzuki mengatakan pihak masih melakukan pemeriksaan terhadap pendemo yang diamankan. (adl/gus)

Sekolah Nanyang Kembali Diprotes

MEDAN-Puluhan warga Jalan Tomat, Medan Baru bersama mahasiswa Universitas HKBP Nommensen (UHN) menggelar demo di depan Sekolah Nanyang Zhi Hui Modern Indonesian School di Jalan Abdullah Lubis, Medan Baru, Kamis (19/1) sekitar pukul 11.30 WIB.

Aksi berlangsung ricuh, 10 orang diangkut polisi ke Mapolresta Medan. Polisi juga mengamankan perlengkapan demo seperti bendera Merah Putih, spanduk, kertas kartun dan dua pengeras suara. Kesepuluh warga yang diamankan salah satunya bernama Pelita Saragih, warga Jalan Darat Medan Barun
Saat berlangsung aksi, puluhan polisi yang sudah stand by di lokasi langsung memberi aba-aba kepada warga untuk tenang. Namun, warga bersama mahasiswa yang sudah emosi tidak dapat diredam. Polisi langsung menembakkan gas air mata ke arah warga hingga membuat puluhan pengunjuk rasa kocar kacir.

Melihat warga dan mahasiswa kocar kacir, polisi langsung mengejar seluruh pengunjuk rasa dan memukuli pengunjuk rasa yang tertangkap dan diboyong ke dalam mobil truk yang sudah disiapkan.

“Kami tidak tahu tiba-tiba saja polisi langsung menembakkan gas air mata ke arah warga dan mahasiswa hingga kami berhamburan mencari tempat yang tenang. Ternyata kami ditangkap dan ada juga yang dipukul oleh polisi,” ujar Pelita, seorang pengunjuk rasa yang tertangkap.
Usai membubarkan pengunjuk rasa, polisi membawa mahasiswa yang tertangkap ke Mapolresta Medan untuk dilakukan pemeriksaan dengan tuduhan membuat keributan di sekolah.

Menurutnya, tindakan polisi sudah tidak berprikemanusiaan. “Kami teraniaya dengan hukum di negara ini. Apa karena kami rakyat kecil harus ditindas,” tambah Pelita.

Ditambahkan Pelita, tindakan polisi menyalahi dari prosedur hukum yang berlaku dengan alasan warga dituduh membuat keributan di sekolah.
“Kenapa masalah bangunan sekolah Nanyang yang sudah bertahun tidak juga selesai pembongkarannya tidak pernah diusut. Nanyang terus membangun dengan pengawalan personel polisi bersenjata lengkap. Giliran warga melakukan perjuangan malah ditangkap,” bebernya.
Pelita juga menuding petugas Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) Pemko Medan seolah tutup mata.

“Pegawai Dinas TRTB datang  cuma ketok manis, habis itu mereka pergi, apa itu coba? Aspirasi kita sama sekali tidak pernah digubris sama sekali,” kecam Pelita.

“Kami kecewa dengan sekolah Nanyang yang sudah mengangkangi UU No28/2002, tentang bangunan dan gedung yang sudah dikangkanginya dan tetap melanjutkan pembangunan pembangunan gedung baru sekolah itu,” sambung Pelita.

Dijelaskannya, kekesalan warga bertambah karena seorang warga bernama Wito digugat oleh Linda Waty selaku kepala sekolah Nanyang dituduh menyerobot lahan Sekolah Nanyang seluas 90 cm.

“Atas dasar itu mahasiswa tergugah melihat warga yang sudah tertindas. Ini merupakan aksi kedua yang sudah kami lakukan menuntut pembangunan Nanyang dihentikan,” jelasnya.

Seorang warga, Lansia yang kebetulan melintas saat aksi unjuk rasa juga pingsan. “Saya baru pulang berobat periksa jantung dan ada aksi. Aku terkejut saat puluhan pengunjuk rasa berlarian menghindar dari gas air mata. Tiba-tiba saja saya sudah pingsan dan terbangun sudah dirawat di RS Herna Jalan Mojopahit,” cetus Lansia, saat ditemui wartawan di rumah sakit.

Sementara itu, akibat aksi itu aktivitas belajar mengajar di sekolah itu berhenti. Bahkan para siswa lari ketakutan. Polisi juga sempat dibuat repot dan terpaksa mengalihkan arus lalulintas akibat pemblokiran jalan yang dilakukan pendemo.

Kordinator Guru Sekolah Nanyang, W Supratman yang mendampingi siswa-siswi membuat laporan ke Mapolresta Medan mengatakan, kedatangan mereka ke Mapolresta Medan untuk membuat laporan karena proses belajar mengajar terganggu akibat aksi demo.
“Ya kita selaku pihak sekolah merasa terganggu atas aksi yang dilakukan warga dan mahasiswa. Sehingga kami membuat laporan ke Mapolresta Medan,” katanya.

Dia juga mengeluhkan aksi yang dilakukan warga  yang sudah berulang kali sehingga mengganggu kegiatan mereka di dalam sekolah.
Sekitar pukul 15.30 WIB, puluhan mahsiswa Universitas HKBP Nommensen mendatangi Mapolresta Medan dan melakukan aksi di gerbang pintu masuk Mapolresta Medan. Mereka menuntut polisi agar rekan-rekan mereka yang diamankan polisi saat melakukan aksi demo di Sekolah Nanyang dibebaskan.
Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol M Yoris Marzuki mengatakan pihak masih melakukan pemeriksaan terhadap pendemo yang diamankan. (adl/gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/