25 C
Medan
Wednesday, May 15, 2024

Dugaan Penganiayaan, Ketua PAN Sumut Dipolisikan, Fauzan: Spontanitas, Saya Emosi…

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ketua DPW PAN Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Ahmad Fauzan Daulay dilaporkan ke Polres Padangsidimpuan atas dugaan penganiayaan terhadap Riduwan Putra Saleh di sebuah hotel Kota Padangsidimpuan, Sabtu (18/2) malam. Dalam laporan polisi Nomor: LP/B/67/II/2023/SPKT/POLRES PADANGSIDIMPUAN POLDA SUMATERA UTARA, tertangga 18 Februari 2023, ada empat orang yang dilaporkan. Satu diantaranya, Ahmad Fauzan Daulay yang juga anggota DPRD Sumut.

Menurut Riduwan, dugaan penganiayaan tersebut berawal ketika dirinya ingin menghadiri rapat pimpinan wilayah salah satu organisasi terbesar di Indonesia. “Malam itu, kami mau hadiri acara di lantai 2 hotel di Padangsidimpuan. Saat saya duduk di loby hotel, ada staf dia (Ahmad Fauzan) datang dan langsung duduk. Saya kenal gitulah. Disalami semuanya, termasuk saya. Tapi, tidak ngomong,” kata Riduwan saat dikonfirmasi Sumut Pos, Minggu (19/2) petang.

Kemudian, ia naik ke lantai 2 untuk mengikuti rapat wilayah organisasi tersebut. Namun sebelum masuk masuk ke ruangan acara tersebut, Riduwan dicegah sejumlah orang. Mereka meminta Riduwan tidak mengikuti acara tersebut. Tapi, Riduwan tidak mengindahkan permintaan tersebut. “Saya ditanya, ngapain menghadiri acara itu. Tak lama, mereka mengajak saya debat soal organisasi, saya tak gubris. Saya bilang, kalau mau urusan organisasi bisa selesaikan di Medan saja, saya bilang begitu,” jelas Riduwan.

Tak lama setelah itu, kata Riduwan, Ahmad Fauzan yang juga anggota DPRD Sumut itu keluar dari dalam ruangan dan langsung menendangnya. “Saya mau masuk ke ruangan, dia (Fauzan) langsung keluar dari ruangan itu.  Tanpa basa-basi diterjangnya saya. Habis itu, ditolaknya badan saya. Saat saya maju, dari belakang sudah gebuki saya secara ramai-ramai, dipukuli ramai-ramai. Saya tidak tahu lagi, sudah dipisahkan sama panitia,” jelas Riduwan.

Setelah dipisahkan, Riduwan mengaku masih dikejar oleh Fauzan dan mengajaknya duel di luar Hotel. Namun, dia tidak mau. ”Ditangkapnya lagi, kalau mau main di luar. Saya bilang, kamu hebat, saya bilang itu,” kata Riduwan.

Ketika disinggung soal pemicu pemukulan itu disebabkan surat mandat untuk hadir di acara tersebut dari Tapak Suci Sumut, di mana Ahmad Fauzan adalah ketuanya, Riduwan membantahnya. Karena menurutnya, kehadiran dirinya dalam musyawarah itu di luar Tapak Suci Sumut sehingga tidak ada kaitannya. “Tidak ada hubungannya itu, karena dia peserta dan saya peserta. Di luar tapak suci. Saya tidak tahu, ini mungkin sentimen pribadi atau hasutan. Peserta muswil kami berdua. Dia ketua, saya sekretaris. Tidak ada urusannya, kami-kami sama peserta,” sebut Riduwan.

Riduwan juga membantah, dirinya diganti dari jabatannya sebagai Sekretaris Tapak Suci Sumut. Karena, sampai sekarang tidak ada Surat Keputusan (SK) pergantian tersebut. “Kalau digantikan harus SK betul lah. SK masih tetap, dia ketua, saya sekretaris,” tegasnya.

Riduwan tetap ngotot untuk membawa kasus ini ke ranah hukum dan mempersiapkan segala langkah ke depannya. “Langkah hukum terus, kita tunggu dalam seminggu tidak ada langkah. Kita buat langkah ketegasan untuk mengawasi ini,” tegasnya lagi.

Riduwan yang juga pengurus HIPMI Sumut ini sudah melaporkan kejadian yang dialaminya ke Pimpinan HIPMI Sumut. Termasuk, akan merembukan untuk melaporkan Ahmad Fauzan ke Badan Kehormatan Dewan (BKD) DPRD Sumut. “Nanti saya rembukan, kebetulan saya pengurus HIPMI Sumut, saya sudah laporkan ke Ketua Umum saya. Ini saya berbicara bukan sebagai Tapak Suci, tapi pengurus HIPMI Sumut,” pungkas Riduwan.

Terpisah, Ketua DPW PAN Sumut Ahmad Fauzan Daulay menjelaskan, pemicu permasalahan itu dikarenakan masalah internal di Kepengurusan Tapak Suci Sumut. Ia mengatakan, Riduwan tidak lagi menjabat sebagai Sekretaris Tapak Suci Sumut. “Begini. Ini masalah internal. Ridwan ini mantan Sekretaris Tapak Suci Sumut. Dia dua bulan lalu, dalam rapat wilayah Tapak Suci Sumut, seluruh Pimda minta dia diganti. Makanya, dalam rapat kerja wilayah, dia sudah diganti dan sudah ditunjuk penggantinya,” jelas Fauzan kepada Sumut Pos, kemarin sore.

Namun, ketika ingin menghadiri acara musyawarah organisasi di hotel Kota Padangsidimpuan tersebut, Fauzan mengaku tak bisa melakukan registrasi. “Saat registrasi, saya dinyatakan tidak terdaftar. Ada mandat, kenapa ada mandat lain? Saya bilang, saya ketua Tapak Suci. Namun panitia bilang, sudah ada mandat mengatasnamakan Tapak Suci Sumut, ditandatangani Wakil Ketua Tapak Suci yaitu Ahmad Arif SE dan Riduwan Putra Saleh yang sudah dipecat dan diganti,” jelas Fauzan.

Dia pun mengaku sudah melaporkan hal itu kepada pimpinan wilayah Muhammadiyah Sumut dan memprotes surat mandat yang dibawa Riduwan. “Saya jelaskan, saya laporkan kepada pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sumut. Sudah damai-damai, peserta ketua dan dekretaris yang lama. Saya tidak terima, itu forum resmi. Kalau Muhammadiyah tidak menerima, lebih bagus coret dua-duanya,” tegas Fauzan.

Saat berada di dalam ruang rapat tersebut, Fauzan mengaku dipanggil keluar oleh panitia musyawarah dan di luar sudah ada Riduwan. Ia mengaku, melihat wajah Riduwan seperti menantang dirinya. “Di luar mukanya, macam melawan dan mengejek. Tentunya saya emosi. Saya pelatih, saya seniornya, kok kurang ajar begitu. Sudah diganti dibuat mandat. Emosi saya di situ, tidak terkontrol. Saya tunjang dia, bukan dipukul. Saya tendang sekali, mungkin karena emosi dia. Dia membalas memukul. Ketika saya mau pukul, kawan-kawan dan senior di Tapak Suci, tak terima,” ungkap Fauzan.

Atas kejadian itu, Fauzan mengklarifikasi terkait pemberitaan bahwa penganiayaan itu, terkesan sudah direncanakan. Ia mengungkapkan, semua hanya spontanitas karena tersulut emosi. “Jadi, pertama yang perlu saya jelaskan. Kalau itu direncanakan, tidak benar. Itu spontanitas, itu di tempat acara Muspimwil, polisi ada situ, pihak keamanan ada di situ, panitia. Tidak mungkin kita menganiaya, ada polisi. Tentunya, kita dibawa ke kantor polisi,” jelas Fauzan.

“Spontanitas saja, tanpa direncanakan, tidak ada penganiayaan. Cuma pas keributan, terkena jam tangan atau cincin. Ada sedikit, itu jadi sandaran dia melapor (ke Kantor Polisi). Kalau ada penganiayaan, kami diamankan ke kantor polisi lah,” ungkapnya lagi.

Meski dilaporkan ke Polres Padangsidimpuan, Fauzan mengaku belum ada dipanggil atau dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. Begitu juga, dia tidak ada rencana melapor balik Riduwan ke polisi. “Sampai hari ini, saya belum ada konfirmasi dari pihak kepolisian, saya menunggu. Saya tidak ada melapor balik, saya tidak,” jelasnya.

Fauza juga mengaku sudah dipanggil oleh pengurus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara. Ia mengatakan, bersedia kasus ini dilakukan mediasi secara kekeluargaan dan tanpa diselesaikan secara hukum. “Tahap awal, saya sudah dipanggil Muhammadiyah, makanya saya meminta kepada Muhammadiyah untuk memfasilitasi, untuk memediasi dan Muhammadiyah sudah coba menghubungi Ridwan, tapi sekarang belum menunjukkan etikad untuk melakukan perdamaian itu,” pungkas Fauzan. (gus/adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ketua DPW PAN Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Ahmad Fauzan Daulay dilaporkan ke Polres Padangsidimpuan atas dugaan penganiayaan terhadap Riduwan Putra Saleh di sebuah hotel Kota Padangsidimpuan, Sabtu (18/2) malam. Dalam laporan polisi Nomor: LP/B/67/II/2023/SPKT/POLRES PADANGSIDIMPUAN POLDA SUMATERA UTARA, tertangga 18 Februari 2023, ada empat orang yang dilaporkan. Satu diantaranya, Ahmad Fauzan Daulay yang juga anggota DPRD Sumut.

Menurut Riduwan, dugaan penganiayaan tersebut berawal ketika dirinya ingin menghadiri rapat pimpinan wilayah salah satu organisasi terbesar di Indonesia. “Malam itu, kami mau hadiri acara di lantai 2 hotel di Padangsidimpuan. Saat saya duduk di loby hotel, ada staf dia (Ahmad Fauzan) datang dan langsung duduk. Saya kenal gitulah. Disalami semuanya, termasuk saya. Tapi, tidak ngomong,” kata Riduwan saat dikonfirmasi Sumut Pos, Minggu (19/2) petang.

Kemudian, ia naik ke lantai 2 untuk mengikuti rapat wilayah organisasi tersebut. Namun sebelum masuk masuk ke ruangan acara tersebut, Riduwan dicegah sejumlah orang. Mereka meminta Riduwan tidak mengikuti acara tersebut. Tapi, Riduwan tidak mengindahkan permintaan tersebut. “Saya ditanya, ngapain menghadiri acara itu. Tak lama, mereka mengajak saya debat soal organisasi, saya tak gubris. Saya bilang, kalau mau urusan organisasi bisa selesaikan di Medan saja, saya bilang begitu,” jelas Riduwan.

Tak lama setelah itu, kata Riduwan, Ahmad Fauzan yang juga anggota DPRD Sumut itu keluar dari dalam ruangan dan langsung menendangnya. “Saya mau masuk ke ruangan, dia (Fauzan) langsung keluar dari ruangan itu.  Tanpa basa-basi diterjangnya saya. Habis itu, ditolaknya badan saya. Saat saya maju, dari belakang sudah gebuki saya secara ramai-ramai, dipukuli ramai-ramai. Saya tidak tahu lagi, sudah dipisahkan sama panitia,” jelas Riduwan.

Setelah dipisahkan, Riduwan mengaku masih dikejar oleh Fauzan dan mengajaknya duel di luar Hotel. Namun, dia tidak mau. ”Ditangkapnya lagi, kalau mau main di luar. Saya bilang, kamu hebat, saya bilang itu,” kata Riduwan.

Ketika disinggung soal pemicu pemukulan itu disebabkan surat mandat untuk hadir di acara tersebut dari Tapak Suci Sumut, di mana Ahmad Fauzan adalah ketuanya, Riduwan membantahnya. Karena menurutnya, kehadiran dirinya dalam musyawarah itu di luar Tapak Suci Sumut sehingga tidak ada kaitannya. “Tidak ada hubungannya itu, karena dia peserta dan saya peserta. Di luar tapak suci. Saya tidak tahu, ini mungkin sentimen pribadi atau hasutan. Peserta muswil kami berdua. Dia ketua, saya sekretaris. Tidak ada urusannya, kami-kami sama peserta,” sebut Riduwan.

Riduwan juga membantah, dirinya diganti dari jabatannya sebagai Sekretaris Tapak Suci Sumut. Karena, sampai sekarang tidak ada Surat Keputusan (SK) pergantian tersebut. “Kalau digantikan harus SK betul lah. SK masih tetap, dia ketua, saya sekretaris,” tegasnya.

Riduwan tetap ngotot untuk membawa kasus ini ke ranah hukum dan mempersiapkan segala langkah ke depannya. “Langkah hukum terus, kita tunggu dalam seminggu tidak ada langkah. Kita buat langkah ketegasan untuk mengawasi ini,” tegasnya lagi.

Riduwan yang juga pengurus HIPMI Sumut ini sudah melaporkan kejadian yang dialaminya ke Pimpinan HIPMI Sumut. Termasuk, akan merembukan untuk melaporkan Ahmad Fauzan ke Badan Kehormatan Dewan (BKD) DPRD Sumut. “Nanti saya rembukan, kebetulan saya pengurus HIPMI Sumut, saya sudah laporkan ke Ketua Umum saya. Ini saya berbicara bukan sebagai Tapak Suci, tapi pengurus HIPMI Sumut,” pungkas Riduwan.

Terpisah, Ketua DPW PAN Sumut Ahmad Fauzan Daulay menjelaskan, pemicu permasalahan itu dikarenakan masalah internal di Kepengurusan Tapak Suci Sumut. Ia mengatakan, Riduwan tidak lagi menjabat sebagai Sekretaris Tapak Suci Sumut. “Begini. Ini masalah internal. Ridwan ini mantan Sekretaris Tapak Suci Sumut. Dia dua bulan lalu, dalam rapat wilayah Tapak Suci Sumut, seluruh Pimda minta dia diganti. Makanya, dalam rapat kerja wilayah, dia sudah diganti dan sudah ditunjuk penggantinya,” jelas Fauzan kepada Sumut Pos, kemarin sore.

Namun, ketika ingin menghadiri acara musyawarah organisasi di hotel Kota Padangsidimpuan tersebut, Fauzan mengaku tak bisa melakukan registrasi. “Saat registrasi, saya dinyatakan tidak terdaftar. Ada mandat, kenapa ada mandat lain? Saya bilang, saya ketua Tapak Suci. Namun panitia bilang, sudah ada mandat mengatasnamakan Tapak Suci Sumut, ditandatangani Wakil Ketua Tapak Suci yaitu Ahmad Arif SE dan Riduwan Putra Saleh yang sudah dipecat dan diganti,” jelas Fauzan.

Dia pun mengaku sudah melaporkan hal itu kepada pimpinan wilayah Muhammadiyah Sumut dan memprotes surat mandat yang dibawa Riduwan. “Saya jelaskan, saya laporkan kepada pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sumut. Sudah damai-damai, peserta ketua dan dekretaris yang lama. Saya tidak terima, itu forum resmi. Kalau Muhammadiyah tidak menerima, lebih bagus coret dua-duanya,” tegas Fauzan.

Saat berada di dalam ruang rapat tersebut, Fauzan mengaku dipanggil keluar oleh panitia musyawarah dan di luar sudah ada Riduwan. Ia mengaku, melihat wajah Riduwan seperti menantang dirinya. “Di luar mukanya, macam melawan dan mengejek. Tentunya saya emosi. Saya pelatih, saya seniornya, kok kurang ajar begitu. Sudah diganti dibuat mandat. Emosi saya di situ, tidak terkontrol. Saya tunjang dia, bukan dipukul. Saya tendang sekali, mungkin karena emosi dia. Dia membalas memukul. Ketika saya mau pukul, kawan-kawan dan senior di Tapak Suci, tak terima,” ungkap Fauzan.

Atas kejadian itu, Fauzan mengklarifikasi terkait pemberitaan bahwa penganiayaan itu, terkesan sudah direncanakan. Ia mengungkapkan, semua hanya spontanitas karena tersulut emosi. “Jadi, pertama yang perlu saya jelaskan. Kalau itu direncanakan, tidak benar. Itu spontanitas, itu di tempat acara Muspimwil, polisi ada situ, pihak keamanan ada di situ, panitia. Tidak mungkin kita menganiaya, ada polisi. Tentunya, kita dibawa ke kantor polisi,” jelas Fauzan.

“Spontanitas saja, tanpa direncanakan, tidak ada penganiayaan. Cuma pas keributan, terkena jam tangan atau cincin. Ada sedikit, itu jadi sandaran dia melapor (ke Kantor Polisi). Kalau ada penganiayaan, kami diamankan ke kantor polisi lah,” ungkapnya lagi.

Meski dilaporkan ke Polres Padangsidimpuan, Fauzan mengaku belum ada dipanggil atau dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. Begitu juga, dia tidak ada rencana melapor balik Riduwan ke polisi. “Sampai hari ini, saya belum ada konfirmasi dari pihak kepolisian, saya menunggu. Saya tidak ada melapor balik, saya tidak,” jelasnya.

Fauza juga mengaku sudah dipanggil oleh pengurus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara. Ia mengatakan, bersedia kasus ini dilakukan mediasi secara kekeluargaan dan tanpa diselesaikan secara hukum. “Tahap awal, saya sudah dipanggil Muhammadiyah, makanya saya meminta kepada Muhammadiyah untuk memfasilitasi, untuk memediasi dan Muhammadiyah sudah coba menghubungi Ridwan, tapi sekarang belum menunjukkan etikad untuk melakukan perdamaian itu,” pungkas Fauzan. (gus/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/