26.7 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Pasien Positif Covid-19 Sumut Tembus 1.024 Orang

Jubir GTPP Covid-19 Sumut, Mayor Kes dr Whiko Irwan.
Jubir GTPP Covid-19 Sumut, Mayor Kes dr Whiko Irwan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah pasien positif Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) menembus angka 1.024 orang. Jumlah ini merupakan tertinggi kedua di Pulau Sumatera, setelah Sumatera Selatan sebanyak 1.596 orang.

Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut, hingga Jumat (19/6) sore tercatat adanya penambahan 31 kasus baru yang positif terpapar virus corona.

Penambahan terbanyak berasal dari Medan sebanyak 18 kasus, Simalungun 4 kasus, Deliserdang 3 kasus. dan kabupaten/kota lainnya.

“Jumlah penderita positif kembali naik dari 993 orang pada hari sebelumnya menjadi 1.024 orang,” ujar Jubir GTPP Covid-19 Sumut Mayor Kes dr Whiko Irwan dalam keterangan persnya melalui video streaming Youtube.

Kata Whiko, penambahan angka juga terjadi pada jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) dari 885 menjadi 899 orang. Kemudian, angka Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dari 159 menjadi 177.

Sedangkan yang meninggal masih tetap di angka 67 orang. “Untuk pasien sembuh juga terjadi kenaikan dari 233 menjadi 249 penderita. Karenanya, kita patut bersyukur penderita yang sembuh terus terjadi peningkatan,” ucapnya.

Saat ini, pasien yang tercatat dirawat di rumah sakit darurat rujukan Covid-19 yaitu RSU Martha Friska Multatuli ada 73 orang, dan di RS GL Tobing ada 60 pasien.

Menjelang pelaksanaan new normal di Sumut, pandemi Covid-19 masih terus berlangsung. Menurut Whiko, berakhirnya pandemi ini apabila ditemukannya vaksin yang sesuai untuk Covid-19 di Indonesia atau seluruh masyarakat Sumut telah imun secara alami terhadap virus corona ini.

“Vaksin adalah bibit penyakit dalam hal ini antigen virus atau virus corona yang sudah dilemahkan dan digunakan untuk menstimulasi imunitas tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala klinis penyakit. Vaksin dapat digunakan pada orang berisiko tinggi dan memiliki komorbid terhadap serangan Covid-19, sehingga dapat digunakan secara luas ke masyarakat,” tuturnya.

Untuk menanggulangi virus corona, sebut Whiko, setidaknya 2/3 masyarakat harus divaksin. Namun, realitanya saat ini vaksin masih dalam tahap pengembangan. Perusahaan farmasi nasional yang mengembangkan ini masih dalam tahap uji klinis, dan belum bisa digunakan untuk masyarakat luas.

Dia melanjutkan, ada beberapa hambatan yang menyebabkan vaksin lama dalam produksinya, antara lain karena vaksin harus benar-benar menimbulkan imunitas terhadap strain virus corona yang ada di Indonesia. Vaksin juga harus melalui beberapa uji klinis yang membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan tahunan untuk memastikan keamanannya digunakan pada manusia tanpa menimbulkan gejala klinis penyakit dan tidak menimbulkan efek samping yang berarti.

Tak hanya itu saja, vaksin harus diproduksi dalam jumlah besar dan membutuhkan bahan baku yang banyak serta biaya yang besar.

“Kekebalan tubuh atau imunitas alamiah tubuh bisa didapatkan bila yang bersangkutan pernah terpapar virus corona atau anti gen corona yang masuk dalam tubuhnya menimbulkan respon imunitas dengan membentuk immunoglobulin M dalam waktu tujuh hari yang selanjutnya membentuk immunoglobulin G untuk imunitas jangka panjang,” paparnya.

Pun begitu, tambahnya, yang menjadi perhatian adalah virus corona akan menyebabkan gejala klinis terhadap sebagian orang yang rentan seperti demam, batuk dan sesak bahkan menimbulkan gejala yang berat terhadap lansia dan berpenyakit kronis. Untuk itulah, langkah yang terbaik saat ini adalah memutus rantai penularan virus corona di wilayah Sumut.

“Roda kehidupan harus terus berjalan, keluarga kita di rumah juga membutuhkan makan, sehingga kita harus bekerja mencari nafkah. Namun pada saat pandemi ini kita bisa tetap bekerja dengan aman tanpa tertular corona apabila kita melaksanakan protokol kesehatan,” tandasnya.

Medan Naik 4 Kali Lipat

Terkait Kota Medan tercatat sebagai daerah dengan penularan Covid-19 tertinggi di Sumut, Pemko Medan melalui GTPP Covid-19 Medan, dinilai gagal dan tidak serius mengatasi penyebaran virus.

“GTPP telah gagal karena tidak ada melakukan apapun. Ketua GTPP hanya fokus memberi bantuan sosial dan pembagian masker. Sedangkan Perwal (No.11/2020) yang dibuat tidak berjalan,” ucap Ketua Panitia Khusus (Pansus) Covid 19 DPRD Medan, Robbi Barus, Jumat (19/6).

Diketahui, dalam tiga minggu terakhir, jumlah pasien terkonfirmasi positif virus Covid-19 di Kota Medan naik 4 kali lipat. Data 26 Mei, jumlah pasien positif Covid-19 yang dirawat masih 115 orang. Pada 18 Juni, jumlah pasien positif melonjak menjadi 458 orang. Padahal, Pemko sudah mengeluarkan Perwal tentang Karantina Kesehatan dalam rangka Percepatan Penanganan Covid-19.

“Sudah saya bilang, itu Perwal abal-abal dan terjawab sekarang. Apakah ada tim Pemko Medan yang turun dan melakukan pengawasan di tempat-tempat keramaian seperti pasar tradisional dan terminal? Jangan cuma bisa mengimbau tapi tidak ada actionnya. Saya gagal paham apa yang telah dikerjakan Pemko. Apakah menunggu ribuan rakyat yang mati baru bertindak serius?” cetusnya.

Dengan meningkatnya kasus positif Covid-19, menurut Robbi, Kota Medan belum dapat menerapkan New Normal. Namun di lapangan, masyarakat terlihat sudah kembali beraktivitas normal seolah-olah wabah Covid-19 sudah menghilang.

Anggota Komisi I ini juga menyesalkan ketidakhadiran Akhyar Nasution selaku Ketua GTPP Covid-19 Kota Medan dalam rapat Pansus Covid-19 DPRD Medan pada 16 Juni kemarin. “Kita undang lagi beliau Senin ini dalam rapat pansus. Kita mau konkrit apa saja yang sudah dilakukan Pemko Medan. Karena kita melihat mereka masih melakukan rutinitas saja, tanpa ada gebrakan,” tutupnya. (ris/map)

Jubir GTPP Covid-19 Sumut, Mayor Kes dr Whiko Irwan.
Jubir GTPP Covid-19 Sumut, Mayor Kes dr Whiko Irwan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah pasien positif Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) menembus angka 1.024 orang. Jumlah ini merupakan tertinggi kedua di Pulau Sumatera, setelah Sumatera Selatan sebanyak 1.596 orang.

Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut, hingga Jumat (19/6) sore tercatat adanya penambahan 31 kasus baru yang positif terpapar virus corona.

Penambahan terbanyak berasal dari Medan sebanyak 18 kasus, Simalungun 4 kasus, Deliserdang 3 kasus. dan kabupaten/kota lainnya.

“Jumlah penderita positif kembali naik dari 993 orang pada hari sebelumnya menjadi 1.024 orang,” ujar Jubir GTPP Covid-19 Sumut Mayor Kes dr Whiko Irwan dalam keterangan persnya melalui video streaming Youtube.

Kata Whiko, penambahan angka juga terjadi pada jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) dari 885 menjadi 899 orang. Kemudian, angka Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dari 159 menjadi 177.

Sedangkan yang meninggal masih tetap di angka 67 orang. “Untuk pasien sembuh juga terjadi kenaikan dari 233 menjadi 249 penderita. Karenanya, kita patut bersyukur penderita yang sembuh terus terjadi peningkatan,” ucapnya.

Saat ini, pasien yang tercatat dirawat di rumah sakit darurat rujukan Covid-19 yaitu RSU Martha Friska Multatuli ada 73 orang, dan di RS GL Tobing ada 60 pasien.

Menjelang pelaksanaan new normal di Sumut, pandemi Covid-19 masih terus berlangsung. Menurut Whiko, berakhirnya pandemi ini apabila ditemukannya vaksin yang sesuai untuk Covid-19 di Indonesia atau seluruh masyarakat Sumut telah imun secara alami terhadap virus corona ini.

“Vaksin adalah bibit penyakit dalam hal ini antigen virus atau virus corona yang sudah dilemahkan dan digunakan untuk menstimulasi imunitas tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala klinis penyakit. Vaksin dapat digunakan pada orang berisiko tinggi dan memiliki komorbid terhadap serangan Covid-19, sehingga dapat digunakan secara luas ke masyarakat,” tuturnya.

Untuk menanggulangi virus corona, sebut Whiko, setidaknya 2/3 masyarakat harus divaksin. Namun, realitanya saat ini vaksin masih dalam tahap pengembangan. Perusahaan farmasi nasional yang mengembangkan ini masih dalam tahap uji klinis, dan belum bisa digunakan untuk masyarakat luas.

Dia melanjutkan, ada beberapa hambatan yang menyebabkan vaksin lama dalam produksinya, antara lain karena vaksin harus benar-benar menimbulkan imunitas terhadap strain virus corona yang ada di Indonesia. Vaksin juga harus melalui beberapa uji klinis yang membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan tahunan untuk memastikan keamanannya digunakan pada manusia tanpa menimbulkan gejala klinis penyakit dan tidak menimbulkan efek samping yang berarti.

Tak hanya itu saja, vaksin harus diproduksi dalam jumlah besar dan membutuhkan bahan baku yang banyak serta biaya yang besar.

“Kekebalan tubuh atau imunitas alamiah tubuh bisa didapatkan bila yang bersangkutan pernah terpapar virus corona atau anti gen corona yang masuk dalam tubuhnya menimbulkan respon imunitas dengan membentuk immunoglobulin M dalam waktu tujuh hari yang selanjutnya membentuk immunoglobulin G untuk imunitas jangka panjang,” paparnya.

Pun begitu, tambahnya, yang menjadi perhatian adalah virus corona akan menyebabkan gejala klinis terhadap sebagian orang yang rentan seperti demam, batuk dan sesak bahkan menimbulkan gejala yang berat terhadap lansia dan berpenyakit kronis. Untuk itulah, langkah yang terbaik saat ini adalah memutus rantai penularan virus corona di wilayah Sumut.

“Roda kehidupan harus terus berjalan, keluarga kita di rumah juga membutuhkan makan, sehingga kita harus bekerja mencari nafkah. Namun pada saat pandemi ini kita bisa tetap bekerja dengan aman tanpa tertular corona apabila kita melaksanakan protokol kesehatan,” tandasnya.

Medan Naik 4 Kali Lipat

Terkait Kota Medan tercatat sebagai daerah dengan penularan Covid-19 tertinggi di Sumut, Pemko Medan melalui GTPP Covid-19 Medan, dinilai gagal dan tidak serius mengatasi penyebaran virus.

“GTPP telah gagal karena tidak ada melakukan apapun. Ketua GTPP hanya fokus memberi bantuan sosial dan pembagian masker. Sedangkan Perwal (No.11/2020) yang dibuat tidak berjalan,” ucap Ketua Panitia Khusus (Pansus) Covid 19 DPRD Medan, Robbi Barus, Jumat (19/6).

Diketahui, dalam tiga minggu terakhir, jumlah pasien terkonfirmasi positif virus Covid-19 di Kota Medan naik 4 kali lipat. Data 26 Mei, jumlah pasien positif Covid-19 yang dirawat masih 115 orang. Pada 18 Juni, jumlah pasien positif melonjak menjadi 458 orang. Padahal, Pemko sudah mengeluarkan Perwal tentang Karantina Kesehatan dalam rangka Percepatan Penanganan Covid-19.

“Sudah saya bilang, itu Perwal abal-abal dan terjawab sekarang. Apakah ada tim Pemko Medan yang turun dan melakukan pengawasan di tempat-tempat keramaian seperti pasar tradisional dan terminal? Jangan cuma bisa mengimbau tapi tidak ada actionnya. Saya gagal paham apa yang telah dikerjakan Pemko. Apakah menunggu ribuan rakyat yang mati baru bertindak serius?” cetusnya.

Dengan meningkatnya kasus positif Covid-19, menurut Robbi, Kota Medan belum dapat menerapkan New Normal. Namun di lapangan, masyarakat terlihat sudah kembali beraktivitas normal seolah-olah wabah Covid-19 sudah menghilang.

Anggota Komisi I ini juga menyesalkan ketidakhadiran Akhyar Nasution selaku Ketua GTPP Covid-19 Kota Medan dalam rapat Pansus Covid-19 DPRD Medan pada 16 Juni kemarin. “Kita undang lagi beliau Senin ini dalam rapat pansus. Kita mau konkrit apa saja yang sudah dilakukan Pemko Medan. Karena kita melihat mereka masih melakukan rutinitas saja, tanpa ada gebrakan,” tutupnya. (ris/map)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/