MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kesedihan mendalam masih terlihat jelas di raut wajah keluarga Sastika Utami (20), korban tewas dalam kecelakaan kapal Kepompong di Kuala Bagan, Asahan, Senin (19/1) lalu.
Itu tergambar ketika wartawan mengunjungi rumah duka di Jalan Utama I, Lingkungan VII, Desa Mekar Sari, Kec. Deli Tua, Deli Serdang, Selasa (20/1).
Ditanya tentang sosok korban dimata keluarga, Retno Larasati (16), adik Sastika menyebutkan kalau kakaknya tergolong cerewet. Pun begitu, Sastika baik hati dan ramah. Terpenting, dia menjadi panutan bagi adik-adiknya.
“Mbak orangnya cerewet mas, tapi walaupun cerewet mbak baik hati dan ramah kepada tetangga, mbak juga panutan bagi kami adik-adiknya,” ujar Retno.
Dijelaskan remaja berkaca mata dan berparas cantik ini, sang kakak punya andil besar dalam memenuhi keperluan pendidikan mereka. “Mbak bekerja ya untuk biayai uang sekolah kami mas. Dari kami mulai masuk SMA, biayanya di tanggung mbak Tika,” ungkap Retno.
Bahkan demi mengutamakan keperluan pendidikan sang adik, Sastika mengesampingkan kehidupan pribadinya. “Kalau pacar sih, mbak belum punya. Mbak Tika lebih memikirkan biaya sekolah kami ketimbang memikirkan pacaran,” imbuh Retno.
Semasa hidup, Sastika sering menjadi tempat curhat adik-adiknya. Bukan hanya masalah umum tetapi juga hal pribadi. “Aku sering curhat sama mbak Tika. Apa saja yang mengganjal di hatiku, selalu kuceritakan sama mbak Tika,” akunya.
Sebelum memutuskan menjadi TKI ke Malaysia, kata Retno, kakaknya berkeinginan menjadi Polwan. Hanya saja kedua orangtua mereka melarang dengan alasan biaya.
“Mbak dulunya ingin jadi polwan, tapi gak dikasih sama ayah dan mama. Katanya biaya untuk masuk jadi Polwan sangat mahal, jadi mbak Tika mengurungkan niatnya,” beber remaja berambut lurus ini.
Selain itu, Retno mengungkap kalau sang kakak memiliki bakat memasak. “Mbak juga sering masakin makanan buat kami, masakan mbak enak kayak masakan mama,” ujarnya.
Lebih lanjut Retno menyebutkan, alasan korban pulang ke Medan pada Desember 2013 karena mau membelikan 2 ekor lembu untuk kedua orangtuanya. “Mbak berpesan agar kedua lembu itu dirawat dengan baik,” kenang Retno.
Setelah membelikan lembu, Sastika juga berkeinginan membelikan rumah di kawasan Pasar I, Delitua. “Selama di sini, mbak sering bilang mau belikan rumah. Tapi mau bilang apa, mungkin belum rejeki,” sedih Retno.
Terkait firasat, Retno menyebutkan bahwa Sastika berulang kali minta foto bersama keluarga. Ini sangat aneh, mengingat sang kakak dikenal tidak suka berfoto.
“Katanya kalau gak sempat foto bareng, mbak minta fotonya ditempel di foto keluarga. Kami heran karena mbak orangnya gak terlalu suka foto-foto,” tandasnya. (cr-5/ras)