30 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Groundbreaking Normalisasi Sungai Bedera, Gubsu: Siapapun Tak Boleh Mengganggu

SAKSIKAN: Gubsu, Edy Rahmayadi, Wakil Wali Kota Medan, Ir H Akhyar Nasution MSi, Dandim, Kol Inf Roy Hansen J Sinaga, Forkopimda Sumut dan Kota Medan, menyaksikan langsung dimulainya normalisasi pelebaran alur Sungai Bedera.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Program Medan Bersih, Berseri dan Bermartabat yang digagas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, memasuki babak baru. Hal itu ditandai dalam acara Groundbreaking Normalisasi/Pelabaran Alur Sungai Badera, di pelataran Perumahan Bumi Asri, tepatnya kawasan Pergudangan Paragon, Selasa (20/8) sore.

Gubsu Edy Rahmayadi bersama Wali Kota Medan Drs H T Dzulmi Eldin S MSi yang diwakili Wakil Wali Kota Ir H Akhyar Nasution MSi, Dandim Kol Inf Roy Hansen J Sinaga beserta unsur Forkopimda Sumut dan Kota Medan menyaksikan langsung dimulainya normalisasi pelebaran alur Sungai Bedera yang melintasi Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang.

Dengan mengenakan rompi keselamatan kerja, pengerukan melalui eskavator yang dinaiki Gubsu Edy, Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution dan Kepala BWSS II, Roy Pardede menandai groundbreaking Sungai Badera. Alat berat berupa beko tersebut tampak membersihkan sampah yang ada dalam sungai, dan merobohkan bagunan liar di sempadan Badera.

Pengorekan sungai yang dilakukan dalam rangka mengatasi banjir juga disaksikan ratusan warga sekitar yang selama ini menjadi langganan banjir akibat Sungai Bedera telah mengalami penypitan dan pendangkalan. Selain pengorekan, long amp juga merubuhkan pagar seng milik warga yang didirikan persis di pinggiran Sungai Bedera. Tidak hanya pagar seng, long amp juga menghancurkan bangunan liar yang juga didirikan di pinggiran sungai. Tak ada apa upaya dari pemlik pagar seng maupun bangunan liar yang melakukan protes maupun menghentikan prosesi pengorekan maupun pembongkaran yang dilakukan. Kemudian diikuti dengan pelebaran sungai yang ditandai dengan penghancuran dinding sungai yang telah dibeton.

Normalisasi yang dilakukan ini melibatkan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait dari Pemerintah Provinsi Sumut, Pemko Medan BWS Sumatera II serta dibantu personel dari Kodam I/BB. Proses normalisasi berjalan dengan lancar, tanpa kesulitan long amp pun melakukan pendalaman dan pelebaran. Tanah bercampur lumpur hasil pengorekan selanjutnya ditumpukkan untuk s lanjutnya diratakan.

Menurut Gubsu, normalisasi dilakukan guna mengatasi banjir yang selama ini terjadi. Tidak hanya Sungai Bedera, ada 8 sungai lagi yang menyusul akan dinormalisasi. Namun sebagai langkah awal, Sungai Bedera yang dinormalisasi karena pendangkalan dan penyempitan yang terjadi cukup parah. Dengan normalisasi yang dilakukan diharapkan dapat mengatasi banjir yang selama ini terjadi. “Kalau rumah saya banjir, saya tidak masalah tapi kalau rumah warga yang kebanjiran justru saya yang kewalahan. Itu karena saya sayang warga Sumut, terutama Kota Medan karena Medan ibukota provinsi Sumut,” kata Gubsu.

Dengan dimulainya normalisasi Gubsu berharap sampai tahun 2022, seluruh sungai yang ada di Kota Medan bersih sehingga nyaman diperggunakan. “Ada 9 sungai di Kota Medan yang harus segera ditangani. BWS telah menyiapkan anggaran Rp1 triliun. Anak cucu kita harus hidup sehat. Siapa pun tak boleh mengganggu. Kalau ada yang terganggu, segera bicarakan dengan saya,” tegasnya.

Gubsu menegaskan, tidak boleh seorang pun yang mengganggu kelancaran pekerjaan tersebut. Ia juga membuka ruang komunikasi bagi warga yang terdampak maupun pihak mana saja, untuk diambil solusi segera sesuai ketentuan berlaku.

Menurutnya, tanpa bantuan masyarakat dan semua pihak terkait program dimaksud tidak akan dapat berjalan mulus. “Kenapa saya harus turun hingga tingkat seperti ini. Karena tanpa pengertian kita semua, (program normalisasi) ini adalah omong kosong. Kota Medan ini adalah ibukota Sumut dan milik warga Sumut,” katanya.

Edy menceritakan bahwa program ini ia contoh dari Sungai Citarum, Jawa Barat. Di mana, berkat tangan dingin eks Pangdam Siliwangi waktu itu yang sekarang Kepala BNPB, Doni Monardo, dari sungai terjorok di dunia menjadi sungai yang bersih.

“Saya juga berharap dan punya mimpi yang sama. Kota Medan yang diapit lima sungai harus bersih dan berseri. Sungai ini adalah anugerah Tuhan. Sungai diciptakan sebagai kebermanfaatan bagi manusia. Dan surga kecil itu ditaruh di tempat kita. Kita aja yang gak tahu diri,” tegasnya.

Mantan Pangkostad ini mengajak seluruh lurah dan camat untuk bekerja ikhlas dalam mewujudkan program tersebut. Terutama untuk melakukan pendekatan terhadap warga yang terkena dampak pembangunan. “Kalau kalian (lurah dan camat) bekerja ikhlas, maka surgalah tempat kalian nanti. Saya bersumpah kepada Tuhan, saya tidak akan sengsarakan rakyat saya. Ini harus kita selesaikan. Sebab 10 menit aja Medan hujan, pasti banjir. Saya juga sudah siapkan tali asih. Kalaupun nanti kalian tak mau tali asih, kita sediakan rumah susun,” tutur Gubsu.

Sebelumnya, Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II, Roy Pardede mengungkapkan, Sungai Badera akan menjadi proyek percontohan dari sungai lain yang ada di Medan untuk mewujudkan Program Medan Bersih, Berseri dan Bermartabat.

“Sungai Badera salah satu sungai langganan banjir di Medan. Ini akibat terjadi sendimentasi dan penyempitan sungai. Sehingga daya dukung Badera tidak lagi mampu menampung debit air. Atas dasar itu acara hari ini (kemarin, Red) kita laksanakan.

Kami (BWSS) bersama seluruh stakeholder termasuk tokoh masyarakat, akademisi, TNI/Polri, dan Pemprovsu melaksanakan groundbreaking demi tujuan Medan terhindar dari banjir. Dan Sungai Badera akan menjadi pilot projek atas pelaksanaan program ini,” katanya saat memberi sambutan di acara groundbreaking.

Pihaknya menargetkan, pada akhir tahun ini pekerjaan normalisasi Sungai Badera akan selesai dilakukan. Karenanya BWSS II berharap bantuan semua pihak termasuk masyarakat yang terkena dampak, untuk dapat membantu pelaksanaan pekerjaan di lapangan. “Kami tidak mungkin bisa melaksanakan pekerjaan ini tanpa dukungan semua pihak. Kita berharap semua pihak terlibat dalam pelaksanaannya nanti,” katanya.

Normalisasi Sungai Badera yang memiliki panjang 3,5 km, akan dilakukan mulai dari Jalan Gatot Subroto simpang dekat Kodam I/BB, sampai ke pintu tol Helvetia. Secara teknis pekerjaan, BWSS II mengaku tidak ada masalah karena punya alat yang lengkap dan dibantu perlengkapan dari Kodam I/BB.

Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution mengatakan, setelah didata terdapat 93 kepala keluarga yang menetap di sepanjang sempadan Sungai Badera. “Seperti Pak Gubernur tadi katakan akan kita berikan tali asih. Dan untuk nilainya akan ditentukan oleh Pak Gubernur,” katanya.

Dikatakan Akhyar, Pemko juga siap duduk bersama membahas klaim warga akibat dampak pekerjaan itu. Sehingga semua bisa clear dan pekerjaan cepat terwujud. Ada aturan bahwa lebar sungai menurut RTRW Kota Medan adalah enam meter. “Di luar itu ada namanya sempadan sungai. Lebih kurang 15 meter kiri kanan.

Total sebenarnya adalah 38 meter namun kita ambil cuma 16 meter. Itu merupakan hak air dan sudah ada ketentuan bakunya. Mengenai ada klaim tanah mereka, kita akan cek dan ukur ulang. Kita lihat dulu bagaimana prosesnya, kita akan rekonstruksi,” katanya.

Akhyar menambahkan bagi warga yang bersedia direlokasi dan tak mau diberi tali asih, Pemko akan memfasilitasi hunian di Rusunawa Kayu Putih. “Untuk relokasi tahap pertama ini Pemko Medan ada Rusunawa Kayu Putih. Ada beberapa unit lagi di situ. Silahkan manfaat itu. Yang mau pindah sukarela juga akan kita kasih tali asihnya,” katanya.

Selain BWSS II dan Pemprovsu, program ini melibatkan jajaran Kodam I/BB, Polda Sumut, Pemko Medan, dan Pemkab Deliserdang. Sebelumnya Gubsu sudah intens mengajak seluruh pihak untuk rapat koordinasi membahas penanganan banjir Kota Medan dan sekitarnya. (prn/map/ila)

SAKSIKAN: Gubsu, Edy Rahmayadi, Wakil Wali Kota Medan, Ir H Akhyar Nasution MSi, Dandim, Kol Inf Roy Hansen J Sinaga, Forkopimda Sumut dan Kota Medan, menyaksikan langsung dimulainya normalisasi pelebaran alur Sungai Bedera.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Program Medan Bersih, Berseri dan Bermartabat yang digagas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, memasuki babak baru. Hal itu ditandai dalam acara Groundbreaking Normalisasi/Pelabaran Alur Sungai Badera, di pelataran Perumahan Bumi Asri, tepatnya kawasan Pergudangan Paragon, Selasa (20/8) sore.

Gubsu Edy Rahmayadi bersama Wali Kota Medan Drs H T Dzulmi Eldin S MSi yang diwakili Wakil Wali Kota Ir H Akhyar Nasution MSi, Dandim Kol Inf Roy Hansen J Sinaga beserta unsur Forkopimda Sumut dan Kota Medan menyaksikan langsung dimulainya normalisasi pelebaran alur Sungai Bedera yang melintasi Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang.

Dengan mengenakan rompi keselamatan kerja, pengerukan melalui eskavator yang dinaiki Gubsu Edy, Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution dan Kepala BWSS II, Roy Pardede menandai groundbreaking Sungai Badera. Alat berat berupa beko tersebut tampak membersihkan sampah yang ada dalam sungai, dan merobohkan bagunan liar di sempadan Badera.

Pengorekan sungai yang dilakukan dalam rangka mengatasi banjir juga disaksikan ratusan warga sekitar yang selama ini menjadi langganan banjir akibat Sungai Bedera telah mengalami penypitan dan pendangkalan. Selain pengorekan, long amp juga merubuhkan pagar seng milik warga yang didirikan persis di pinggiran Sungai Bedera. Tidak hanya pagar seng, long amp juga menghancurkan bangunan liar yang juga didirikan di pinggiran sungai. Tak ada apa upaya dari pemlik pagar seng maupun bangunan liar yang melakukan protes maupun menghentikan prosesi pengorekan maupun pembongkaran yang dilakukan. Kemudian diikuti dengan pelebaran sungai yang ditandai dengan penghancuran dinding sungai yang telah dibeton.

Normalisasi yang dilakukan ini melibatkan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait dari Pemerintah Provinsi Sumut, Pemko Medan BWS Sumatera II serta dibantu personel dari Kodam I/BB. Proses normalisasi berjalan dengan lancar, tanpa kesulitan long amp pun melakukan pendalaman dan pelebaran. Tanah bercampur lumpur hasil pengorekan selanjutnya ditumpukkan untuk s lanjutnya diratakan.

Menurut Gubsu, normalisasi dilakukan guna mengatasi banjir yang selama ini terjadi. Tidak hanya Sungai Bedera, ada 8 sungai lagi yang menyusul akan dinormalisasi. Namun sebagai langkah awal, Sungai Bedera yang dinormalisasi karena pendangkalan dan penyempitan yang terjadi cukup parah. Dengan normalisasi yang dilakukan diharapkan dapat mengatasi banjir yang selama ini terjadi. “Kalau rumah saya banjir, saya tidak masalah tapi kalau rumah warga yang kebanjiran justru saya yang kewalahan. Itu karena saya sayang warga Sumut, terutama Kota Medan karena Medan ibukota provinsi Sumut,” kata Gubsu.

Dengan dimulainya normalisasi Gubsu berharap sampai tahun 2022, seluruh sungai yang ada di Kota Medan bersih sehingga nyaman diperggunakan. “Ada 9 sungai di Kota Medan yang harus segera ditangani. BWS telah menyiapkan anggaran Rp1 triliun. Anak cucu kita harus hidup sehat. Siapa pun tak boleh mengganggu. Kalau ada yang terganggu, segera bicarakan dengan saya,” tegasnya.

Gubsu menegaskan, tidak boleh seorang pun yang mengganggu kelancaran pekerjaan tersebut. Ia juga membuka ruang komunikasi bagi warga yang terdampak maupun pihak mana saja, untuk diambil solusi segera sesuai ketentuan berlaku.

Menurutnya, tanpa bantuan masyarakat dan semua pihak terkait program dimaksud tidak akan dapat berjalan mulus. “Kenapa saya harus turun hingga tingkat seperti ini. Karena tanpa pengertian kita semua, (program normalisasi) ini adalah omong kosong. Kota Medan ini adalah ibukota Sumut dan milik warga Sumut,” katanya.

Edy menceritakan bahwa program ini ia contoh dari Sungai Citarum, Jawa Barat. Di mana, berkat tangan dingin eks Pangdam Siliwangi waktu itu yang sekarang Kepala BNPB, Doni Monardo, dari sungai terjorok di dunia menjadi sungai yang bersih.

“Saya juga berharap dan punya mimpi yang sama. Kota Medan yang diapit lima sungai harus bersih dan berseri. Sungai ini adalah anugerah Tuhan. Sungai diciptakan sebagai kebermanfaatan bagi manusia. Dan surga kecil itu ditaruh di tempat kita. Kita aja yang gak tahu diri,” tegasnya.

Mantan Pangkostad ini mengajak seluruh lurah dan camat untuk bekerja ikhlas dalam mewujudkan program tersebut. Terutama untuk melakukan pendekatan terhadap warga yang terkena dampak pembangunan. “Kalau kalian (lurah dan camat) bekerja ikhlas, maka surgalah tempat kalian nanti. Saya bersumpah kepada Tuhan, saya tidak akan sengsarakan rakyat saya. Ini harus kita selesaikan. Sebab 10 menit aja Medan hujan, pasti banjir. Saya juga sudah siapkan tali asih. Kalaupun nanti kalian tak mau tali asih, kita sediakan rumah susun,” tutur Gubsu.

Sebelumnya, Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II, Roy Pardede mengungkapkan, Sungai Badera akan menjadi proyek percontohan dari sungai lain yang ada di Medan untuk mewujudkan Program Medan Bersih, Berseri dan Bermartabat.

“Sungai Badera salah satu sungai langganan banjir di Medan. Ini akibat terjadi sendimentasi dan penyempitan sungai. Sehingga daya dukung Badera tidak lagi mampu menampung debit air. Atas dasar itu acara hari ini (kemarin, Red) kita laksanakan.

Kami (BWSS) bersama seluruh stakeholder termasuk tokoh masyarakat, akademisi, TNI/Polri, dan Pemprovsu melaksanakan groundbreaking demi tujuan Medan terhindar dari banjir. Dan Sungai Badera akan menjadi pilot projek atas pelaksanaan program ini,” katanya saat memberi sambutan di acara groundbreaking.

Pihaknya menargetkan, pada akhir tahun ini pekerjaan normalisasi Sungai Badera akan selesai dilakukan. Karenanya BWSS II berharap bantuan semua pihak termasuk masyarakat yang terkena dampak, untuk dapat membantu pelaksanaan pekerjaan di lapangan. “Kami tidak mungkin bisa melaksanakan pekerjaan ini tanpa dukungan semua pihak. Kita berharap semua pihak terlibat dalam pelaksanaannya nanti,” katanya.

Normalisasi Sungai Badera yang memiliki panjang 3,5 km, akan dilakukan mulai dari Jalan Gatot Subroto simpang dekat Kodam I/BB, sampai ke pintu tol Helvetia. Secara teknis pekerjaan, BWSS II mengaku tidak ada masalah karena punya alat yang lengkap dan dibantu perlengkapan dari Kodam I/BB.

Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution mengatakan, setelah didata terdapat 93 kepala keluarga yang menetap di sepanjang sempadan Sungai Badera. “Seperti Pak Gubernur tadi katakan akan kita berikan tali asih. Dan untuk nilainya akan ditentukan oleh Pak Gubernur,” katanya.

Dikatakan Akhyar, Pemko juga siap duduk bersama membahas klaim warga akibat dampak pekerjaan itu. Sehingga semua bisa clear dan pekerjaan cepat terwujud. Ada aturan bahwa lebar sungai menurut RTRW Kota Medan adalah enam meter. “Di luar itu ada namanya sempadan sungai. Lebih kurang 15 meter kiri kanan.

Total sebenarnya adalah 38 meter namun kita ambil cuma 16 meter. Itu merupakan hak air dan sudah ada ketentuan bakunya. Mengenai ada klaim tanah mereka, kita akan cek dan ukur ulang. Kita lihat dulu bagaimana prosesnya, kita akan rekonstruksi,” katanya.

Akhyar menambahkan bagi warga yang bersedia direlokasi dan tak mau diberi tali asih, Pemko akan memfasilitasi hunian di Rusunawa Kayu Putih. “Untuk relokasi tahap pertama ini Pemko Medan ada Rusunawa Kayu Putih. Ada beberapa unit lagi di situ. Silahkan manfaat itu. Yang mau pindah sukarela juga akan kita kasih tali asihnya,” katanya.

Selain BWSS II dan Pemprovsu, program ini melibatkan jajaran Kodam I/BB, Polda Sumut, Pemko Medan, dan Pemkab Deliserdang. Sebelumnya Gubsu sudah intens mengajak seluruh pihak untuk rapat koordinasi membahas penanganan banjir Kota Medan dan sekitarnya. (prn/map/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/