31.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Atrium Mal Focal Point Disulap Jadi Museum Manusia Purba Sangiran

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Pengunjung mengamati koleksi manusia purba pada Pameran Museum Manusia Purba Sangiran di Mall Focal Point Jalan Ringroad Medan, Kamis (19/10/2017). Pameran museum manusia purba Sangiran yang digelar di lima kota di Sumatera tersebut untuk memperkenalkan sejarah situs Sangiran di Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jateng yang telah diakui oleh UNESCO kepada masyarakat luas.

Ingin merasakan bagaimana suasana di zaman purba? Datang saja ke Mal Focal Point Medan. Di sana, setiap pengunjung akan merasakan suasana berbeda, seakan-akan berada di zaman purba. Arena pameran Museum Manusia Purba Sangiran ini digelar di Atrium Mal Focal Point Medan sejak Rabu (18/10) hingga besok, Minggu (22/10).

 

————————————-

M IDRIS FIRDAUSY, Medan

————————————-

 

Decak kagum tergambar dari raut wajah setiap orang yang memasuki arena pameran Museum Manusia Purba Sangiran. Bagaimana tidak, deretan koleksi fosil manusia dan hewan dengan umur jutaan tahun silam dipajang rapi di sana. Sehingga, menimbulkan kesan seolah kembali ke masa lampau.

Saat melangkah masuk ke arena pameran seluas sekitar 200 meter persegi itu, kita langsung dihadapkan dengan gading raksasa yang menjulang tinggi. Benda tersebut sepertinya sengaja didesain agar pengunjung serasa masuk ke museum sebenarnya, yang berada di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Ketika berjalan ke sisi kiri, terpajang fosil rahang buaya dan taring kuda sungai purba. Selain itu, terdapat juga tengkorak dan tanduk kerbau, tulang lengan atas gajah, serta tengkorak dan tanduk banteng.

Namun, bila berjalan ke sisi kanan, pengunjung akan semakin terkejut. Sebab, tersusun gading gajah raksasa beserta rahangnya dan tiga patung manusia purba.

Tiga patung yang merupakan laki-laki, perempuan dan anak tersebut menjadi pusat perhatian para pengunjung yang datang. Patung itu merupakan rekonstruksi dari Homo Erectus.

‎Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Syukron Edi mengungkapkan, pameran itu sengaja diselenggarakan untuk mengedukasi masyarakat Medan dan Sumatera Utara khususnya para pelajar terhadap peradaban Manusia Purba Sangiran. Dengan begitu, wawasan mereka akan sejarah semakin bertambah.

“Situs Sangiran adalah salah satu situs manusia purba terlengkap di dunia. Potensi Situs Sangiran akan menjadi bukti-bukti manusia, peradaban, dan lingkungan terpendam di dalam tanah secara baik, tidak kurang dari 2 juta silam. Kontribusi Situs Sangiran berupa fosil manusia telah menyumbang 50 persen populasi Homo Erectus di seluruh dunia. Peradaban manusia pun telah dibuktikan dengan temuan perkakas Homo Erectus pada lapisan tanah berusia 1,2 juta tahun silam. Oleh karena kekayaan itu, UNESCO menyebut Situs Sangiran adalah salah satu situs kunci untuk pemahaman evolusi manusia,” ungkap Syukron, kemarin.

Dikatakannya, situs ini menjadi salah satu bagian wilayah penelitian Louis Jean Chretien van Es, seorang geolog Belanda yang bekerja di Jawatan Geologi Hindia Belanda di Bandung. Pada tahun 1928, jawatan ini mengadakan program pemetaan di Jawa untuk kebutuhan agrikultur dan eksplorasi mineral Hindia Belanda yang targetnya selesai dalam 15 tahun.

Wilayah penelitian Jean meliputi 13 lapisan tanah di Jawa, sembilan di antaranya dilengkapi lampiran peta geologi, yaitu Baribis, Patiayam, Sangiran, Kaliuter Baringin, Lembah Sungai Bengawan Solo (Trinil), batas selatan dan utara Pengunungan Kendeng dan Gunung Pandan. Dibantu Gustav, Jean mengumpulkan data fosil spesies yang ditemukan dalam penelitiannya.

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Pengunjung mengamati koleksi manusia purba pada Pameran Museum Manusia Purba Sangiran di Mall Focal Point Jalan Ringroad Medan, Kamis (19/10/2017). Pameran museum manusia purba Sangiran yang digelar di lima kota di Sumatera tersebut untuk memperkenalkan sejarah situs Sangiran di Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jateng yang telah diakui oleh UNESCO kepada masyarakat luas.

Ingin merasakan bagaimana suasana di zaman purba? Datang saja ke Mal Focal Point Medan. Di sana, setiap pengunjung akan merasakan suasana berbeda, seakan-akan berada di zaman purba. Arena pameran Museum Manusia Purba Sangiran ini digelar di Atrium Mal Focal Point Medan sejak Rabu (18/10) hingga besok, Minggu (22/10).

 

————————————-

M IDRIS FIRDAUSY, Medan

————————————-

 

Decak kagum tergambar dari raut wajah setiap orang yang memasuki arena pameran Museum Manusia Purba Sangiran. Bagaimana tidak, deretan koleksi fosil manusia dan hewan dengan umur jutaan tahun silam dipajang rapi di sana. Sehingga, menimbulkan kesan seolah kembali ke masa lampau.

Saat melangkah masuk ke arena pameran seluas sekitar 200 meter persegi itu, kita langsung dihadapkan dengan gading raksasa yang menjulang tinggi. Benda tersebut sepertinya sengaja didesain agar pengunjung serasa masuk ke museum sebenarnya, yang berada di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Ketika berjalan ke sisi kiri, terpajang fosil rahang buaya dan taring kuda sungai purba. Selain itu, terdapat juga tengkorak dan tanduk kerbau, tulang lengan atas gajah, serta tengkorak dan tanduk banteng.

Namun, bila berjalan ke sisi kanan, pengunjung akan semakin terkejut. Sebab, tersusun gading gajah raksasa beserta rahangnya dan tiga patung manusia purba.

Tiga patung yang merupakan laki-laki, perempuan dan anak tersebut menjadi pusat perhatian para pengunjung yang datang. Patung itu merupakan rekonstruksi dari Homo Erectus.

‎Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Syukron Edi mengungkapkan, pameran itu sengaja diselenggarakan untuk mengedukasi masyarakat Medan dan Sumatera Utara khususnya para pelajar terhadap peradaban Manusia Purba Sangiran. Dengan begitu, wawasan mereka akan sejarah semakin bertambah.

“Situs Sangiran adalah salah satu situs manusia purba terlengkap di dunia. Potensi Situs Sangiran akan menjadi bukti-bukti manusia, peradaban, dan lingkungan terpendam di dalam tanah secara baik, tidak kurang dari 2 juta silam. Kontribusi Situs Sangiran berupa fosil manusia telah menyumbang 50 persen populasi Homo Erectus di seluruh dunia. Peradaban manusia pun telah dibuktikan dengan temuan perkakas Homo Erectus pada lapisan tanah berusia 1,2 juta tahun silam. Oleh karena kekayaan itu, UNESCO menyebut Situs Sangiran adalah salah satu situs kunci untuk pemahaman evolusi manusia,” ungkap Syukron, kemarin.

Dikatakannya, situs ini menjadi salah satu bagian wilayah penelitian Louis Jean Chretien van Es, seorang geolog Belanda yang bekerja di Jawatan Geologi Hindia Belanda di Bandung. Pada tahun 1928, jawatan ini mengadakan program pemetaan di Jawa untuk kebutuhan agrikultur dan eksplorasi mineral Hindia Belanda yang targetnya selesai dalam 15 tahun.

Wilayah penelitian Jean meliputi 13 lapisan tanah di Jawa, sembilan di antaranya dilengkapi lampiran peta geologi, yaitu Baribis, Patiayam, Sangiran, Kaliuter Baringin, Lembah Sungai Bengawan Solo (Trinil), batas selatan dan utara Pengunungan Kendeng dan Gunung Pandan. Dibantu Gustav, Jean mengumpulkan data fosil spesies yang ditemukan dalam penelitiannya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/