SUMUTPOS.CO – Bayi kembar siam pasangan Hendri Sinuraya (25) dan Nurhayati Tarigan (23) berhasil dipisahkan oleh tim dokter dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP-HAM) yang dikepalai oleh Makmur Sitepu SpOG (K), tepat pada pukul 16.30 WIB hari Selasa (19/11) lalu.
Operasi ini dilakukan karena kondisi kesehatan kedua bayi yang mulai menurun, satu jam pasca pemisahan, satu diantaranya meninggal dunia.
Bayi yang meninggal dunia adalah bayi Nurhayati 1 yang telah diberi nama Nurhidayah dan yang masih bertahan hidup adalah Nurhayati 2 yang diberi nama Nurhasanah. Operasi ini sendiri tuntas dilakukan sekitar pukul 19.00 WIBn
Kegelisahan Hendri dan istrinya pun mulai terobati. Mereka sudah ikhlas dengan apa yang telah terjadi kepada kedua putrinya. Usai menguburkan Nurhidayah, ia kembali fokus dengan putri kecilnya Nurhasanah yang saat ini tengah mendapatkan perawatan itensif di Unit Perawatan Itensif (UPI) Anak RSUP-HAM. Dinyatakan dokter, Nurhasanah masih harus menjalani masa kritisnya selama 8 hari.
“Sudah sedikit legah, dari awal memang dokter sudah bilang kalau bayi Nurhayati 1 yang sakit akan meninggal dunia dan kami sudah siap. Mudah-mudahan anak kami yang satu lagi bisa sehat dan bisa menjadi teman ibunya. Ini aku masih di Patumbak karena masih ada acara selesai dikembumikan. Tapi, nanti sore ke RS lagi ngantarkan ASI,” ujarnya warga Talun Kenas Deli Serdang ini.
Sementara itu, tim dokter penanganan bayi kembar siam juga merasa lega setelah belasan kali melaksanakan rapat untuk mengambil keputusan terhadap kedua bayi tersebut. Sebelumnya, Makmur memperhitungkan waktu operasi mencapai 12 jam hingga 20 jam sehingga dokter yang dipersiapkan hingga mencapai 20 orang. Namun, setelah dibedah diketahui waktunya tidak begitu lama, sekitar 7 jam.
Makmur menerangkan, bayi 1 atau disebut bayi sakit meninggal karena kelainan paru-paru dan komplikasi jantung sedangkan kondisi bayi 2 stabil meskipun hanya memiliki satu ginjal.
“Bayi satu meninggal karena paru-parunya sangat kecil dan tidak bisa menampung oksigen dan jantungnya itu banyak sekali kelainannya. Sedangkan bayi kedua kondisinya sehat dan stabil walaupun hanya memiliki satu ginjal. Kita bisa hidup dengan satu ginjal dan tidak masalah dalam bekerja. Hanya kemungkinan di usia 20 tahun bisa hypertensi,” kata Makmur.
Dokter spesialis anak yang menangani bayi 2, Dr Pertin Sianturi Sp A (K) juga menyatakan bahwa pada bayi 1 mengalami kelainan jantung yang sangat kompleks dan terjadi penyumbatan pada aliran sistem cerna bahkan 2 hari sebelum dilakukan operasi denyut jantung bayi 1 menurun sehingga harus dilakukan operasi.
“Bayi 1 ini dengan kelainan jantung yang kompleks dan parunya tidak mampu menangkap oksigen dan beban yang ditanggung bayi 1 ini ditanggung oleh bayi 2, sehingga keadaan bayi 2 juga menurun. 24 jam sebelum operasi denyut jantung bayi 1 sangat menurun dan kita tidak mau melakukan operasi setelah bayi meninggal. Karena kalau bayi 1 meninggal, tak lama bayi 2 pun akan menyusul. Untuk itu, kita ambil tindakan melakukan operasi ini,” kata Pertin.
Tambahnya, bayi 2 saat ini ia masih dalam masa kritis hingga 8 hari. “Kalau sudah bertahan hingga 8 hari kemungkinan besar dapat terus bertahan hingga besar. Namun, saat ini masih ada yang harus dikoreksi seperti lubang dubur dan saluran kemihnya yang masih satu muara dan berisiko infeksi saluran kencing, tapi semua bisa dikoreksi,” katanya.
Hal yang unik, tambah dokter Pertin dan Makmur, kedua bayi kembar siam ini masing-masing memiliki telapak kaki, namun tulang tungkai hanya ada satu di bayi 2, tulang kaki bayi yang sakit menumpang di bayi yang sehat. Kedua bayi memiliki tiga kaki, dua kaki untuk yang sehat dan satu kaki untuk yang sakit. “Untuk ini dikerjakan dokter ahli orthopedi anak dan ini sangat unik. Berarti bayi 2 ini membawa telapak kaki bayi 1, di usianya 9 bulan atau beratnya 10 kg nanti, akan dilakukan koreksi telapak kakinya,” katanya sembari mengatakan kasus kelahiran kembar siam Nurhayati 1 dan 2 ini, perbandingannya 1 : 10.000 dengan bayi kembar yang ada.
Menambahkan Dr Mahyono SpB SpBA yang juga ikut dalam tim dokter di bagian bedah anak menambahkan, kedua bayi memiliki saluran cerna (usus) dua tetapi sampai usus halus saja. Dari usus halus ke usus besar hanya satu. “Tapi memang bayi pertama mempunyai kelaianan jantung yang banyak dan paru-paru yang kecil dan tidak berkembang jadi tidak bisa menangkap oksigen, ini yang berat,” ujarnya.
Saat ini, Nurhasanah tengah mendapatkan perawatannya itensif, kondisinya stabil hanya tinggal perawatan luka operasi. (*)