25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Antrean Operasi Jantung RSUP HAM Hingga April 2020, Dirut Diminta Tambah Dokter Spesialis Jantung

Anggota DPRD Sumatera Utara, Zeira Salim Ritonga.
istimewa/sumut pos
Anggota DPRD Sumatera Utara, Zeira Salim Ritonga. istimewa/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Panjangnya antrean operasi bagi pasien jantung di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP-HAM) Medan, bisa diatasi bila Direktur rumah sakit tersebut menambah dokter spesialis jantung. Pendapat ini disampaikan Anggota DPRD Sumatera Utara, Zeira Salim Ritonga menjawab Sumut Pos, Rabu (20/11).

“Sebenarnya ada solusi mudah untuk mengatasi masalah ini jika pimpinan RSUP-HAM Medan punya kemauan. Antara lain, dengan menambah dokter spesialis jantung berikut sarana pendukungnya,” ujar Zeira Salim.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga mengatakan, bahwa penyakit jantung merupakan pembunuh utama bagi manusia. Karena itu sangat dibutuhkan sumber daya manusia tambahan di setiap rumah sakit, guna menangani penyakit berbahaya tersebut.

“Penambahan dokter spesialis jantung sudah menjadi kebutuhan mendesak guna mempercepat pertolongan bagi penderita. Dan juga penambahan fasilitas infrastruktur seperti ruangan dan alat medis yang canggih, perlu untuk dilakukan RSUP-HAM,” paparnya.

Diketahui sebelumnya, daftar tunggu atau antrean untuk operasi bedah jantung di Pusat Jantung Terpadu (PJT) RSUP HAM Medan, masih panjang, dimana tercatat hingga April 2020. Panjangnya antrean tersebut, menurut Kepala PJT RSUP-HAM Medan, Nizam Zikri Akbar, lantaran pasien bedah jantung jumlahnya sudah mencapai puluhan ribu. Di satu sisi, dokter bedah jantung hanya bisa melakukan tindakan bedah dua kali operasi dalam sehari.

“Dokter bedah jantung kita hanya bisa sehari dua kali operasi. Apabila setahun 365 hari dikalikan dua, maka setiap hari menjadi sekitar 700 pasien pertahun. Akan tetapi, jumlah ini belum dikurangi hari libur. Sementara jumlah pasien setahun mencapai 10 ribu,” ujarnya saat diwawancarai baru-baru ini.

Kata Nizam, antrean yang panjang tersebut bukan hanya terjadi di RSUP HAM saja, melainkan juga di rumah sakit lain di Indonesia. “Misalnya di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, yang ada empat kamar operasi. Rumah sakit itu saja antrian yang kita dapat informasi sudah setahun. Apalagi kita yang hanya punya dua kamar operasi, paling tidak 6 bulan,” cetusnya.

Meski begitu, pihaknya memang selalu berupaya untuk mendahulukan pasien dengan kasus darurat dalam menjadwalkan tindakan pembedahan. Namun, persoalannya penyakit jantung ini semuanya memang darurat.

“Antrean yang panjang sampai 6 bulan itu yang bedah. Bagi pasien jantung nonbedah seperti pemasangan ring tanpa operasi bisa dilakukan 20 sampai 40 pasien setiap hari. Alasannya, pengerjaan tindakan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama. Akan tetapi, kalau tidak bisa ditangani secara non bedah maka kami kirim ke dokter bedah jantung,” pungkasnya. (prn/ris/ila)

Anggota DPRD Sumatera Utara, Zeira Salim Ritonga.
istimewa/sumut pos
Anggota DPRD Sumatera Utara, Zeira Salim Ritonga. istimewa/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Panjangnya antrean operasi bagi pasien jantung di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP-HAM) Medan, bisa diatasi bila Direktur rumah sakit tersebut menambah dokter spesialis jantung. Pendapat ini disampaikan Anggota DPRD Sumatera Utara, Zeira Salim Ritonga menjawab Sumut Pos, Rabu (20/11).

“Sebenarnya ada solusi mudah untuk mengatasi masalah ini jika pimpinan RSUP-HAM Medan punya kemauan. Antara lain, dengan menambah dokter spesialis jantung berikut sarana pendukungnya,” ujar Zeira Salim.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga mengatakan, bahwa penyakit jantung merupakan pembunuh utama bagi manusia. Karena itu sangat dibutuhkan sumber daya manusia tambahan di setiap rumah sakit, guna menangani penyakit berbahaya tersebut.

“Penambahan dokter spesialis jantung sudah menjadi kebutuhan mendesak guna mempercepat pertolongan bagi penderita. Dan juga penambahan fasilitas infrastruktur seperti ruangan dan alat medis yang canggih, perlu untuk dilakukan RSUP-HAM,” paparnya.

Diketahui sebelumnya, daftar tunggu atau antrean untuk operasi bedah jantung di Pusat Jantung Terpadu (PJT) RSUP HAM Medan, masih panjang, dimana tercatat hingga April 2020. Panjangnya antrean tersebut, menurut Kepala PJT RSUP-HAM Medan, Nizam Zikri Akbar, lantaran pasien bedah jantung jumlahnya sudah mencapai puluhan ribu. Di satu sisi, dokter bedah jantung hanya bisa melakukan tindakan bedah dua kali operasi dalam sehari.

“Dokter bedah jantung kita hanya bisa sehari dua kali operasi. Apabila setahun 365 hari dikalikan dua, maka setiap hari menjadi sekitar 700 pasien pertahun. Akan tetapi, jumlah ini belum dikurangi hari libur. Sementara jumlah pasien setahun mencapai 10 ribu,” ujarnya saat diwawancarai baru-baru ini.

Kata Nizam, antrean yang panjang tersebut bukan hanya terjadi di RSUP HAM saja, melainkan juga di rumah sakit lain di Indonesia. “Misalnya di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, yang ada empat kamar operasi. Rumah sakit itu saja antrian yang kita dapat informasi sudah setahun. Apalagi kita yang hanya punya dua kamar operasi, paling tidak 6 bulan,” cetusnya.

Meski begitu, pihaknya memang selalu berupaya untuk mendahulukan pasien dengan kasus darurat dalam menjadwalkan tindakan pembedahan. Namun, persoalannya penyakit jantung ini semuanya memang darurat.

“Antrean yang panjang sampai 6 bulan itu yang bedah. Bagi pasien jantung nonbedah seperti pemasangan ring tanpa operasi bisa dilakukan 20 sampai 40 pasien setiap hari. Alasannya, pengerjaan tindakan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama. Akan tetapi, kalau tidak bisa ditangani secara non bedah maka kami kirim ke dokter bedah jantung,” pungkasnya. (prn/ris/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/