26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Manajemen Olagafood dan Buruh Dipanggil DPRD

Foto: Johnson/PM Proses daur ulang mie instan diduga merek Alhami, yang telah kedaluarsa. Foto discreenshot dari video.
Foto: Johnson/PM
Proses daur ulang mie instan diduga merek Alhami, yang telah kedaluarsa. Foto discreenshot dari video.

Dari salah satu video berdurasi 1 menit 26 detik itu, pada satu hari kerja di Januari 2015, terlihat seorang ibu paruh baya sedang membuka bungkusan-bungkusan mie instan yang kedaluarsa per bulan 25 Juli 2014. Mie itu lalu dikumpul dimasukkan ke dalam goni plastik.

Dalam video lainnya terlihat, mie yang telah dikeluarkan dari bungkusannya itu, kemudian dimasukkan dalam mesin penghancur hingga menjadi tepung, lalu dilebur, dan dijadikan mie instan untuk dikemas kembali.

Di rekaman lainnya juga terlihat, proses produksi mie instan di pabrik itu diduga tidak steril. Di mana banyak pekerjanya yang tidak diperlengkapi sarung serta sepatu standar pabrik makanan.

Bahkan terlihat juga, mie instan hasil produksi yang terjadi di lantai, dikumpul kembali dengan sapu ijuk dan sodokan sampah, ditumpuk, dicuci pakai air lewat selang.

Sementara itu, Agus Thamrin, selaku Personalia PT OFI Batangkuis yang berulang kali dihubungi sejak hari Minggu (15/3) hingga kemarin (18/3), tak kunjung mengangkat selulernya. Begitu juga SMS yang dilayangkan tak ada berbalas.

Sedangkan Manajer PT OFI, Daniel, di awal perbincangan pada hari Minggu (15/3) menganjurkan agar tidak melakukan konfirmasi via seluler. Dia menyarankan agar kru media datang ke perusahaan. “Saya tidak mau ada fitnah dalam pemberitaan. Bagusnya saya pertemukan dengan Pak Agus personalia, bila perlu kuasa hukum kita,” kata pria paruh baya itu.

Ketika diminta untuk bertemu esok harinya sesuai perkataannya, Daniel mengaku tidak bisa karena ada keluarganya yang meninggal. Lalu pada Selasa (17/3), Daniel kembali dihubungi, namun tidak mengangkat. Hanya saja dia langsung mengirimkan pesan singkat. “I can’t talk right now, please send me sms (Saya sedang tidak bisa berbincang. Tolong kirim SMS— terjemahan bebas atas pesan template Daniel)”

Lalu niat untuk datang ke perusahaan sesuai permintaan Daniel kembali disampaikan. Tujuannya agar besoknya, Rabu (18/3), rencana konfirmasi bisa terealisasi. “Saya akan SMS kembali soal jamnya,” begitu jawab Daniel.

Tapi faktanya, begitu dihubungi kembali, Daniel tidak lagi memberikan tanggapan apa-apa. SMS terkait temuan-temuan yang dilaporkan buruh, juga tak digubris. “Kami sudah tegaskan. Seluruh buruh akan memback up posmetro serta pengacara kami, apabila ada perlawanan atau tindakan semena-mena dari manajemen. Nggak usah takut. Karena apa yang dijelaskan kawan-kawan dilengkapi dengan bukti-bukti dan bukan fitnah,” timpal Golan Hasibuan meyakinkan. (gib/man/jon/trg)

Foto: Johnson/PM Proses daur ulang mie instan diduga merek Alhami, yang telah kedaluarsa. Foto discreenshot dari video.
Foto: Johnson/PM
Proses daur ulang mie instan diduga merek Alhami, yang telah kedaluarsa. Foto discreenshot dari video.

Dari salah satu video berdurasi 1 menit 26 detik itu, pada satu hari kerja di Januari 2015, terlihat seorang ibu paruh baya sedang membuka bungkusan-bungkusan mie instan yang kedaluarsa per bulan 25 Juli 2014. Mie itu lalu dikumpul dimasukkan ke dalam goni plastik.

Dalam video lainnya terlihat, mie yang telah dikeluarkan dari bungkusannya itu, kemudian dimasukkan dalam mesin penghancur hingga menjadi tepung, lalu dilebur, dan dijadikan mie instan untuk dikemas kembali.

Di rekaman lainnya juga terlihat, proses produksi mie instan di pabrik itu diduga tidak steril. Di mana banyak pekerjanya yang tidak diperlengkapi sarung serta sepatu standar pabrik makanan.

Bahkan terlihat juga, mie instan hasil produksi yang terjadi di lantai, dikumpul kembali dengan sapu ijuk dan sodokan sampah, ditumpuk, dicuci pakai air lewat selang.

Sementara itu, Agus Thamrin, selaku Personalia PT OFI Batangkuis yang berulang kali dihubungi sejak hari Minggu (15/3) hingga kemarin (18/3), tak kunjung mengangkat selulernya. Begitu juga SMS yang dilayangkan tak ada berbalas.

Sedangkan Manajer PT OFI, Daniel, di awal perbincangan pada hari Minggu (15/3) menganjurkan agar tidak melakukan konfirmasi via seluler. Dia menyarankan agar kru media datang ke perusahaan. “Saya tidak mau ada fitnah dalam pemberitaan. Bagusnya saya pertemukan dengan Pak Agus personalia, bila perlu kuasa hukum kita,” kata pria paruh baya itu.

Ketika diminta untuk bertemu esok harinya sesuai perkataannya, Daniel mengaku tidak bisa karena ada keluarganya yang meninggal. Lalu pada Selasa (17/3), Daniel kembali dihubungi, namun tidak mengangkat. Hanya saja dia langsung mengirimkan pesan singkat. “I can’t talk right now, please send me sms (Saya sedang tidak bisa berbincang. Tolong kirim SMS— terjemahan bebas atas pesan template Daniel)”

Lalu niat untuk datang ke perusahaan sesuai permintaan Daniel kembali disampaikan. Tujuannya agar besoknya, Rabu (18/3), rencana konfirmasi bisa terealisasi. “Saya akan SMS kembali soal jamnya,” begitu jawab Daniel.

Tapi faktanya, begitu dihubungi kembali, Daniel tidak lagi memberikan tanggapan apa-apa. SMS terkait temuan-temuan yang dilaporkan buruh, juga tak digubris. “Kami sudah tegaskan. Seluruh buruh akan memback up posmetro serta pengacara kami, apabila ada perlawanan atau tindakan semena-mena dari manajemen. Nggak usah takut. Karena apa yang dijelaskan kawan-kawan dilengkapi dengan bukti-bukti dan bukan fitnah,” timpal Golan Hasibuan meyakinkan. (gib/man/jon/trg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/