27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Kasus Covid di Sumut Tambah 298, Gubsu Tolak Locdown

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus harian Covid-19 di Sumut kembali mengalami kenaikan, Selasa (22/6). Dalam sehari, tercatat terjadi penambahan 298 orang dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 melalui hasil pemeriksaan swab PCR. Meski kasus Covid-19 terus mengalami lonjakan, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahyamadi menegaskan, tak akan ada lockdown di Sumatera Utara.

WAWANCARA: Gubernur Sumut Edy Rahmayadi memberi keterangan kepada sejumlah wartawan, beberapa waktu lalu.

Menurut Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Sumut, dr Aris Yudhariansyah, jumlah 298 kasus baru itu didapatkan dari 11 Kabupaten/Kota, dengan penyumbang kasus terbanyak adalah Kota Medan sejumlah 96 orang. Kemudian disusul Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebanyak 84 orang, Tapanuli Tengah 28 orang, Deliserdang 18 orang. Kemudian Padangsidimpuan 17 orang, Tapanuli Utara 15 orang, Simalungun 12 orang, Karo 11 orang. Labuhanbatu Utara 8 orang, Mandailing Natal 5 orang dan Dairi 4 orang.

“Sehingga total kasus konfirmasi Covid-19 Sumut saat ini naik menjadi 34.869 orang, Sedangkan Kota Medan naik menjadi 17.652, dan Labuhanbatu Selatan naik menjadi 306 orang,” jelasnya.

Sejalan dengan meningkatnya kasus ini, Aris juga menyatakan, terdapat 10 kasus kematian baru karena Covid-19, sehingga totalnya menjadi 1.158 orang. Aris menyebutkan, dari 10 kasus kematian itu, 6 diantaranya dari Medan, 2 orang dari Tapanuli Tengah serta masing-masing 1 orang dari Deliserdang dan Padang Lawas. “Di Medan sendiri total warganya yang meninggal karena Covid-19 sudah 570 orang,” terangnya.

Selanjutnya pada kasus kesembuhan, Aris menuturkan, diperoleh jumlah yang juga banyak yaitu 183 orang sehingga kasusnya meningkat menjadi 30.808 orang. Dia menambahkan, 183 orang itu didapatkan dari 15 Kabupaten/Kota, dengan Medan sebagai daerah terbanyak sebesar 67 orang.

Kemudian Simalungun 35 orang, Deliserdang 25 orang, Dairi 19 orang, Tapanuli Tengah 14 orang, Mandailing Natal 6 orang, Labuhanbatu 4 orang, Binjai, Padangsidimpuan, Langkat dan Asahan 2 orang serta Tanjungbalai, Sibolga, Nias, Serdang Bedagai dan Labuhanbatu Utara 1 orang.

Untuk akumulasi kasus kesembuhan di Kota Medan, imbuh Aris, saat ini meningkat menjadi 15.875 orang, Simalungun 787 orang dan Deliserdang 5.026 orang. “Sedangkan untuk kasus aktif Covid-19 Sumut saat ini, meningkat menjadi 2.903 orang. Dari jumlah itu 1.207 diantaranya dari Medan dan 324 lainnya dari Deliserdang.

Menyikapi terus melonjaknya kasus Covid-19 di Sumut, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengaku belum ada sama sekali mewacanakan penerapan lockdown di Sumut, meski kasus Covid-19 mengalami peningkatan. Menurutnya, Sumut sampai saat ini masih menerapkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di 33 kabupaten/kota, yang diperpanjang selama 14 hari pada 15-28 Juni 2021. “PPKM, lockdown itu saya dari awal kan tidak ada bahas lockdown,” katanya menjawab wartawan di Rumah Dinas Gubsu Jalan Jenderal Sudirman Medan, Selasa (22/6).

Kata Edy, lockdown hanya bisa diterapkan apabila pandemi Covid-19 di Sumut sudah mencapai 70-80 persen. Terlebih memberlakukan lockdown di suatu daerah itu persiapannya tidak mudah, juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Termasuk juga petugas yang akan melakukan pengawasan di lapangan bila lockdown benar-benar diberlakukan di Sumut.

“Tak bisa bersangkutan dengan akibat dari Covid itu persoalan ekonomi. Akibat dari ekonomi itu menjadi seteru sosial. Untuk itu kita lihat konteks riilnya. Kalau se Sumut terus menjadikan fokus dia benar-benar 70-80 persen, bisalah kita lockdown semuanya,” tegas mantan Pangkostrad itu. “Persoalan lockdown inikan biayanya tinggi, terus siapa yang bisa mengawasi. Sumut itu banyak pintu, pintu tikus. Contoh dari Tebingtinggi ke Medan. Di lockdown-lah di situ, lewat gunung dia besok. Kan di gunungnya ada jalan semua. Tak bisa seperti itu, jangan latah orang lockdown, Sumut juga lockdown,” tambahnya.

Karenanya pemberlakuan PPKM di Sumut akan terus dimaksimalkan agar angka penyebaran Covid-19 bisa kembali ditekan. Masyarakat juga diminta disiplin protokol kesehatan. “Kita tekan PPKM ini. Benar-benar kita lakukan mulai dari tingkat desa, kecamatan dan kabupaten. Yang penting adalah masyarakat kita tetap disiplin pakai masker, atur jarak dan rajin cuci tangan,” pungkasnya.

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin juga mengimbau masyarakat untuk terus disiplin mematuhi protokol 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Selain mobilitas tinggi, lonjakan kasus setelah lebaran 2021 juga dipicu adanya varian of concern Covid-19 yang telah masuk ke Indonesia.

“Varian ini memang lebih cepat menular, tetapi cara menurunkan laju penularannya sama yakni dengan tidak lelah, tidak bosan, dan tidak abai dengan protokol 3M. Saya mengimbau kepada masyarakat masih ada momentum libur-libur lain kedepannya, tolong untuk tinggal di rumah saja agar kita bisa melindungi keluarga, tetangga, dan orang terdekat dari penularan Covid-19,” kata Budi dalam keterangannya, Selasa (22/6).

Budi menjelaskan, sejumlah langkah tegas dilakukan Pemerintah guna membatasi mobilitas masyarakat agar dapat mengurangi laju penyebaran virus Covis-19. Salah satunya dengan kembali memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala Mikro.

PPKM Mikro akan diperpanjang selama 2 minggu, sejak 22 Juni hingga 5 Juli 2021 dengan membatasi pergerakan masyarakat sebanyak 75-100 persen, disesuaikan dengan kegiatan dan zona merah penularan Covid-19. “Kita harus menangani sisi hulu dengan baik agar bisa mengurangi tekanan di sisi hilirnya. Di sisi hulu, kita harus membatasi mobilisasi masyarakat melalui penerapan PPKM Mikro guna mengurangi penyebaran virus dan juga mempercepat pelaksanaan vaksinasi. Di hilir, kita akan fokus pada peningkatan pelayanan kesehatan,” ucap Budi.

Terkait kecepatan penyuntikan vaksin, Budi memastikan pihaknya didukung oleh TNI, Polri, dan Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan percepatan penyuntikan menjadi 700 ribu perhari. Menurutnya, pada Juli 2021 diharapkan 1 juta orang perhari, mulai bulan depan seiring dengan relaksasi batasan kriteria dan usia penerima vaksin diatas 18 tahun.

Setelah memprioritaskan vaksinasi tahap satu untuk tenaga kesehatan pada Januari hingga Februari, lalu tahap dua untuk penerima lanjut usia dan pekerja publik pada Maret hingga Juni 2021. Karena itu, pemerintah akan membuka tahap tiga untuk seluruh masyarakat Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas.

Seiring dengan pembukaan tahap tiga, sambung Budi, cakupan dan kecepatan vaksinasi akan dapat ditingkatkan menjadi rata-rata 1 juta perhari. Pemerintah menargetkan vaksinasi untuk 181 juta penduduk mencapai kekebalan kelompok. “Saat ini lebih dari 23 juta penduduk atau 12.8 persen dari target, sudah mendapatkan vaksinasi pertama,” papar Budi.

Budi pun memastikan, saat ini masyarakat umum dengan usia 18 tahun ke atas pada wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dipastikan sudah dapat vaksinasi lebih awal dari jadwal pada Juli 2021.

Budi mengingatkan, meskipun telah divaksinasi Covid-19 secara lengkap, kemungkinan untuk terpapar virus masih ada. “Bisa dilihat dari tenaga kesehatan yang tingkat vaksinasinya tinggi dan sudah lengkap, masih ada yang tertular. Tapi hampir semua yang terpapar tanpa gejala dan tingkat kesembuhannya juga sangat baik,” pungkas Budi. (prn/jpc)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus harian Covid-19 di Sumut kembali mengalami kenaikan, Selasa (22/6). Dalam sehari, tercatat terjadi penambahan 298 orang dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 melalui hasil pemeriksaan swab PCR. Meski kasus Covid-19 terus mengalami lonjakan, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahyamadi menegaskan, tak akan ada lockdown di Sumatera Utara.

WAWANCARA: Gubernur Sumut Edy Rahmayadi memberi keterangan kepada sejumlah wartawan, beberapa waktu lalu.

Menurut Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Sumut, dr Aris Yudhariansyah, jumlah 298 kasus baru itu didapatkan dari 11 Kabupaten/Kota, dengan penyumbang kasus terbanyak adalah Kota Medan sejumlah 96 orang. Kemudian disusul Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebanyak 84 orang, Tapanuli Tengah 28 orang, Deliserdang 18 orang. Kemudian Padangsidimpuan 17 orang, Tapanuli Utara 15 orang, Simalungun 12 orang, Karo 11 orang. Labuhanbatu Utara 8 orang, Mandailing Natal 5 orang dan Dairi 4 orang.

“Sehingga total kasus konfirmasi Covid-19 Sumut saat ini naik menjadi 34.869 orang, Sedangkan Kota Medan naik menjadi 17.652, dan Labuhanbatu Selatan naik menjadi 306 orang,” jelasnya.

Sejalan dengan meningkatnya kasus ini, Aris juga menyatakan, terdapat 10 kasus kematian baru karena Covid-19, sehingga totalnya menjadi 1.158 orang. Aris menyebutkan, dari 10 kasus kematian itu, 6 diantaranya dari Medan, 2 orang dari Tapanuli Tengah serta masing-masing 1 orang dari Deliserdang dan Padang Lawas. “Di Medan sendiri total warganya yang meninggal karena Covid-19 sudah 570 orang,” terangnya.

Selanjutnya pada kasus kesembuhan, Aris menuturkan, diperoleh jumlah yang juga banyak yaitu 183 orang sehingga kasusnya meningkat menjadi 30.808 orang. Dia menambahkan, 183 orang itu didapatkan dari 15 Kabupaten/Kota, dengan Medan sebagai daerah terbanyak sebesar 67 orang.

Kemudian Simalungun 35 orang, Deliserdang 25 orang, Dairi 19 orang, Tapanuli Tengah 14 orang, Mandailing Natal 6 orang, Labuhanbatu 4 orang, Binjai, Padangsidimpuan, Langkat dan Asahan 2 orang serta Tanjungbalai, Sibolga, Nias, Serdang Bedagai dan Labuhanbatu Utara 1 orang.

Untuk akumulasi kasus kesembuhan di Kota Medan, imbuh Aris, saat ini meningkat menjadi 15.875 orang, Simalungun 787 orang dan Deliserdang 5.026 orang. “Sedangkan untuk kasus aktif Covid-19 Sumut saat ini, meningkat menjadi 2.903 orang. Dari jumlah itu 1.207 diantaranya dari Medan dan 324 lainnya dari Deliserdang.

Menyikapi terus melonjaknya kasus Covid-19 di Sumut, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengaku belum ada sama sekali mewacanakan penerapan lockdown di Sumut, meski kasus Covid-19 mengalami peningkatan. Menurutnya, Sumut sampai saat ini masih menerapkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di 33 kabupaten/kota, yang diperpanjang selama 14 hari pada 15-28 Juni 2021. “PPKM, lockdown itu saya dari awal kan tidak ada bahas lockdown,” katanya menjawab wartawan di Rumah Dinas Gubsu Jalan Jenderal Sudirman Medan, Selasa (22/6).

Kata Edy, lockdown hanya bisa diterapkan apabila pandemi Covid-19 di Sumut sudah mencapai 70-80 persen. Terlebih memberlakukan lockdown di suatu daerah itu persiapannya tidak mudah, juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Termasuk juga petugas yang akan melakukan pengawasan di lapangan bila lockdown benar-benar diberlakukan di Sumut.

“Tak bisa bersangkutan dengan akibat dari Covid itu persoalan ekonomi. Akibat dari ekonomi itu menjadi seteru sosial. Untuk itu kita lihat konteks riilnya. Kalau se Sumut terus menjadikan fokus dia benar-benar 70-80 persen, bisalah kita lockdown semuanya,” tegas mantan Pangkostrad itu. “Persoalan lockdown inikan biayanya tinggi, terus siapa yang bisa mengawasi. Sumut itu banyak pintu, pintu tikus. Contoh dari Tebingtinggi ke Medan. Di lockdown-lah di situ, lewat gunung dia besok. Kan di gunungnya ada jalan semua. Tak bisa seperti itu, jangan latah orang lockdown, Sumut juga lockdown,” tambahnya.

Karenanya pemberlakuan PPKM di Sumut akan terus dimaksimalkan agar angka penyebaran Covid-19 bisa kembali ditekan. Masyarakat juga diminta disiplin protokol kesehatan. “Kita tekan PPKM ini. Benar-benar kita lakukan mulai dari tingkat desa, kecamatan dan kabupaten. Yang penting adalah masyarakat kita tetap disiplin pakai masker, atur jarak dan rajin cuci tangan,” pungkasnya.

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin juga mengimbau masyarakat untuk terus disiplin mematuhi protokol 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Selain mobilitas tinggi, lonjakan kasus setelah lebaran 2021 juga dipicu adanya varian of concern Covid-19 yang telah masuk ke Indonesia.

“Varian ini memang lebih cepat menular, tetapi cara menurunkan laju penularannya sama yakni dengan tidak lelah, tidak bosan, dan tidak abai dengan protokol 3M. Saya mengimbau kepada masyarakat masih ada momentum libur-libur lain kedepannya, tolong untuk tinggal di rumah saja agar kita bisa melindungi keluarga, tetangga, dan orang terdekat dari penularan Covid-19,” kata Budi dalam keterangannya, Selasa (22/6).

Budi menjelaskan, sejumlah langkah tegas dilakukan Pemerintah guna membatasi mobilitas masyarakat agar dapat mengurangi laju penyebaran virus Covis-19. Salah satunya dengan kembali memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala Mikro.

PPKM Mikro akan diperpanjang selama 2 minggu, sejak 22 Juni hingga 5 Juli 2021 dengan membatasi pergerakan masyarakat sebanyak 75-100 persen, disesuaikan dengan kegiatan dan zona merah penularan Covid-19. “Kita harus menangani sisi hulu dengan baik agar bisa mengurangi tekanan di sisi hilirnya. Di sisi hulu, kita harus membatasi mobilisasi masyarakat melalui penerapan PPKM Mikro guna mengurangi penyebaran virus dan juga mempercepat pelaksanaan vaksinasi. Di hilir, kita akan fokus pada peningkatan pelayanan kesehatan,” ucap Budi.

Terkait kecepatan penyuntikan vaksin, Budi memastikan pihaknya didukung oleh TNI, Polri, dan Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan percepatan penyuntikan menjadi 700 ribu perhari. Menurutnya, pada Juli 2021 diharapkan 1 juta orang perhari, mulai bulan depan seiring dengan relaksasi batasan kriteria dan usia penerima vaksin diatas 18 tahun.

Setelah memprioritaskan vaksinasi tahap satu untuk tenaga kesehatan pada Januari hingga Februari, lalu tahap dua untuk penerima lanjut usia dan pekerja publik pada Maret hingga Juni 2021. Karena itu, pemerintah akan membuka tahap tiga untuk seluruh masyarakat Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas.

Seiring dengan pembukaan tahap tiga, sambung Budi, cakupan dan kecepatan vaksinasi akan dapat ditingkatkan menjadi rata-rata 1 juta perhari. Pemerintah menargetkan vaksinasi untuk 181 juta penduduk mencapai kekebalan kelompok. “Saat ini lebih dari 23 juta penduduk atau 12.8 persen dari target, sudah mendapatkan vaksinasi pertama,” papar Budi.

Budi pun memastikan, saat ini masyarakat umum dengan usia 18 tahun ke atas pada wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dipastikan sudah dapat vaksinasi lebih awal dari jadwal pada Juli 2021.

Budi mengingatkan, meskipun telah divaksinasi Covid-19 secara lengkap, kemungkinan untuk terpapar virus masih ada. “Bisa dilihat dari tenaga kesehatan yang tingkat vaksinasinya tinggi dan sudah lengkap, masih ada yang tertular. Tapi hampir semua yang terpapar tanpa gejala dan tingkat kesembuhannya juga sangat baik,” pungkas Budi. (prn/jpc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/