26 C
Medan
Friday, September 20, 2024

Dorti Tabah jadi Gadis Bertangan Besar

Foto: Gatha Ginting/PM Dorti Debora B .Sihombing (belakang), membantu kakaknya menenun. Gadis ini menderita penyaklt hemangioma, hingga tangannya besar sebelah.
Foto: Gatha Ginting/PM
Dorti Debora B .Sihombing (belakang), membantu kakaknya menenun. Gadis ini menderita penyaklt hemangioma, hingga tangannya besar sebelah.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kisah ini milik seorang gadis manis yang memiliki kelainan. Namun, wujudnya yang tak sempurna tertutupi mata teduh dan senyumnya yang selalu mengembang ketika bercengkrama hingga berdialog tentang beratnya cobaan dalam hidupnya.

“Awalnya saya selalu bertanya, kenapa Tuhan jadikan saya seperti ini. Sampai saya beranjak dewasa, saya temukan jawaban bahwa DIA tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya. Dan saya percaya bahwa saya adalah yang terpilih dan ini baik untuk saya,” ucap Dorti Debora (19), gadis penderita Hemangioma (tumor jaringan lunak), sejenis penyakit kelainan pembuluh darah.

Jika dilihat dari sisi samping kanan tubuhnya, gadis kelahiran 16 Juni 1995 ini tak terlihat memiliki kelainan. Namun pemandangan lain terekam ketika melihat sosoknya dari sisi samping kiri ataupun depannya. Tangan kirinya tak terlihat layaknya tangan normal. Mulai dari bahu kirinya hingga ujung jari tangannya membesar, hanya tersisa sedikit saja ujung jarinya yang masih berkuku. Jarang memang, hal ini terlihat di tengah masyarakat. Namun, jika bisa diibaratkan, tangan anak keempat dari pasangan Haposan Sihombing (56) dan Ratna Hutabarat (52) itu menyerupai bentuk penyakit kaki gajah.

Ejekan acap kali diterima Dorti. Apalagi ketika dia masih kecil, ejekan tangan besar sudah melekat pada dirinya. Sempat marah dan ingin membalas perbuatan teman-temannya, namun kuasa tuhan cepat menyadarkan Dorti, bahwa cobaan ini adalah yang terbaik untuknya. Sejak lahir, Dorti memang sudah menampakkan kelainan pada tubuhnya. Punggung kiri dan dada kirinya memar. Namun ternyata, kelainan ini merambat hingga ujung jarinya.

“Saya waktu kelas 1 SMK pernah berada di puncak kepenatan terhadap diri saya yang begini. Iri rasanya melihat anak lain yang normal sedangkan saya tidak. Saya menangis setiap hari di kamar dan ditemani mamak,” ujarnya.

Cobaan ini sudah dirasakan Dorti sejak kecil tanpa pernah membawa tangan kirinya untuk diperiksa. Tentu, lagi-lagi masalah ekonomi menjadi faktor utama keluarganya tak membawa Dorti sekalipun ke dokter. Apalah daya, sang ibu hanyalah seorang petani, sedangkan ayahnya hanyalah penjual tahu keliling. Meski begitu, Dorti berhasil menamatkan pendidikannya hingga jenjang SMK. Hingga akhirnya, ketulusan seorang ibu akan keinginannya melihat cerahnya masa depan buah hatinya dikala dirinya sudah berpulang ke hadirat tuhan suatu saat nanti.

Seorang malaikat yang merupakan teman dari guru kursus jahitnya mengatakan bahwa ada program BPJS kesehatan yang dapat membantu masyarakat miskin untuk berobat. Sungguh sangat disayangkan, selama ini Dorti dan keluarga yang tinggal di Jalan Raja Johanes, Kampung Hutabarat Sosor Padang, Kec.Tarutung, Tarutung ini tak tahu ada program BPJS kesehatan tersebut.

“Jadi mamak suruh Dorti kursus jahit. Mamak mikir, kalau si Dorti ini sudah besar dan bakal menikah. Kalau mamak udah nggak ada, Dorti jadi ada keahlian. Nggak tahunya ketemu sama teman gurunya dibilang ada BPJS, langsung kami urus besoknya,” ujar kakak Dorti, Daniati Sihombing (28).

Tepatnya tanggal 3 Juni 2014, Dorti bersama kakak dan ibunya datang ke Medan untuk mencari secuil harapan baru bagi Dorti. Menginap di sebuah kosan di Jalan Encole 21, Keluarahan Kemenangan Tani, Kec. Medan Tuntungan, Dorti menjalani pemeriksaan di RSUP Haji Adam Malik. Dari beberapa kali pengobatan, tanggal 4 Agustus 2014, pihak rumah sakit akan memberikan kabar mengenai tindakan yang akan dilakukan pada Dorti.

“Ke Medan tanggal 3 Juni, lalu 4 juni diperiksa sampai ada beberapa kali, terakhir tanggal 23 Juni. Tanggal 25 Juni balik lagi ke Trutung, Baru 8 Juli ke Medan sampai sekarang,” ujar Daniati.

Selama di Medan, Dorti membantu kakanya menggulung benang ulos, sementara kakaknya menenun ulos dengan alat tenun yang dibawanya langsung dari Tarutung. Hal ini sekedar untuk membunuh rasa bosan yang hinggap hingga panggilan dokter tiba. Tak banyak yang bisa dilakukan Dorti, tangan kirinya memiliki beban yang berat. Sehingga, tangan kanannya harus menampung tangan kirinya saat berdiri. Jika duduk, tangan kirinya pun diletakkannya di atas paha dan menempel di bagian perutnya.

Menurut hasil medis yang di dapat dari RSUD Adam Malik, tulang tangan kiri Dorti berukuran kecil. Berbeda dengan tulang di tangan kanannya. Untuk itu, gadis berambut ikal ini sangat mengharapkan uluran tangan para dermawan yang mau membantunya untuk mewujudkan cita-citanya sebagai seorang dokter. Dorti pun memiliki pesan indah untuk semua manusia.

“Saya cuma mau bilang, jadikan kelemahan kamu sebagai kelebihan. Maka hidupmu akan penuh dengan berkat Tuhan,” ujar gadis yang sering mengalunkan suara indahnya dibait-bait doa di acara kebaktian gereja.

 

DR DELYUZAR: TUMOR JINAK

Sementara itu, Dr.H.DELYUZAR M.Ked(PA),SpPA(K) mengatakan penyakit Hemangioma merupakan jenis tumor pembuluh darah yang bersifat jinak. Sehingga, jika tidak ditangani segera, maka tumor pun akan semakin membesar.

Hingga saat ini, tim kedokteran belum menemukan penyebab pasti munculnya penyakit ini. Namun, penyakit ini bisa menyerang siapa saja. Untuk pengobatannya pun saat ini hanya bisa dilakukan dengan tindakan operasi.

“Yang namanya tumor itu tidak ada penyebabnya yang pasti. Tapi kalau kasus Hemangioma ini biasanya pengobatannya lewat operasi. Nggak bisa dia sembuh sendiri begitu, baik dengan terapi atau apa pun,” jelasnya. (win/bd)

Foto: Gatha Ginting/PM Dorti Debora B .Sihombing (belakang), membantu kakaknya menenun. Gadis ini menderita penyaklt hemangioma, hingga tangannya besar sebelah.
Foto: Gatha Ginting/PM
Dorti Debora B .Sihombing (belakang), membantu kakaknya menenun. Gadis ini menderita penyaklt hemangioma, hingga tangannya besar sebelah.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kisah ini milik seorang gadis manis yang memiliki kelainan. Namun, wujudnya yang tak sempurna tertutupi mata teduh dan senyumnya yang selalu mengembang ketika bercengkrama hingga berdialog tentang beratnya cobaan dalam hidupnya.

“Awalnya saya selalu bertanya, kenapa Tuhan jadikan saya seperti ini. Sampai saya beranjak dewasa, saya temukan jawaban bahwa DIA tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya. Dan saya percaya bahwa saya adalah yang terpilih dan ini baik untuk saya,” ucap Dorti Debora (19), gadis penderita Hemangioma (tumor jaringan lunak), sejenis penyakit kelainan pembuluh darah.

Jika dilihat dari sisi samping kanan tubuhnya, gadis kelahiran 16 Juni 1995 ini tak terlihat memiliki kelainan. Namun pemandangan lain terekam ketika melihat sosoknya dari sisi samping kiri ataupun depannya. Tangan kirinya tak terlihat layaknya tangan normal. Mulai dari bahu kirinya hingga ujung jari tangannya membesar, hanya tersisa sedikit saja ujung jarinya yang masih berkuku. Jarang memang, hal ini terlihat di tengah masyarakat. Namun, jika bisa diibaratkan, tangan anak keempat dari pasangan Haposan Sihombing (56) dan Ratna Hutabarat (52) itu menyerupai bentuk penyakit kaki gajah.

Ejekan acap kali diterima Dorti. Apalagi ketika dia masih kecil, ejekan tangan besar sudah melekat pada dirinya. Sempat marah dan ingin membalas perbuatan teman-temannya, namun kuasa tuhan cepat menyadarkan Dorti, bahwa cobaan ini adalah yang terbaik untuknya. Sejak lahir, Dorti memang sudah menampakkan kelainan pada tubuhnya. Punggung kiri dan dada kirinya memar. Namun ternyata, kelainan ini merambat hingga ujung jarinya.

“Saya waktu kelas 1 SMK pernah berada di puncak kepenatan terhadap diri saya yang begini. Iri rasanya melihat anak lain yang normal sedangkan saya tidak. Saya menangis setiap hari di kamar dan ditemani mamak,” ujarnya.

Cobaan ini sudah dirasakan Dorti sejak kecil tanpa pernah membawa tangan kirinya untuk diperiksa. Tentu, lagi-lagi masalah ekonomi menjadi faktor utama keluarganya tak membawa Dorti sekalipun ke dokter. Apalah daya, sang ibu hanyalah seorang petani, sedangkan ayahnya hanyalah penjual tahu keliling. Meski begitu, Dorti berhasil menamatkan pendidikannya hingga jenjang SMK. Hingga akhirnya, ketulusan seorang ibu akan keinginannya melihat cerahnya masa depan buah hatinya dikala dirinya sudah berpulang ke hadirat tuhan suatu saat nanti.

Seorang malaikat yang merupakan teman dari guru kursus jahitnya mengatakan bahwa ada program BPJS kesehatan yang dapat membantu masyarakat miskin untuk berobat. Sungguh sangat disayangkan, selama ini Dorti dan keluarga yang tinggal di Jalan Raja Johanes, Kampung Hutabarat Sosor Padang, Kec.Tarutung, Tarutung ini tak tahu ada program BPJS kesehatan tersebut.

“Jadi mamak suruh Dorti kursus jahit. Mamak mikir, kalau si Dorti ini sudah besar dan bakal menikah. Kalau mamak udah nggak ada, Dorti jadi ada keahlian. Nggak tahunya ketemu sama teman gurunya dibilang ada BPJS, langsung kami urus besoknya,” ujar kakak Dorti, Daniati Sihombing (28).

Tepatnya tanggal 3 Juni 2014, Dorti bersama kakak dan ibunya datang ke Medan untuk mencari secuil harapan baru bagi Dorti. Menginap di sebuah kosan di Jalan Encole 21, Keluarahan Kemenangan Tani, Kec. Medan Tuntungan, Dorti menjalani pemeriksaan di RSUP Haji Adam Malik. Dari beberapa kali pengobatan, tanggal 4 Agustus 2014, pihak rumah sakit akan memberikan kabar mengenai tindakan yang akan dilakukan pada Dorti.

“Ke Medan tanggal 3 Juni, lalu 4 juni diperiksa sampai ada beberapa kali, terakhir tanggal 23 Juni. Tanggal 25 Juni balik lagi ke Trutung, Baru 8 Juli ke Medan sampai sekarang,” ujar Daniati.

Selama di Medan, Dorti membantu kakanya menggulung benang ulos, sementara kakaknya menenun ulos dengan alat tenun yang dibawanya langsung dari Tarutung. Hal ini sekedar untuk membunuh rasa bosan yang hinggap hingga panggilan dokter tiba. Tak banyak yang bisa dilakukan Dorti, tangan kirinya memiliki beban yang berat. Sehingga, tangan kanannya harus menampung tangan kirinya saat berdiri. Jika duduk, tangan kirinya pun diletakkannya di atas paha dan menempel di bagian perutnya.

Menurut hasil medis yang di dapat dari RSUD Adam Malik, tulang tangan kiri Dorti berukuran kecil. Berbeda dengan tulang di tangan kanannya. Untuk itu, gadis berambut ikal ini sangat mengharapkan uluran tangan para dermawan yang mau membantunya untuk mewujudkan cita-citanya sebagai seorang dokter. Dorti pun memiliki pesan indah untuk semua manusia.

“Saya cuma mau bilang, jadikan kelemahan kamu sebagai kelebihan. Maka hidupmu akan penuh dengan berkat Tuhan,” ujar gadis yang sering mengalunkan suara indahnya dibait-bait doa di acara kebaktian gereja.

 

DR DELYUZAR: TUMOR JINAK

Sementara itu, Dr.H.DELYUZAR M.Ked(PA),SpPA(K) mengatakan penyakit Hemangioma merupakan jenis tumor pembuluh darah yang bersifat jinak. Sehingga, jika tidak ditangani segera, maka tumor pun akan semakin membesar.

Hingga saat ini, tim kedokteran belum menemukan penyebab pasti munculnya penyakit ini. Namun, penyakit ini bisa menyerang siapa saja. Untuk pengobatannya pun saat ini hanya bisa dilakukan dengan tindakan operasi.

“Yang namanya tumor itu tidak ada penyebabnya yang pasti. Tapi kalau kasus Hemangioma ini biasanya pengobatannya lewat operasi. Nggak bisa dia sembuh sendiri begitu, baik dengan terapi atau apa pun,” jelasnya. (win/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/