25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ribuan Rumah di Labuhan Terendam Banjir

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ribuan rumah terendam banjir di Komplek Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan, Kamis (22/10). Genangan banjir diakibatkan dari air kiriman anak sungai pembuangan kawasan industri modern (KIM), dan tertutupnya akses saluran pembuangan air, serta air hujan kemudian ditambah luapan air pasang laut.

BANJIR: Pengendara motor melintasi genangan banjir di Komplek Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), Kelurahan Sei Mati, Medan Labuhan, Kamis (22/10).
BANJIR: Pengendara motor melintasi genangan banjir di Komplek Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), Kelurahan Sei Mati, Medan Labuhan, Kamis (22/10).

Air mencapai ketinggian selutut orang dewasa mulai terjadi sejak subuh. Akibatnya, air yang membanjiri pemukiman buruh diduga bercampur kotoran limbah mengakibatkan kulit gatal – gatal.

Salah satu warga, Samsul Lubis mengatakan, selama 2 hari hujan yang melanda Kota Medan, kawasan pemukiman tempat tinggal mereka menjadi tergenang banjir. Musibah banjir yang melanda seluruh masyarakat yang umumnya berprofesi buruh pelabuhan, bukan hanya disebabkan hujan.

Tetapi, air kiriman yang berasal dari KIM, serta normalisasi drainase dan penyaluran pembuangan air belum dibangun, dan akses pintu air belum terbangun ditambah dengan pasang laut yang meluap dari Seruwai. “Kami sudah sering kebanjiran. Ini bukan karena hujan saja, tapi air kiriman dari KIM. Bahkan, air itu terkandung limbah pabrik, makanya banyak warga yang kena gatal – gatal,” keluh Samsul.

Dijelaskan pria berusia 45 tahun ini, masalah banjir di Komplek TKBM, sudah pernah ditinjau pejabat dari Pemko Medan. Harapannya akan ada normalisasi drainase dengan membangun pembuangan air dan pintu air. Kenyataannya, program itu belum juga terealisasi.”Program itu sampai sekarang tidak jelas. Kami mau masalah banjir di tempat tinggal kami ini segera dicari solusinya,” ungkap Syamsul.

Tokoh masyarakat di Komplek TKBM ini mengaku, genangan air banjir yang kerap melanda tempat tinggal mereka, telah mengganggu aktivitas masyarakat. Selain masalah kesehatan dan perabotan rumah tangga yang rusak akibat genangan air. “Kami sangat dirugikan, kami tidak kerja dan banyak barang kami tergenang air. Bahkan, kami terserang penyakit gatal – gatal. Kami ingin ini segera dipikirkan oleh pemerintah,” keluh Samsul.

Sementara itu, Camat Medan Labuhan, Rudy Asriandi mengatakan, sebelum musibah banjir itu terjadi, pihaknya sudah melakukan pengerukan areal pembuangan air, hanya saja, banjir yang terjadi bersamaan dengan turunnya air pasang laut. “Seluruh air tumpah ke wilayah itu, bahkan, anak sungai dari KIM juga mengalir ke wilayah itu. Makanya genangan air terjadi di kawasan itu,” terangnya.

Rudy mengaku, ia bersama masyarakat terus melalukan upaya normalisasi kawasan resapan air agar genangan air tidak lagi meluap ke Komplek TKBM, bahkan telah menurunkan alat berat untuk mengorek anak sungai yang tersumbat.”Kalau masalah air pasang ini sudah lama terjadi, sehingga air meluap ke sana. Tapi, kita terus berusaha mencari solusinya,” pungkas Rudy Asriandi. (fac/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ribuan rumah terendam banjir di Komplek Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan, Kamis (22/10). Genangan banjir diakibatkan dari air kiriman anak sungai pembuangan kawasan industri modern (KIM), dan tertutupnya akses saluran pembuangan air, serta air hujan kemudian ditambah luapan air pasang laut.

BANJIR: Pengendara motor melintasi genangan banjir di Komplek Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), Kelurahan Sei Mati, Medan Labuhan, Kamis (22/10).
BANJIR: Pengendara motor melintasi genangan banjir di Komplek Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), Kelurahan Sei Mati, Medan Labuhan, Kamis (22/10).

Air mencapai ketinggian selutut orang dewasa mulai terjadi sejak subuh. Akibatnya, air yang membanjiri pemukiman buruh diduga bercampur kotoran limbah mengakibatkan kulit gatal – gatal.

Salah satu warga, Samsul Lubis mengatakan, selama 2 hari hujan yang melanda Kota Medan, kawasan pemukiman tempat tinggal mereka menjadi tergenang banjir. Musibah banjir yang melanda seluruh masyarakat yang umumnya berprofesi buruh pelabuhan, bukan hanya disebabkan hujan.

Tetapi, air kiriman yang berasal dari KIM, serta normalisasi drainase dan penyaluran pembuangan air belum dibangun, dan akses pintu air belum terbangun ditambah dengan pasang laut yang meluap dari Seruwai. “Kami sudah sering kebanjiran. Ini bukan karena hujan saja, tapi air kiriman dari KIM. Bahkan, air itu terkandung limbah pabrik, makanya banyak warga yang kena gatal – gatal,” keluh Samsul.

Dijelaskan pria berusia 45 tahun ini, masalah banjir di Komplek TKBM, sudah pernah ditinjau pejabat dari Pemko Medan. Harapannya akan ada normalisasi drainase dengan membangun pembuangan air dan pintu air. Kenyataannya, program itu belum juga terealisasi.”Program itu sampai sekarang tidak jelas. Kami mau masalah banjir di tempat tinggal kami ini segera dicari solusinya,” ungkap Syamsul.

Tokoh masyarakat di Komplek TKBM ini mengaku, genangan air banjir yang kerap melanda tempat tinggal mereka, telah mengganggu aktivitas masyarakat. Selain masalah kesehatan dan perabotan rumah tangga yang rusak akibat genangan air. “Kami sangat dirugikan, kami tidak kerja dan banyak barang kami tergenang air. Bahkan, kami terserang penyakit gatal – gatal. Kami ingin ini segera dipikirkan oleh pemerintah,” keluh Samsul.

Sementara itu, Camat Medan Labuhan, Rudy Asriandi mengatakan, sebelum musibah banjir itu terjadi, pihaknya sudah melakukan pengerukan areal pembuangan air, hanya saja, banjir yang terjadi bersamaan dengan turunnya air pasang laut. “Seluruh air tumpah ke wilayah itu, bahkan, anak sungai dari KIM juga mengalir ke wilayah itu. Makanya genangan air terjadi di kawasan itu,” terangnya.

Rudy mengaku, ia bersama masyarakat terus melalukan upaya normalisasi kawasan resapan air agar genangan air tidak lagi meluap ke Komplek TKBM, bahkan telah menurunkan alat berat untuk mengorek anak sungai yang tersumbat.”Kalau masalah air pasang ini sudah lama terjadi, sehingga air meluap ke sana. Tapi, kita terus berusaha mencari solusinya,” pungkas Rudy Asriandi. (fac/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/