29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kubu Mahasiswa dan Kubu Satma PP Saling Lapor

Foto: Sormin/PM Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumut, bentrok dengan Satuan Mahasiswa (Satma) Pemuda Pancasila (PP), Senin (21/11) pagi. Akibatnya, 7 luka dan dilarikan ke Rumah Sakit Haji Medan.
Foto: Sormin/PM
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumut, bentrok dengan Satuan Mahasiswa (Satma) Pemuda Pancasila (PP), Senin (21/11) pagi. Akibatnya, 7 luka dan dilarikan ke Rumah Sakit Haji Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bentrok sesama mahasiswa yang pecah di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut Jalan Pasar 5 Timur, Desa Medan Estate, Percut Seituan, Selasa (21/11) lalu, berbuntut panjang. Setelah Rektorat UIN melakukan mediasi kepada kedua kubu, hasilnya tak mengeluarkan kata sepakat damai. Bahkan, kedua kubu yang bertikai ini saling buat laporan ke Polrestabes Medan, atas dugaan kasus penganiayaan, pengeroyokan, dan pengrusakan.

Mulanya, kubu dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Mahasiswa Pencinta Alam Semesta (Mapasta) UIN Sumut, mendatangi gedung Satuan Reskrim Polrestabes Medan. Tujuannya untuk melaporkan kubu dari yang disebut-sebut Satuan Mahasiswa (Satma) PP. Sebab, terlapor dituding sebagai pelaku penyerangan dan penganiayaan.

“Kami punya bukti rekaman, kalau itu dari pihak Satma luar kampus yang melakukan penyerangan ke dalam. Sudah tahu kami, siapa-siapa saja yang nyerang ataupun aktor intelektualnya,” tutur Arief, seorang alumni, bersama puluhan mahasiswa, Selasa (22/11) siang.

Arief mengatakan, pihaknya belum menempuh jalur damai. Sebab, mahasiswa yang mengalami luka parah, lantaran dihantam benda tumpul, dan senjata tajam, didominasi dari pihak PMII dan Mapasta. “Kuasa hukum kami yang melaporkan kasus ini,” imbuhnya.

Ia juga mengatakan, sejatinya polisi dapat menyelidiki kasus penyerangan ini tanpa harus menerima laporan pengaduan dari korban. “Ini kan delik hukum. Ada korban sampai terluka parah, masa mesti buat laporan dulu. Kami harap polisi dapat menuntaskan kasus ini, dan menangkap pelaku penyerangan,” kata Arief.

Lalu pada sore hari, giliran Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut yang menyambangi Polrestabes Medan. Tujuannya sama, yakni untuk melaporkan balik kubu PMII dan Mapasta atas dugaan kasus pengerusakan. “Kami bukan pihak dari Satma, kami dari Fakultas Syariah dan Hukum. Kami melaporkan PMII dan Mapasta, karena melakukan pengrusakan kantor sekterariat di dalam fakultas,” tutur M Alwi Hasbi Silalahi, yang juga alumni, didampingi sejumlah mahasiswa lain.

Alwi menambahkan, pengrusakan terjadi setelah kericuhan, saat massa PMII melakukan aksi unjukrasa. “Ini kan yang ribut antara Habibie (36) (Kepala Pusbanglis Sumut) dengan Alamsyah Toyib Hasibuan (22) (Ketua Senat Mahasiswa-Fakultas UIN Sumut). Lalu kenapa jadi kami yang kena? Sampai-sampai sekret (kantor senat) dirusak, dan dibakar,” ungkapnya.

Menurutnya, kubu PMII dan Mapasta melakukan aksi sweeping ke seluruh kampus, setelah ricuh demo tersebut. “Saat itulah sekret di dalam fakultas dirusak. Ketua Satma, bernama Rahmad Sukur Harahap ditikam,” jelas Alwi.

Meski sudah membuat laporan, pihaknya siap menempuh jalur perdamaian. “Tapi mereka (PMII-Mapasta) enggak mau. Yang ada, malah buat laporan lebih dulu,” imbuh Alwi.

Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Fahrizal menjelaskan, pihaknya telah menerima laporan kasus bentrok yang terjadi di UIN Sumut. Saat ini, masih melakukan pemeriksaan.

Foto: Sormin/PM Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumut, bentrok dengan Satuan Mahasiswa (Satma) Pemuda Pancasila (PP), Senin (21/11) pagi. Akibatnya, 7 luka dan dilarikan ke Rumah Sakit Haji Medan.
Foto: Sormin/PM
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumut, bentrok dengan Satuan Mahasiswa (Satma) Pemuda Pancasila (PP), Senin (21/11) pagi. Akibatnya, 7 luka dan dilarikan ke Rumah Sakit Haji Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bentrok sesama mahasiswa yang pecah di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut Jalan Pasar 5 Timur, Desa Medan Estate, Percut Seituan, Selasa (21/11) lalu, berbuntut panjang. Setelah Rektorat UIN melakukan mediasi kepada kedua kubu, hasilnya tak mengeluarkan kata sepakat damai. Bahkan, kedua kubu yang bertikai ini saling buat laporan ke Polrestabes Medan, atas dugaan kasus penganiayaan, pengeroyokan, dan pengrusakan.

Mulanya, kubu dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Mahasiswa Pencinta Alam Semesta (Mapasta) UIN Sumut, mendatangi gedung Satuan Reskrim Polrestabes Medan. Tujuannya untuk melaporkan kubu dari yang disebut-sebut Satuan Mahasiswa (Satma) PP. Sebab, terlapor dituding sebagai pelaku penyerangan dan penganiayaan.

“Kami punya bukti rekaman, kalau itu dari pihak Satma luar kampus yang melakukan penyerangan ke dalam. Sudah tahu kami, siapa-siapa saja yang nyerang ataupun aktor intelektualnya,” tutur Arief, seorang alumni, bersama puluhan mahasiswa, Selasa (22/11) siang.

Arief mengatakan, pihaknya belum menempuh jalur damai. Sebab, mahasiswa yang mengalami luka parah, lantaran dihantam benda tumpul, dan senjata tajam, didominasi dari pihak PMII dan Mapasta. “Kuasa hukum kami yang melaporkan kasus ini,” imbuhnya.

Ia juga mengatakan, sejatinya polisi dapat menyelidiki kasus penyerangan ini tanpa harus menerima laporan pengaduan dari korban. “Ini kan delik hukum. Ada korban sampai terluka parah, masa mesti buat laporan dulu. Kami harap polisi dapat menuntaskan kasus ini, dan menangkap pelaku penyerangan,” kata Arief.

Lalu pada sore hari, giliran Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumut yang menyambangi Polrestabes Medan. Tujuannya sama, yakni untuk melaporkan balik kubu PMII dan Mapasta atas dugaan kasus pengerusakan. “Kami bukan pihak dari Satma, kami dari Fakultas Syariah dan Hukum. Kami melaporkan PMII dan Mapasta, karena melakukan pengrusakan kantor sekterariat di dalam fakultas,” tutur M Alwi Hasbi Silalahi, yang juga alumni, didampingi sejumlah mahasiswa lain.

Alwi menambahkan, pengrusakan terjadi setelah kericuhan, saat massa PMII melakukan aksi unjukrasa. “Ini kan yang ribut antara Habibie (36) (Kepala Pusbanglis Sumut) dengan Alamsyah Toyib Hasibuan (22) (Ketua Senat Mahasiswa-Fakultas UIN Sumut). Lalu kenapa jadi kami yang kena? Sampai-sampai sekret (kantor senat) dirusak, dan dibakar,” ungkapnya.

Menurutnya, kubu PMII dan Mapasta melakukan aksi sweeping ke seluruh kampus, setelah ricuh demo tersebut. “Saat itulah sekret di dalam fakultas dirusak. Ketua Satma, bernama Rahmad Sukur Harahap ditikam,” jelas Alwi.

Meski sudah membuat laporan, pihaknya siap menempuh jalur perdamaian. “Tapi mereka (PMII-Mapasta) enggak mau. Yang ada, malah buat laporan lebih dulu,” imbuh Alwi.

Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Fahrizal menjelaskan, pihaknya telah menerima laporan kasus bentrok yang terjadi di UIN Sumut. Saat ini, masih melakukan pemeriksaan.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/