MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kematian ribuan ekor ternak babi di Sumatera Utara berbuntut ancaman pemusnahan massal oleh pemerintah. Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi menyatakan, jika serangan virus kolera babi semakin tak terkendali, sekitar 1,2 juta ekor babi yang ada di Sumatera Utara bakal dimusnahkan.
“Apabila ini tidak bisa diatasi dalam waktu dua sampai tiga hari ke depan, maka kita akan lakukan deklarasi tentang wabah ini. Artinya (ketika sudah berstatus Kejadian Luar Biasa/KLB), maka seluruh babi akan dimusnahkan,” kata Edy Rahmayadi menjawab wartawan, usai menerima kunjungan Komisi IV DPR RI di Kantor Gubsu, Jumat (22/11) sore.
Memang, kata dia, untuk pemusnahan babi secara massal tidak bisa serta merta dilakukan. Butuh kajian akademis yang riil yang menyatakan babi harus dimusnahkan. Tetapi, kata dia, pemusnahan merupakan upaya terakhir yang akan dilakukan dalam menyikapi penyebaran wabah kolera babi.
Saat ini, sebut Edy, di Sumut sebanyak 10.351 ekor babi sudah mengalami kematian akibat wabah tersebut. Satu ekor pun sebenarnya menurut dia, sudah bisa dinyatakan KLB jika syarat akademis menjawab itu. “Tapi jika dinyatakan KLB (dengan kejadian ini), maka 100 persen mati babi itu. Jadi semua itu, tidak hanya peternak juga perusahaan kena,” tegasnya.
Dirinya berharap, wabah yang menjangkit babi di Sumut bukan termasuk African Swine Fever (ASF). Ia pun sampai kini belum bisa memastikan hal itu. Namun jika benar babi di Sumut terpapar wabah ASF, sambung dia, maka tidak ada penawar seperti terkena kolera babi atau hog cholera. “Saya berharap tidak ASF. Karena persoalannya panjang. Wabah ini tidak ada obatnya, begitu terjangkit tinggal menunggu mati,” katanya.
Adapun langkah yang bisa ia lakukan sejauh ini sebagai gubernur ialah, melokalisir agar babi-babi tersebut tidak keluar dari Sumut. Karena jika keluar, ancaman menjangkit babi lain dari luar Provinsi Sumut semakin besar. “Setelah dikaji, jumlah babi yang ada di Sumut tercatat kurang lebih 1,2 juta lebih,” katanya.
Selain melokalisir, Edy sudah memerintahkan agar dibentuk tim dan posko di setiap kecamatan, yang mana mayoritas rakyatnya pelihara babi. Posko itu bertujuan untuk memfasilitasi penguburan bilamana ada babi yang mati. Dan rakyat pun diimbau agar melaporkan bila ada terdapat babi yang mati. “Kita akan anggarkan juga bagaimana membantu rakyat kita yang sudah rugi karena kejadian ini,” katanya.
Sebagaimana diketahui, wabah kolera babi semakin masif terjadi di Sumut. Kabar terbaru menyerang Kota Tebingtinggi. Peternak babi di sana pun mulai cemas. Sebelumnya terdapat 11 kabupaten dan kota yang sudah terjangkit kolera babi.
Dapat Dukungan
Sebelumnya dalam tertutup dengan Komisi IV DPR RI, Pemprov Sumut mendapat dukungan untuk penanganan wabah kolera babi. Ketua Komisi IV DPR Sudin mengatakan, secepat mungkin penyebaran wabah ini harus dihentikan agar tidak merugikan masyarakat dan juga peternak.
Komisi IV siap membantu sekuat tenaga agar permasalahan wabah babi di Sumut segera teratasi, sehingga tidak menyebar ke daerah yang belum terinfeksi wabah. “Kita memberikan dukungan penuh kepada pak gubernur untuk mengatasi masalah ini. Kalau perlu relokasi anggaran, kita akan bantu. Kita tidak ingin masalah ini semakin besar,” katanya.
Populasi babi di Sumut menurut data terakhir Kementerian Pertanian ada 1.277.471 ekor. Upaya yang perlu dilakukan sekarang menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Ketut Diarmita adalah menyelamatkan sisa babi yang belum terkena wabah. “Masih ada sekitar 1,26 juta babi lagi di Sumut, kita upayakan sekuat mungkin sisanya ini tidak terkena wabah ini,” kata Ketut.
Bangkai Babi Dibuang ke Parit
Temuan bangkai babi mulai meresahkan warga Kota Tebingtinggi. Satpol PP Kota TebingtinggI menemukan belasan bangkai babi yang sengaja dibuang warga ke dalam parit di Jalan Baja, Kelurahan Damar Sari, Kecamatan Padang Hilir, Jumat petang (22/11).
Padahal satu hari sebelumnya tim gabungan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Satpol PP, Dinas Lingkungan Hidup Kota Tebingtinggi melakukan inpeksi mendadak in sejumlah peternak babi yang berada di wilayah Kota Tebingtinggi, namun inspeksi yang dilakukan ini mengalami kecolongan.
Bangkai-bangkai babi yang ditemukan itu langsung diangkat dari dalam parit untuk ditanam di sekitar lokasi penemuan tersebut. Memang lokasi penemuan bangkai babi ini sedikit jauh dari lokasi rumah warga. Namun bau busuk yang ditimbulkan dari bangkai babi itu sangat mengganggu penciuman warga yang melintas.
“Mendapat informasi itu, pihak Satpol PP langsung menuju lokasi untuk mengevakuasi bangkai babi dan langsung menguburnya. Diketahui, ada 13 ekor babi yang ditemukan membusuk oleh petugas,” bilang Sekretaris Satpol PP, JB Hutapea.
Bangkai babi yang ditemukan itu diduga sudah seminggu lalu dibuang ke dalam parit yang bermuara ke Sungai Segeling, Kota Tebingtinggi. Bahkan bangkai babi tersebut sudah dikerumuni belatung.
Kadis Ketahuan Pangan dan Pertanian Peternakan Kota Tebingtinggi Marimbun Marpaung ketika dikonfirmasi via telepon, tidak dapat dihubungi. Begitu juga dengan Camat Padang Hilir, ketika dihubungi tidak mengangkat telepon selulernya.
Kapolsek Padang Hilir AKP Hilton Manurung memberikan arahan kepada masyarakat agar bekerja sama untuk mengubur bangkai babi yang mana bangkai babi tersebut dapat mencemari air dan menimbulkan penyakit. Menurutnya, tujuan penguburan bangkai babi tersebut agar air sungai tidak tercemar dan tidak menibulkan penyakit dan bau yang menyengat. “Kepada masyarakat yang beternak babi agar jangan membuang bangkai babi kedalam sungai ataupun parit, nanti bisa kena sanksi hukum,” tegasnya.
Tetap Lakukan Pengawasan dan Pencegahan
Sementara di Kota Medan, temuan bangkai babi baik di sungai maupun tempat-tempat lainnya sudah mulai menurun. Meski begitu, masyarakat masih merasa khawatir. Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Medan, Ikhsar Risyad Marbun mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk melakukan pengawasan dan pencegahan masuknya kembali bangkai-bangkai babi ke Kota Medan.
“Kita sudah koordinasi dengan pihak kecamatan untuk tetap melakukan pengawasan agar bangkai-bangkai babi tidak masuk kembali ke Medan,” ujarnya.
Begitu juga dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Medan, Syarif Armansyah Lubis mengatakan, intenstas masuk bangkai babi ke Kota Medan sudah semakin menurun. Hal itu dapat dilihat dari makin sedikitnya bangkai babi yang ditemukan di Kota Medan. “Kalau bangkai babi di sungai-sungai, justru sudah tidak kita temukan lagi beberapa hari ini. Tapi kalau yang dibuang di jalan-jalan, masih ada beberapa hari yang lalu, walaupun jumlahnya sangat sedikit. Untuk kemarin dan hari ini, justru kita belum ada menerima laporan temuan lagi,” kata Armansyah.
Oleh sebab itu, kata Arman, Plt Wali Kota Medan Akhyar Nasution telah mengimbau setiap kecamatan untuk segera mengambil tindakan cepat dengan mengambil dan mengubur bangkai-bangkai babi yang ditemukan di daerahnya. “Jadi kalau ada bangkai babi yang ditemukan, pihak kecamatan akan langsung menguburnya di lokasi-lokasi yang sudah disiapkan oleh masing-masing kecamatan,” jelasnya.
Selain itu, Arman juga menyebutkan, pihaknya dan pihak-pihak terkait terus memberikan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya mereka yang memiliki ternak babi agar tidak lagi membuang bangkai babinya secara sembarangan. “Kalau ada babinya yang mati, kita imbau untuk dikubur. Kalau tak bisa menguburnya, segera laporkan ke masing-masing kecamatan agar segera dibantu untuk menguburkannya. Tidak perlu takut, silahkan laporkan saja, nanti pasti akan dibantu,” tandasnya. (prn/ian/map)