30 C
Medan
Wednesday, May 1, 2024

Imlek 2020, Tahun Tikus Emas, Simbol Kerja Keras dan Kecerdikan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tahun Baru Imlek 2571 Kongzili akan dirayakan besok, Sabtu, 25 Januari 2020. Tahun baru adalah suatu perayaan di mana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Budaya yang mempunyai kalender tahunan, semuanya mempunyai perayaan tahun baru.

Tahun Baru Imlek adalah awal tahun penanggalan kalender Tionghoa, yakni kalender lunisolar yang dibentuk dengan menggabungkan kalender bulan dan kalender matahari. Biasanya jatuh pada malam bulan baru pada musim dingin (antara akhir Januari hingga awal Februari).

Selayaknya tahun baru di semua kalender yang dirayakan meriah, Tahun Baru Imlek kali pun disambut penuh sukacita oleh seluruh etnis Tionghoa. Tak terkecuali etnis Tionghoa di Sumatera Utara.

“Imlek adalah momen yang selalu dinanti segenap etnis Tionghoa di belahan dunia manapun. Malam terakhir sebelum hari pertama Imlek, adalah momen paling penting. Biasanya semua anak-anak akan kembali pulang ke rumah orangtuanya, membawa cucu-cucu dari orangtuanya untuk berkumpul dan makan besar bersama,” kata tokoh Tionghoa Sumatera Utara, Sugianto Makmur, kepada Sumut Pos, Kamis (23/1).

Sebelum berkumpul dan makan besar bersama, biasanya kaum keluarga akan melakukan sembahyang sembari mengenang jasa-jasa para leluhur terdahulu. Selanjutnya makan bersama yang dimanfaatkan sebagai malam keakraban.

“Ini momen paling penting. Semua keluarga mengingat masa-masa kecil. Di hari pertama Imlek itu, semua anak-anak datang ke rumah orangtuanya. Di sanalah ada pertukaran angpao (uang),” tutur anggota DPRD Sumut itu.

Ditanya tentang Imlek 2020, menurutnya, ini adalah tahun Tikus Emas. “Secara umum, tahun Tikus Emas adalah simbol dari kerja keras dan kecerdikan,” katanya.

Ia mengakui, beda peramal beda pula pandangan tentang Tahun Tikus Emas.

Adapun orang Tionghoa mengakui 12 shio manusia, salahsatunya ialah tikus. Juga ada lima unsur yang mempengaruhi manusia, salahsatu unsurnya adalah emas.

“Pada prinsipnya kita tetap berharap yang terbaiklah. Saya berharap semua warga Tionghoa bisa berkumpul, merasakan kehangatan dan keakraban yang lebih dibanding Imlek sebelumnya. Dan saya berharap semuanya diberikan rezeki di tahun baru Imlek ini,” katanya.

Politisi PDI Perjuangan ini berharap, Imlek 2020 ini menjadi berkah bagi Sumut, termasuk para pemimpin daerah di 33 kabupaten dan kota. Sugianto pun berharap tidak ada bencana apapun yang terjadi di wilayah dengan luas 72.981.23 km² ini.

“Semoga ekonomi bertumbuh lebih baik, hasil-hasil panen kita juga tambah baik lagi. Sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik di tahun Tikus Emas ini,” kata anggota Komisi A DPRD Sumut itu.

Semoga pula simbol dari tikus ini membawa kecerdikan bagi para pemimpin-pemimpin negeri terutama di Sumut, lebih bijaksana dan cerdas mengelola pemerintahan serta memerhatikan rakyatnya. “Terakhir semoga rakyat kita tetap kompak dan tidak mudah dipecah-belah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” pungkasnya.

Bawa Kemajuan Bagi Kota Medan

Harapan senada pun diutarakan Ketua DPRD Medan, Hasyim Wijaya, atau lebih dikenal dengan nama Hasyim SE.

Politisi sekaligus Ketua DPC PDIP Kita Medan ini mengatakan, ia dan keluarganya turut merayakan Imlek. “Saya dan keluarga keturunan Tionghoa. Pasti kami merayakan Imlek setiap tahun,” ucap Hasyim kepada Sumut Pos, Kamis (23/1).

Di Tahun Tikus Logam 2020 ini, Hasyim berharap semua hal yang baik dapat dirasakan oleh setiap orang, terkhusus di Kota Medan. “Kita harus berfikir positif. Kita harapkan Tahun Tikus Logam ini akan membawa perubahan yang baik bagi Kota Medan,” ujarnya.

Menurutnya, tahun tikus logam ini akan menjadi tahun penting, termasuk untuk Kota Medan. Sebab Kota Medan dan sejumlah wilayah lainnya akan menggelar Pilkada serentak. “Harapan kita, situasi politik di Indonesia termasuk di Kota Medan, berjalan kondusif. Kita optimis dan terus berdoa agar tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Kita harapkan akan muncul sosok pemimpin terbaik yang akan membawa perubahan bagi Kota Medan di Tahun Tikus Logam nanti,” harapnya.

Tentang perayaan Imlek, Hasyim dan keluarga telah mempersiapkan berbagai kegiatan. Di antaranya, melakukan ibadah rutin. “Sebelum hari H1 atau H2, sudah ada ibadah-ibadah, entah itu di vihara, klenteng, ataupun di rumah masing-masing. Untuk umat Budha, biasanya ada ritual sembahyang di vihara. Semua berdoa agar yang terbaik terjadi di tahun yang baru,” jelasnya.

Kata Hasyim, Imlek bukanlah hari raya keagamaan, melainkan perayaan tahun baru bagi suku Tionghoa. Artinya, tahun baru Imlek lintas agama.

Tradisi di keluarga Hasyim, yakni berkumpul dan makan bersama di malam Imlek. Momen itu sekaligus untuk mempererat kembali hubungan kekeluargaan satu sama lain.

“Malam Imlek kita kumpul di rumah orang tua, makan bersama. Tepat di hari Imlek, kita saling mengunjungi satu sama lain. Anak mengunjungi orang tua, yang muda mengunjungi yang lebih tua dan seterusnya. Rutinitas itu bisa dilakukan sampai 3 hari. Karena keluarga besar, banyak yang mau dikunjungi,” katanya.

Untuk makanan, disajikan makanan khas Imlek. Setiap makanan punya makna tersendiri. Misalnya mie yang panjang melambangkan panjang umur. Ikan melambangkan kehidupan yang lebih lancar di tahun berikutnya. Buah jeruk manis melambangkan kesehatan yang baik. Nenas lambang kemakmuran. Apel lambang kebahagiaan, dan sebagainya.

Namun ada satu panganan khas yang biasa tersaji saat Imlek tiba. Yakni kue bulan atau sering disebut kue bakul. “Kue bakul punya makna sendiri. Bentuknya yang bulat dan teksturnya yang lengket melambangkan besarnya keluarga dan bersatu. Kue bakul melambangkan merekatnya kekeluargaan. Rasanya yang manis melambangkan harapan dan doa, agar kehidupan ke depannya lebih baik,” terangnya.

Adapun budaya ‘angpao’, merupakan lambang saling menyayangi satu sama lain dengan saling berbagi rezeki kepada keluarga dan sahabat dan orang-orang terdekat. Angpao diberikan dari orangtua atau mereka yang sudah menikah kepada anak muda atau mereka yang belum menikah.

“Angpao dibungkus dalam sejenis amplop berwarna merah, bergambar dengan berbagai rupa. Gambar yang beragam dari angpao itu sendiri memiliki makna beragam pula. Tapi semua memiliki tujuan yaitu kebahagiaan,” ungkapnya.

Intinya, lanjut Hasyim, Imlek adalah perayaan tahun baru yang diwarnai dengan doa dan harapan, agar di tahun berikutnya dapat hidup lebih dan bahagia.

Ribuan Lampion Hiasi Vihara Maitreya masih menyambut Imlek besok, vihara-vihara di Kota Medan telah melakukan berbagai persiapan. Salahsatunya Vihara Borobudur di Jalan Imam Bonjol. Vihara tersebut telah memasang berbagai hiasan.

Di pintu masuk halaman, telah berdiri hiasan gapura berwarna merah keemasan. Terdapat juga lampion-lampion berwarna merah dan ornamen tikus, shio tahun 2020 ini.

Ketika masuk ke halaman, terpampang spanduk yang menginformasikan kegiatan-kegiatan ibadah perayaan Imlek. Pada spanduk tersebut diinformasikan, dalam rangka merayakan Imlek Vihara Borobudur menyelenggarakan pemasangan pelita, puja bakti pelimpahan berkah dan doa keselamatan.

Pengurus vihara yang hendak diwawancarai, menurut satpam, sedang tidak berada di tempat. “Pihak yayasan kebetulan belum datang,” ujar petugas satpam, Kamis (23/1).

Selain Vihara Borobudur, Maha Vihara Maitreya Medan juga telah melakukan berbagai persiapan dan berhias. Kesan meriah, unik, indah, bahkan mewah terlihat di area vihara yang berada di Komplek Perumahan Cemara Asri Jalan Cemara Asri Boulevard Raya. Ribuan lampion menghiasi vihara.

Salah seorang pengurus Maha Vihara Maitreya, Anna mengatakan, lampion menjadi salah satu aksesoris khas saat perayaan Imlek. Di Imlek tahun ini, pihaknya menyiapkan sekitar 2.000 hingga 3.000 lampion. “Pengurus vihara menyiapkan sekitar 3.000 lampion. Warna lampionnya bukan hanya merah tetapi ada kuning, ungu, biru, hijau dan lainnya agar menimbulkan kesan meriah,” ungkap Anna kepada wartawan.

Menurut Anna, lewat ribuan lampion ini, pihaknya mengajak umat Buddha di Medan dan sekitarnya melakukan donasi ‘lampion bahagia’. Donasi per lampion sebesar Rp300 ribu.

“Tujuan donasi lampion ini agar umat Buddha mempunyai kesempatan mengikat satu karma baik. Dengan begitu, ia telah menanam satu kebaikan dan diberi kesempatan untuk menjalani jodoh baik,” ujarnya.

Lampion diberi nama para donator, disertai doa dan kata-kata baik. Seperti kata-kata kebahagian, kegembiraan, dunia aman sentosa, masyarakat harmonis dan lain sebagainya. “Kata dan doa-doa yang baik mengharapkan kesejahteraan, keamanan, kebahagiaan dapat menyertai kita semua,” ucapnya.

Anna menyebutikan, tahun tikus ini bukan hanya memanjatkan doa untuk diri sendiri saja, tetapi juga untuk negara Indonesia. Harapannya, semoga Indonesia semakin maju, memiliki eksistensi dan wibawa di hadapan negara lain.

Sebelum memasang berbagai hiasan, pengurus vihara berbenah, merapikan serta membersihkan tempat peribadatan dan peralatan sembahyang. “Berbenah dan bersih-bersih yang dilakukan sudah menjadi tradisi,” imbuhnya. (prn/map/ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tahun Baru Imlek 2571 Kongzili akan dirayakan besok, Sabtu, 25 Januari 2020. Tahun baru adalah suatu perayaan di mana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Budaya yang mempunyai kalender tahunan, semuanya mempunyai perayaan tahun baru.

Tahun Baru Imlek adalah awal tahun penanggalan kalender Tionghoa, yakni kalender lunisolar yang dibentuk dengan menggabungkan kalender bulan dan kalender matahari. Biasanya jatuh pada malam bulan baru pada musim dingin (antara akhir Januari hingga awal Februari).

Selayaknya tahun baru di semua kalender yang dirayakan meriah, Tahun Baru Imlek kali pun disambut penuh sukacita oleh seluruh etnis Tionghoa. Tak terkecuali etnis Tionghoa di Sumatera Utara.

“Imlek adalah momen yang selalu dinanti segenap etnis Tionghoa di belahan dunia manapun. Malam terakhir sebelum hari pertama Imlek, adalah momen paling penting. Biasanya semua anak-anak akan kembali pulang ke rumah orangtuanya, membawa cucu-cucu dari orangtuanya untuk berkumpul dan makan besar bersama,” kata tokoh Tionghoa Sumatera Utara, Sugianto Makmur, kepada Sumut Pos, Kamis (23/1).

Sebelum berkumpul dan makan besar bersama, biasanya kaum keluarga akan melakukan sembahyang sembari mengenang jasa-jasa para leluhur terdahulu. Selanjutnya makan bersama yang dimanfaatkan sebagai malam keakraban.

“Ini momen paling penting. Semua keluarga mengingat masa-masa kecil. Di hari pertama Imlek itu, semua anak-anak datang ke rumah orangtuanya. Di sanalah ada pertukaran angpao (uang),” tutur anggota DPRD Sumut itu.

Ditanya tentang Imlek 2020, menurutnya, ini adalah tahun Tikus Emas. “Secara umum, tahun Tikus Emas adalah simbol dari kerja keras dan kecerdikan,” katanya.

Ia mengakui, beda peramal beda pula pandangan tentang Tahun Tikus Emas.

Adapun orang Tionghoa mengakui 12 shio manusia, salahsatunya ialah tikus. Juga ada lima unsur yang mempengaruhi manusia, salahsatu unsurnya adalah emas.

“Pada prinsipnya kita tetap berharap yang terbaiklah. Saya berharap semua warga Tionghoa bisa berkumpul, merasakan kehangatan dan keakraban yang lebih dibanding Imlek sebelumnya. Dan saya berharap semuanya diberikan rezeki di tahun baru Imlek ini,” katanya.

Politisi PDI Perjuangan ini berharap, Imlek 2020 ini menjadi berkah bagi Sumut, termasuk para pemimpin daerah di 33 kabupaten dan kota. Sugianto pun berharap tidak ada bencana apapun yang terjadi di wilayah dengan luas 72.981.23 km² ini.

“Semoga ekonomi bertumbuh lebih baik, hasil-hasil panen kita juga tambah baik lagi. Sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik di tahun Tikus Emas ini,” kata anggota Komisi A DPRD Sumut itu.

Semoga pula simbol dari tikus ini membawa kecerdikan bagi para pemimpin-pemimpin negeri terutama di Sumut, lebih bijaksana dan cerdas mengelola pemerintahan serta memerhatikan rakyatnya. “Terakhir semoga rakyat kita tetap kompak dan tidak mudah dipecah-belah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” pungkasnya.

Bawa Kemajuan Bagi Kota Medan

Harapan senada pun diutarakan Ketua DPRD Medan, Hasyim Wijaya, atau lebih dikenal dengan nama Hasyim SE.

Politisi sekaligus Ketua DPC PDIP Kita Medan ini mengatakan, ia dan keluarganya turut merayakan Imlek. “Saya dan keluarga keturunan Tionghoa. Pasti kami merayakan Imlek setiap tahun,” ucap Hasyim kepada Sumut Pos, Kamis (23/1).

Di Tahun Tikus Logam 2020 ini, Hasyim berharap semua hal yang baik dapat dirasakan oleh setiap orang, terkhusus di Kota Medan. “Kita harus berfikir positif. Kita harapkan Tahun Tikus Logam ini akan membawa perubahan yang baik bagi Kota Medan,” ujarnya.

Menurutnya, tahun tikus logam ini akan menjadi tahun penting, termasuk untuk Kota Medan. Sebab Kota Medan dan sejumlah wilayah lainnya akan menggelar Pilkada serentak. “Harapan kita, situasi politik di Indonesia termasuk di Kota Medan, berjalan kondusif. Kita optimis dan terus berdoa agar tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Kita harapkan akan muncul sosok pemimpin terbaik yang akan membawa perubahan bagi Kota Medan di Tahun Tikus Logam nanti,” harapnya.

Tentang perayaan Imlek, Hasyim dan keluarga telah mempersiapkan berbagai kegiatan. Di antaranya, melakukan ibadah rutin. “Sebelum hari H1 atau H2, sudah ada ibadah-ibadah, entah itu di vihara, klenteng, ataupun di rumah masing-masing. Untuk umat Budha, biasanya ada ritual sembahyang di vihara. Semua berdoa agar yang terbaik terjadi di tahun yang baru,” jelasnya.

Kata Hasyim, Imlek bukanlah hari raya keagamaan, melainkan perayaan tahun baru bagi suku Tionghoa. Artinya, tahun baru Imlek lintas agama.

Tradisi di keluarga Hasyim, yakni berkumpul dan makan bersama di malam Imlek. Momen itu sekaligus untuk mempererat kembali hubungan kekeluargaan satu sama lain.

“Malam Imlek kita kumpul di rumah orang tua, makan bersama. Tepat di hari Imlek, kita saling mengunjungi satu sama lain. Anak mengunjungi orang tua, yang muda mengunjungi yang lebih tua dan seterusnya. Rutinitas itu bisa dilakukan sampai 3 hari. Karena keluarga besar, banyak yang mau dikunjungi,” katanya.

Untuk makanan, disajikan makanan khas Imlek. Setiap makanan punya makna tersendiri. Misalnya mie yang panjang melambangkan panjang umur. Ikan melambangkan kehidupan yang lebih lancar di tahun berikutnya. Buah jeruk manis melambangkan kesehatan yang baik. Nenas lambang kemakmuran. Apel lambang kebahagiaan, dan sebagainya.

Namun ada satu panganan khas yang biasa tersaji saat Imlek tiba. Yakni kue bulan atau sering disebut kue bakul. “Kue bakul punya makna sendiri. Bentuknya yang bulat dan teksturnya yang lengket melambangkan besarnya keluarga dan bersatu. Kue bakul melambangkan merekatnya kekeluargaan. Rasanya yang manis melambangkan harapan dan doa, agar kehidupan ke depannya lebih baik,” terangnya.

Adapun budaya ‘angpao’, merupakan lambang saling menyayangi satu sama lain dengan saling berbagi rezeki kepada keluarga dan sahabat dan orang-orang terdekat. Angpao diberikan dari orangtua atau mereka yang sudah menikah kepada anak muda atau mereka yang belum menikah.

“Angpao dibungkus dalam sejenis amplop berwarna merah, bergambar dengan berbagai rupa. Gambar yang beragam dari angpao itu sendiri memiliki makna beragam pula. Tapi semua memiliki tujuan yaitu kebahagiaan,” ungkapnya.

Intinya, lanjut Hasyim, Imlek adalah perayaan tahun baru yang diwarnai dengan doa dan harapan, agar di tahun berikutnya dapat hidup lebih dan bahagia.

Ribuan Lampion Hiasi Vihara Maitreya masih menyambut Imlek besok, vihara-vihara di Kota Medan telah melakukan berbagai persiapan. Salahsatunya Vihara Borobudur di Jalan Imam Bonjol. Vihara tersebut telah memasang berbagai hiasan.

Di pintu masuk halaman, telah berdiri hiasan gapura berwarna merah keemasan. Terdapat juga lampion-lampion berwarna merah dan ornamen tikus, shio tahun 2020 ini.

Ketika masuk ke halaman, terpampang spanduk yang menginformasikan kegiatan-kegiatan ibadah perayaan Imlek. Pada spanduk tersebut diinformasikan, dalam rangka merayakan Imlek Vihara Borobudur menyelenggarakan pemasangan pelita, puja bakti pelimpahan berkah dan doa keselamatan.

Pengurus vihara yang hendak diwawancarai, menurut satpam, sedang tidak berada di tempat. “Pihak yayasan kebetulan belum datang,” ujar petugas satpam, Kamis (23/1).

Selain Vihara Borobudur, Maha Vihara Maitreya Medan juga telah melakukan berbagai persiapan dan berhias. Kesan meriah, unik, indah, bahkan mewah terlihat di area vihara yang berada di Komplek Perumahan Cemara Asri Jalan Cemara Asri Boulevard Raya. Ribuan lampion menghiasi vihara.

Salah seorang pengurus Maha Vihara Maitreya, Anna mengatakan, lampion menjadi salah satu aksesoris khas saat perayaan Imlek. Di Imlek tahun ini, pihaknya menyiapkan sekitar 2.000 hingga 3.000 lampion. “Pengurus vihara menyiapkan sekitar 3.000 lampion. Warna lampionnya bukan hanya merah tetapi ada kuning, ungu, biru, hijau dan lainnya agar menimbulkan kesan meriah,” ungkap Anna kepada wartawan.

Menurut Anna, lewat ribuan lampion ini, pihaknya mengajak umat Buddha di Medan dan sekitarnya melakukan donasi ‘lampion bahagia’. Donasi per lampion sebesar Rp300 ribu.

“Tujuan donasi lampion ini agar umat Buddha mempunyai kesempatan mengikat satu karma baik. Dengan begitu, ia telah menanam satu kebaikan dan diberi kesempatan untuk menjalani jodoh baik,” ujarnya.

Lampion diberi nama para donator, disertai doa dan kata-kata baik. Seperti kata-kata kebahagian, kegembiraan, dunia aman sentosa, masyarakat harmonis dan lain sebagainya. “Kata dan doa-doa yang baik mengharapkan kesejahteraan, keamanan, kebahagiaan dapat menyertai kita semua,” ucapnya.

Anna menyebutikan, tahun tikus ini bukan hanya memanjatkan doa untuk diri sendiri saja, tetapi juga untuk negara Indonesia. Harapannya, semoga Indonesia semakin maju, memiliki eksistensi dan wibawa di hadapan negara lain.

Sebelum memasang berbagai hiasan, pengurus vihara berbenah, merapikan serta membersihkan tempat peribadatan dan peralatan sembahyang. “Berbenah dan bersih-bersih yang dilakukan sudah menjadi tradisi,” imbuhnya. (prn/map/ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/