26 C
Medan
Wednesday, May 15, 2024

Cegah Virus Korona, Kemenkes Siapkan 135 Thermoscanner

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan sudah menyiapkan sedianya 135 unit thermoscanner (pemindai suhu tubuh) di pintu keluar-masuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pemasangan thermoscanner diharapkan bisa mencegah masuknya virus korona, yang bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok, “(Sebanyak) 135 pintu negara, baik udara, laut, maupun darat, yang jaga petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Yang paling awal bisa dideteksi adalah dengan thermoscanner untuk mendeteksi suhu tubuh,” ungkap Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono, dalam keterangan resmi, Kamis (23/1).

Sugihantono menjelaskan, jika ada orang dari luar negeri masuk ke Indonesia dengan suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius, maka posturnya terlihat berwarna merah pada thermoscanner.

Alat pemindai suhu tubuh itu, lanjutnya, akan difokuskan di bandara seluruh Indonesia, terutama yang mempunyai penerbangan langsung dari Tiongkok, guna meningkatkan kewaspadaan dengan mengaktifkan thermoscanner serta memberikan health alert card dan KIE kepada penumpang.

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Bandara Soekarno-Hatta Anas Maruf, mengatakan semua pintu masuk negara sudah disiapkan thermoscanner.

“Dalam kondisi rutin seluruh kedatangan internasional semua selalu dilakukan pemeriksaan thermoscanner meskipun tidak ada penyakit yang diwaspadai. Kalau ada penyakit yang diwaspadai maka kita tingkatkan pengamanannya,” ucap Anas.

Ia pun menyarankan agar warga negara Indonesia yang berada di Wuhan untuk menghindari wilayah yang menjadi penyebaran virus korona, serta menghindari kontak dengan orang-orang yang diduga menderita nCoV atau virus korona jenis baru yang bisa menular dari manusia ke manusia.

“Berperilaku hidup bersih dan sehat, dan jika sakit segera berobat ke Fasyankes. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes,” paparnya.

Dua Kota di China Ditutup

Sementara itu, pemerintah China menutup Kota Wuhan dan berencana menutup satu kota lagi, demi mencegah penyebaran virus corona yang mematikan.

Di Wuhan, kota dengan populasi 11 juta jiwa, otoritas sudah menghentikan transportasi publik seperti pesawat maupun bus. Penanganan serupa bakal diterapkan kepada Huaggang, kota yang berdekatan dengan Wuhan, dan berpopulasi 7 juta, pada tengah malam nanti.

Dilansir BBC Kamis (23/1/2020), virus corona jenis baru itu sudah menginfeksi sekitar 500 orang, dengan 17 orang meninggal. Virus itu disebut pertama kali menyebar dari pasar ikan di Wuhan, dengan salah satu warga menyebut dia merasa “akhir dunia” terjadi.

Seperti apa penanganan terbaru?

Pemerintah kota resmi mematikan layanan transportasi publik pukul 10.00 waktu setempat, dengan bandara dan terminal bus begitu lengang. Otoritas kesehatan sudah memerintahkan penduduk wajib mengenakan masker, dan meminta mereka tak berkumpul dalam jumlah besar.

Raksasa retail China, Taobao, memperingatkan para penjual agar tidak menaikkan harga setelah permintaan sarung tangan plastik dan masker meningkat. Beberapa jam setelah Wuhan diblokir, pemerintah Huaggang mengumumkan mereka akan menerapkan langkah serupa tengah malam nanti.

Selain menghentikan transportasi umum, pihak berwenang juga meminta agar penduduk tidak meninggalkan kota. Kemudian Ezhou, kota yang berlokasi di sebelah selatan Huaggang, juga menuturkan bakal menutup layanan stasiun kereta.

Apa yang diketahui tentang virus corona? Dikenal dengan kode 2019-nCoV, virus tersebut merupakan jenis baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya di tubuh manusia. Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) yang membunuh hampir 800 orang di seluruh dunia pada awal 2000-an juga termasuk corona.

Otoritas menduga, virus itu pertama kali menyebar dari pasar hasil laut di Wuhan, sebagai hasil dari perdagangan hewan liar ilegal. Sejumlah peneliti menduga penyakit itu menyebar dari ular, berdasarkan laporan dari Journal of Medical Virology Rabu (22/1).

Berdasarkan pemeriksaa genetik, kemungkinan ular sebagai hewan liar penampung virus besar. Namun, klaim itu masih butuh studi lebih lanjut. Terdapat juga keyakinan bahwa virus tersebut bisa menular antar-manusia, dengan contoh kasusnya adalah penyebaran dari pasien ke anggota keluarganya. Virus itu disebut menginfeksi paru-paru dengan gejala seperti demam dan batuk, disertai dengan kesulitan bernapas dan napas pendek. (mg8/jpnn/kps)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan sudah menyiapkan sedianya 135 unit thermoscanner (pemindai suhu tubuh) di pintu keluar-masuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pemasangan thermoscanner diharapkan bisa mencegah masuknya virus korona, yang bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok, “(Sebanyak) 135 pintu negara, baik udara, laut, maupun darat, yang jaga petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Yang paling awal bisa dideteksi adalah dengan thermoscanner untuk mendeteksi suhu tubuh,” ungkap Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono, dalam keterangan resmi, Kamis (23/1).

Sugihantono menjelaskan, jika ada orang dari luar negeri masuk ke Indonesia dengan suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius, maka posturnya terlihat berwarna merah pada thermoscanner.

Alat pemindai suhu tubuh itu, lanjutnya, akan difokuskan di bandara seluruh Indonesia, terutama yang mempunyai penerbangan langsung dari Tiongkok, guna meningkatkan kewaspadaan dengan mengaktifkan thermoscanner serta memberikan health alert card dan KIE kepada penumpang.

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Bandara Soekarno-Hatta Anas Maruf, mengatakan semua pintu masuk negara sudah disiapkan thermoscanner.

“Dalam kondisi rutin seluruh kedatangan internasional semua selalu dilakukan pemeriksaan thermoscanner meskipun tidak ada penyakit yang diwaspadai. Kalau ada penyakit yang diwaspadai maka kita tingkatkan pengamanannya,” ucap Anas.

Ia pun menyarankan agar warga negara Indonesia yang berada di Wuhan untuk menghindari wilayah yang menjadi penyebaran virus korona, serta menghindari kontak dengan orang-orang yang diduga menderita nCoV atau virus korona jenis baru yang bisa menular dari manusia ke manusia.

“Berperilaku hidup bersih dan sehat, dan jika sakit segera berobat ke Fasyankes. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes,” paparnya.

Dua Kota di China Ditutup

Sementara itu, pemerintah China menutup Kota Wuhan dan berencana menutup satu kota lagi, demi mencegah penyebaran virus corona yang mematikan.

Di Wuhan, kota dengan populasi 11 juta jiwa, otoritas sudah menghentikan transportasi publik seperti pesawat maupun bus. Penanganan serupa bakal diterapkan kepada Huaggang, kota yang berdekatan dengan Wuhan, dan berpopulasi 7 juta, pada tengah malam nanti.

Dilansir BBC Kamis (23/1/2020), virus corona jenis baru itu sudah menginfeksi sekitar 500 orang, dengan 17 orang meninggal. Virus itu disebut pertama kali menyebar dari pasar ikan di Wuhan, dengan salah satu warga menyebut dia merasa “akhir dunia” terjadi.

Seperti apa penanganan terbaru?

Pemerintah kota resmi mematikan layanan transportasi publik pukul 10.00 waktu setempat, dengan bandara dan terminal bus begitu lengang. Otoritas kesehatan sudah memerintahkan penduduk wajib mengenakan masker, dan meminta mereka tak berkumpul dalam jumlah besar.

Raksasa retail China, Taobao, memperingatkan para penjual agar tidak menaikkan harga setelah permintaan sarung tangan plastik dan masker meningkat. Beberapa jam setelah Wuhan diblokir, pemerintah Huaggang mengumumkan mereka akan menerapkan langkah serupa tengah malam nanti.

Selain menghentikan transportasi umum, pihak berwenang juga meminta agar penduduk tidak meninggalkan kota. Kemudian Ezhou, kota yang berlokasi di sebelah selatan Huaggang, juga menuturkan bakal menutup layanan stasiun kereta.

Apa yang diketahui tentang virus corona? Dikenal dengan kode 2019-nCoV, virus tersebut merupakan jenis baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya di tubuh manusia. Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) yang membunuh hampir 800 orang di seluruh dunia pada awal 2000-an juga termasuk corona.

Otoritas menduga, virus itu pertama kali menyebar dari pasar hasil laut di Wuhan, sebagai hasil dari perdagangan hewan liar ilegal. Sejumlah peneliti menduga penyakit itu menyebar dari ular, berdasarkan laporan dari Journal of Medical Virology Rabu (22/1).

Berdasarkan pemeriksaa genetik, kemungkinan ular sebagai hewan liar penampung virus besar. Namun, klaim itu masih butuh studi lebih lanjut. Terdapat juga keyakinan bahwa virus tersebut bisa menular antar-manusia, dengan contoh kasusnya adalah penyebaran dari pasien ke anggota keluarganya. Virus itu disebut menginfeksi paru-paru dengan gejala seperti demam dan batuk, disertai dengan kesulitan bernapas dan napas pendek. (mg8/jpnn/kps)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/