MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kedatangan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo ke acara adat pernikahan Muhammad Bobby Afif Nasution dengan Kahiyang Ayu Siregar pada Sabtu (25/11) pagi, bukan sebagai Mora. Namun, orang nomor 1 di Indonesia itu datang sebagai Raja, sehingga akan disambut dengan meriah.
Hal itu dikatakan Raja Panusunan, H Pandapotan Nasution di Media Center Bobby-Kahiyang, Komplek OCBC, Jalan Ringroad, Medan, Kamis (23/11) sore. “Pak Jokowi datang ke Horja (pesta persembahan yang besar), bukan sebagai Mora, tapi sebagai Raja. Kalau Mora, sudah datang kemarin dengan membawa indahan toppu robu karena sebenarnya Mora itu berpantang datang ke Horja,” ujar Pandapotan.
Karena datang sebagai Raja, kata Pandapotan, Jokowi disambut dengan upacara kebesaran. Begitu turun, Jokowi disambut dengan gordang sambilan. Selanjutnya disuguhkan sirih. Setelah itu, Jokowi dibawa ke gelanggang acara untuk diulosi oleh raja-raja, diteruskan dengan menortor bersama.
“Pak Jokowi menortor di situ, besok. Ibu (Iriana) juga menortor. Kemudian mereka berdua duduk di tempat yang sudah disiapkan,” sambung Pandapotan.
Setelah Presiden dan Ibu Negara duduk, dilakukan prosesi pengantin menuju Tapian Raya Namartua. Untuk prosesi itu, kata Pandapotan, presiden dapat menyaksikan melalui layar kaca. Namun, kalau Presiden ingin ikut, akan dilihat bagaimana prosesinya. Dijelaskannya, Tapian Raya Namartua adalah acara Marpangir, yakni menghanyutkan masa remaja.
“Saat menuju Tapian Raya Namartua, nanti di bagian depan pembuka jalan kemudian Panjunjung Pangir, kemudian Kahiyang lalu Bobby. Sementara ketika pulang, Kahiyang dan Bobby di depan, karena mereka sudah menjadi orangtua. Digiring sampai ke gelanggang untuk ditabalkan gelar adat dengan cara mengulosi. Agar gelar adat berkat, dilakukan upah-upah oleh Datuk Pangupah. Setelah itu, acara Ajar Poda, yakni nasihat upacara perkawinan, lalu ditutup dengan kata Horas tiga kali dan manyoda gondang, tanda gondang tidak lagi boleh dibunyikan,” tandasnya.