Penyertaan modal yang diberikan Pemprovsu pada tahun 2016 yang lau sebesar Rp73 miliar juga akan digunakan untuk peningkatan (uprating) IPA Sunggal tahap kedua 400 liter per detik dan Uprating IPA Deli Tua 300 liter per detik dan pembangunan IPA Pancur Batu kapasitas 40 liter per detik yang diperkirakan akan menelan biaya sekitar Rp140 miliar.
Sementara Direktur Air Minum Delviyandri mengakui, bahwa saat ini permasalahan kekurangan debit air masih menjadi permasalahan utama PDAM Tirtanadi. Peningkatan produksi tidak sebanding dengan perkembangan jumlah penduduk sehingga masih saja ada keluhan pelanggan terkait kuantitas dan kontinutas air minum serta masih adanya wilayah yang tidak bisa dilayanai selama 24 jam dan juga cakupan pelayanan tidak mengalami peningkatan secara siginifikan.
Untuk air limbah, Heri Batangari selaku Direktur Air Limbah menyampaikan bahwa pengolahan air limbah merupakan terusan dari produksi air bersih. Air bersih yang telah digunakan dan menjadi limbah kemudian diolah untuk selanjutnya dialirkan kembali ke sungai agar tidak mencemari lingkungan.
“Bayangkan saja kalo 2,5 juta warga Kota Medan setiap paginya membuang tinja sebanyak 0,5 kg maka sebanyak 1.259 ton tinja akan mencemari lingkungan apabila tidak diolah dengan benar,” terang Heri Batangari.
Dari sisi keuangan, Direktur Administrasi dan Keuangan Arif Haryadian mengatakan bahwa ketika mereka baru menjabat sebagai Direksi PDAM Tirtanadi pada tahun 2015, kondisi keuangan minus dengan utang yang cukup banyak sekitar 270 M.
Namun dalam masa 3 tahun kepemimpinan mereka, saat ini kondisi keuangan PDAM Tirtanadi telah surplus dan kewajiban utang terselesaikan. “Berdasar audit, kinerja keuangan cukup baik, bahkan pada akhir tahun 2018 ini PDAM Tirtanadi akan memberikan kontribusi PAD ke Pemprovsu sebesar 10,6 M,” ujar Arief
Arif Haryadian mengemukakan, setoran ke PAD Sumut merupakan bentuk komitmen Tirtanadi untuk ikut berpartisipasi nyata membangun Sumut lewat pembangunan yang diprogramkan Pemprov Sumut.(adz/ila)