32 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Jangan Beda Agama Negara Pecah

Dia juga mengatakan, Kota Barus atau dikenal juga dengan nama Fansur, dulunya pada abad 1 – 17 M adalah merupakan kota Emporium dan pusat peradaban, hal ini menjadikan kota Barus menjadi kota tertua di Indonesia. Pelayar-pelayar terkenal seperti Marcopollo pernah mendarat di kota ini. Pedagang-pedagang dari Persia dan bahkan dari seluruh penjuru Dunia juga berdatangan ke kota ini dimasa-masa kejayaannya.

Dulunya, sebutnya aktivitas di kota ini lebih banyak berdagang, komoditi yang paling dominan adalah rempah-rempah. Salah satu komoditi paling dicari dicaman itu. Adapun barang dagangan dibawa turun dari gunung oleh para penduduk lokal untuk dijual ke para pedagang yang berasal dari luar negeri.

Salah satu komoditi paling terkenal dari kota ini hingga saat ini adalah kapur barus, bahkan dalam sebuah penelitian disebutkan, mayat seorang Raja Firaun diawetkan dengan menggunakan bahan rempah-rempah bernama kapur barus yang berasal dari kota Barus. Kedatangan para pedagang-pedagang yang berasal dari Persia, juga sekaligus membawa pengaruh Agama Islam masuk ke Nusantara untuk pertama kalinya. Selanjutnya, kedatangan para pedagang-pedagang yang berasal dari Eropa juga sekaligus membawa pengaruh Agama Kristen ke Nusantara. Akan tetapi, Agama Islam lebih mendominasi.

“Masyarakat Sumatera Utara bangga bahwa penyebaran agama di seluruh Indonesia, mulai dari Barus, Tapanuli Tengah. Tugas kita bersama melestarikan budaya di Kota Tua Bersejarah, Barus ini,” sebutnya.

Gubsu menyebutkan, berdasarkan sejarah penyebaran agama di seluruh Indonesia, terutama Muslim, Nasrani, Hindu, Budha dari Tapanuli Tengah dan ada situs-situs yang membuktikan itu. “Untuk muslim ada situs tua Mahligai, situs Papan Tinggi yang menyebarkan Islam kira-kira abad ke 5 Masehi dari saudagar-saudagar Timur Tengah yang berlayar menuju Tapanuli Tengah,’’ ujar Erry yang sudah tiga kali mengunjungi makam-makam tua ini.

Khusus untuk JBMI, Gubsu Erry mengingatkan, sebagai ormas Batak Muslim dimulai dari DPC-DPC, JBMI  ikut melestarikan adat budaya yang ada di daerahnya. Karena Sumut sebagai provinsi yang berbilang kaum miliki potensi dari segi adat budaya yang cukup banyak. “JBMI yang ada di kabupaten/Kota diharapkan dapat mendorong pelestarian adat budaya dan situs sejarah yang ada di daerahnya, tentunya untuk Sumatera Utara yang lebih maju dan paten,” ucapnya.

Dia juga mengatakan, Kota Barus atau dikenal juga dengan nama Fansur, dulunya pada abad 1 – 17 M adalah merupakan kota Emporium dan pusat peradaban, hal ini menjadikan kota Barus menjadi kota tertua di Indonesia. Pelayar-pelayar terkenal seperti Marcopollo pernah mendarat di kota ini. Pedagang-pedagang dari Persia dan bahkan dari seluruh penjuru Dunia juga berdatangan ke kota ini dimasa-masa kejayaannya.

Dulunya, sebutnya aktivitas di kota ini lebih banyak berdagang, komoditi yang paling dominan adalah rempah-rempah. Salah satu komoditi paling dicari dicaman itu. Adapun barang dagangan dibawa turun dari gunung oleh para penduduk lokal untuk dijual ke para pedagang yang berasal dari luar negeri.

Salah satu komoditi paling terkenal dari kota ini hingga saat ini adalah kapur barus, bahkan dalam sebuah penelitian disebutkan, mayat seorang Raja Firaun diawetkan dengan menggunakan bahan rempah-rempah bernama kapur barus yang berasal dari kota Barus. Kedatangan para pedagang-pedagang yang berasal dari Persia, juga sekaligus membawa pengaruh Agama Islam masuk ke Nusantara untuk pertama kalinya. Selanjutnya, kedatangan para pedagang-pedagang yang berasal dari Eropa juga sekaligus membawa pengaruh Agama Kristen ke Nusantara. Akan tetapi, Agama Islam lebih mendominasi.

“Masyarakat Sumatera Utara bangga bahwa penyebaran agama di seluruh Indonesia, mulai dari Barus, Tapanuli Tengah. Tugas kita bersama melestarikan budaya di Kota Tua Bersejarah, Barus ini,” sebutnya.

Gubsu menyebutkan, berdasarkan sejarah penyebaran agama di seluruh Indonesia, terutama Muslim, Nasrani, Hindu, Budha dari Tapanuli Tengah dan ada situs-situs yang membuktikan itu. “Untuk muslim ada situs tua Mahligai, situs Papan Tinggi yang menyebarkan Islam kira-kira abad ke 5 Masehi dari saudagar-saudagar Timur Tengah yang berlayar menuju Tapanuli Tengah,’’ ujar Erry yang sudah tiga kali mengunjungi makam-makam tua ini.

Khusus untuk JBMI, Gubsu Erry mengingatkan, sebagai ormas Batak Muslim dimulai dari DPC-DPC, JBMI  ikut melestarikan adat budaya yang ada di daerahnya. Karena Sumut sebagai provinsi yang berbilang kaum miliki potensi dari segi adat budaya yang cukup banyak. “JBMI yang ada di kabupaten/Kota diharapkan dapat mendorong pelestarian adat budaya dan situs sejarah yang ada di daerahnya, tentunya untuk Sumatera Utara yang lebih maju dan paten,” ucapnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/