MEDAN, SUMUTPOS.CO – Keresahan warga Medan terkait beras plastik yang beredar di pasaran, belum terjawab pasti. Pasalnya, diagnosa terhadap Bunga Sinda (10), warga Jl. Setia Budi Gg Family, Kel. Tanjung Rejo, yang mengaku sakit karena diduga mengonsumsi beras plastik, belum selesai uji laboratorium.
Ditambah lagi, diagnosa dokter atas penyebab pembengkakan lambungnya, belum bisa dipastikan pemicunya. Hingga Minggu (24/5) sore, Bunga masih dirawat di RSU Sari Mutiara Medan. Dijelaskan dr. Tuahman Franciscus Purba, Mkes SpAn yang memeriksa Bunga, “Pemeriksaan sudah kita lakukan. Memang korban mengalami pembengkakan (luka) di bagian lambungnya, juga muntah-muntah,” jelasnya.
“Keterangan yang korban, dia mengalami perih di bagian perutnya. Namun untuk saat ini kita belum bisa memastikan kebenaran sakit yang dialami korban akibat mengonsumsi beras plastik. Namun ada laporan dari keluarga korban, bahwa korban muntah-muntah dan merasakan perih di perutnya setelah mengonsumsi beras yang diduga campuran plastik,” jelas dokter spesialis Anesthesiologi ini.
“Kalau memang korban mengalami pembengkakan dilambung akibat mengkonsumsi beras pelastik, kita tidak sulit untuk mengetahuinya. Dari kotoran korban setelah BAB nanti akan kelihatan. Plastik itu tidak akan bisa dicerna, plastik yang kita makan maka plastik juga yang akan keluar,” jelas dr Tuahman saat disambangi wartawan diruang rawat Stella 305 tempat korban dirawat.
“Hasilnya bisa kita ketahui setelah korban BAB nanti, nanti kita kordinasikan lagi ke rekan media kalau korban sudah BAB dan menguji kotoran korban untuk mendapatkan kepastian isu beredarnya beras plastik tersebut,” tuturnya.
Sementara, Bunga masih terbaring lemah. Suriani (38), ibu kandungnya, mengaku masih bimbang atas kepastian kebenaran beras plastik yang dikonsumsi oleh keluarganya.
“Aku masih bingung bang, apakah benar beras itu adalah campuran beras pelastik. Yang membuat aku curiga selama seminggu kami mengkonsumsi beras yang dibeli anakku Deby di Jl. Mawar, Pajak Pagi Setia Budi, membuat kami semua mengalami mencret. Aku dan keempat anakku mengalami sakit yang sama. Tapi yang lebih parah anak ketigaku ini. Dia muntah-muntah, perih di perutnya dan mengalami pembengkakan di lambung,” ungkapnya.
Bunga sendiri mengaku masih merasa perih. “Masih mual dan perih perutku Om, semalam aku baru dibawa ke sini. Aku mau ujian di sekolah untuk naik-naikan kelas Om, aku ga bisa sekolah kalau sakit Om,” kata Bunga dengan nada lemah. “Aku mau sekolah besok Om, aku ujian mau naik kelas VI, ” katanya di depan beberapa wartawan dan orang tuanya.
Suriani juga merasa bingung. Sebab perawatan anaknya tanpa BPJS. “Aku takut gak sanggup bayar Bang. Dari mana aku ambil uang, kerjaku hanya pembantu rumah tangga di perumahan komplek Setia Budi, suami saya Syahril (40) belum pulang dari Jakarta. Dia di sana kerja buruh untuk biaya hidup sama anak-anak kami yang masih sekolah semuanya,” ungkapnya, berharap bantuan dari dermawan atau pemerintah.
“Sama siapa saya mengadu Bang, kami keluarga susah. Untuk makan kami juga pas-pasan Bang. Beras yang kami beli itupun lantaran lebih murah dari beras yang biasa, 1 sak 10 kg seharga Rp. 95 ribu bang,” ungkapnya lagi.
Terpisah, Kanit Reskrim Polsek Sunggal, Iptu Oscar mengaku masih belum menerima hasil uji laboratorium yang dikirim Sabtu (23/5). “Kita belum bisa memberikan komentar, hasilnya nanti kita tunggu saja setelah keluar hasil uji lab,” kata Oscar singkat.(mri/trg)