25 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Bom Bunuh Diri di Kampung Melayu, Siapa Pelakunya

Foto: HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS
Warga berkerumun di lokasi ledakan di terminal Kampung Melayu, Jakarta, Rabu (24/5/2017) malam.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dua ledakan bom bunuh diri terjadi di Halte Transjakarta Terminal Bus Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5) malam.

Pakar politik Islam, gerakan radikalisme, dan terorisme Noorhaidi Hasan menjelaskan, banyak kemungkinan yang melatarbelakangi bom di Kampung Melayu tadi malam.

Secara komprehensif, analisis dapat dilakukan apabila data dan fakta di lapangan sudah diungkap.

Namun, bukan tidak mungkin sedikit celah akibat kondisi politik dalam negeri dimanfaatkan dalang di balik aksi tersebut.

’’Keributan atau konflik antarelite yang ramai itu memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok radikal untuk mengintensifkan aksinya,’’ jelasnya kepada Jawa Pos tadi malam.

Menurut Noorhaidi, kondisi politik dalam negeri saat ini cukup menguras konsentrasi. Baik pemerintah maupun masyarakat.

Secara teoretis, kata dia, hal itu bisa saja membuka ruang bagi sel atau jaringan teroris di Indonesia untuk melancarkan aksi.

’’Karena dia melihat orang lengah. Semua terfokus energinya ke HTI, khilafah, atau yang lain. Lalu, bisa saja kan aparat lengah,’’ ujarnya

Berdasar pengamatannya, saat ini pola serangan teroris di Indonesia sudah tidak melulu terstruktur. Banyak gerakan yang dilakukan sendiri.

Apalagi kelompok teroris yang berafiliasi dengan Al Qaeda. ’’Sudah tidak ada pimpinannya,’’ katanya.

Foto: HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS
Warga berkerumun di lokasi ledakan di terminal Kampung Melayu, Jakarta, Rabu (24/5/2017) malam.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dua ledakan bom bunuh diri terjadi di Halte Transjakarta Terminal Bus Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5) malam.

Pakar politik Islam, gerakan radikalisme, dan terorisme Noorhaidi Hasan menjelaskan, banyak kemungkinan yang melatarbelakangi bom di Kampung Melayu tadi malam.

Secara komprehensif, analisis dapat dilakukan apabila data dan fakta di lapangan sudah diungkap.

Namun, bukan tidak mungkin sedikit celah akibat kondisi politik dalam negeri dimanfaatkan dalang di balik aksi tersebut.

’’Keributan atau konflik antarelite yang ramai itu memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok radikal untuk mengintensifkan aksinya,’’ jelasnya kepada Jawa Pos tadi malam.

Menurut Noorhaidi, kondisi politik dalam negeri saat ini cukup menguras konsentrasi. Baik pemerintah maupun masyarakat.

Secara teoretis, kata dia, hal itu bisa saja membuka ruang bagi sel atau jaringan teroris di Indonesia untuk melancarkan aksi.

’’Karena dia melihat orang lengah. Semua terfokus energinya ke HTI, khilafah, atau yang lain. Lalu, bisa saja kan aparat lengah,’’ ujarnya

Berdasar pengamatannya, saat ini pola serangan teroris di Indonesia sudah tidak melulu terstruktur. Banyak gerakan yang dilakukan sendiri.

Apalagi kelompok teroris yang berafiliasi dengan Al Qaeda. ’’Sudah tidak ada pimpinannya,’’ katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/