26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Sehari Tangani 5 sampai 6 Pasien

Foto: Anita Sinuhaji/Sumut Pos Dr Edison SpKN MKes menunjukkan peralatan yang digunakan untuk penanganan pasien yang dikonsul dari dokter spesialis ke Kedokteran Kesehatan Nuklir.
Foto: Anita Sinuhaji/Sumut Pos
Dr Edison SpKN MKes menunjukkan peralatan yang digunakan untuk penanganan pasien yang dikonsul dari dokter spesialis ke Kedokteran Kesehatan Nuklir.

Anita Sinuhaji-Medan

 

Saat disapa, dia menuturkan setelah tamat S1 kemudian menempuh S-2 di Universitas Padjajaran Jurusan Kedokteran Kesehatan Nuklir. Jurusan nuklir memang sangat jarang dan langka karena itu dia memilih jurusan teraebut.

“Tak banyak orang yang memilih jurusan nuklir ini. Sehingga itu yang membuat saya tertarik memilihnya. Biasanya, orang lebih tertarik memilih spesialis obgyn, jantung, maupun bedah,” kata Edison pria berkulit putih kelahiran 17 November 1970, kemarin.

Karena sedikit yang memilih bidang ini, tidak salah jika di Indonesia saja, hanya 30 dokter tercatat memilih jurusan serupa. Dan ayah tiga anak ini menjadi satu-satunya dokter di Sumatera yang memilih jurusan yang terdengar ‘wah’ tersebut.

Dalam penerapannya, peralatan yang digunakan untuk memeriksa pasien tidak hanya canggih dan mahal. RSUP H Adam Malik pun menjadi satu-satunya rumah sakit yang memiliki instalasi Kedokteran Kesehatan Nuklir. Belum lagi pengurusan perizinan nuklirnya lumayan ribet (repot). Harus diurus melalui Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) setiap tahunnya guna memenuhi standar proteksi radiasi.

“Oleh karena itu, tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas kesehatan nuklir,” sebutnya.

Instalasi Kedokteran Kesehatan Nuklir yang dalam aplikasinya menggunakan alat canggih itu, digunakan untuk pemeriksaan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, ginjal, sidik perpusi, sidik tulang, pemeriksaan GFR dan renogram, sidik kelenjar gondok, pemeriksaan dakriosistografi, dan lainnya.

“Yang terbaru dari bidang nuklir untuk kesehatan ini, yakni, pemeriksaan kanker untuk deteksi awal dan penanganan selanjutnya,” tuturnya.

Sejauh ini sudah banyak masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan nuklir ini. Apalagi sejak diberlakukannya BPJS Kesehatan. “Yang paling banyak yang menggunakan pelayanan nuklir ini adalah pasien kanker payudara, gondok,” katanya seraya menyebutkan untuk satu hari pasien yang ditangani bisa 5 hingga 6 orang.

Dalam menangani pasien menggunakan alat tersebut, Edison mengaku pernah tidak menemukan penyakit si pasien. Hal ini dikarenakan diagnosa dokter spesialis yang menangani pasien, tidak tepat. “Jika diagnosanya tepat dari dokter spesialisnya, hasil penyakit pasiennya pasti ketemu, jika diagnosanya tidak tepat ya tidak bisa ditemukan,” bebernya seraya menyebutkan Instalasi Kedokteran Kesehatan Nuklir RSUP H Adam Malik Medan itu dibuka sejak tahun 2013.

Sampai saat ini, masih banyak dokter yang tidak merekomendasikan pasien melalui pemeriksaan kedokteran kesehatan nuklir. Karena masih banyak di antaranya yang tidak tau. Selain itu ada juga yang khawatir mendengar kata nuklir. Termasuk khawatir dampak radioaktif terhadap pasien.

Secara teknis untuk menangani pasien, pasien ditangani oleh dokter spesialis. Lalu, pasien dikonsul ke kedokteran kesehatan nuklir. “Kita lihat permintaan pemeriksaan dari dokter lain yang menangan si pasien itu. Jika memang harus diperiksa melalui instalasi ini, pasien akan disuntik radioaktif.

Selanjutnya difoto dengan gamma camera untuk mendiagnosa sakit si pasien,” jelasnya sembari menyebutkan pengunaan radioaktif dilakukan dengan dua cara, yakni suntik atau minum obat.

Peranan nuklir ini hanyalah sebagai deteksi awal. Penanganan selanjutnya, ya pasiennya mau diapain. Karena kelebihan dari pelayanan ini dapat melihat fungsi organ yang akan diperiksa. Contoh, untuk pasien jantung, yakni, kita ingin melihat otot jantung mana yang sedang bermasalah. Dari situ akan diketahui, pembuluh darah mana yang sudah tersumbat. “Dari sini jadi bisa diketahui bagaimana cara penanganannya oleh dokter ahli jantung atau dokter ahli bedah jantungnya,” cetusnya.

Contoh lainnya, pasien yang mengalami sakit ginjal, sering dirujuk ke dokter urologi, lalu diperiksa apakah bisa operasi apa tidak. Melalui Kedokteran Kesehatan Nuklir ini dapat dilihat apakah memang wajib dioperasi atau hanya sekadar cuci darah saja. Lalu dapat dilihat juga apakah fungsi kedua ginjal pasiennya masih bagus atau sudah rusak. Di mana persisnya ginjal yang sudah rusak itu.

Demikian juga dengan pasien paru. Melalui pelayanan ini dapat mendeteksi kanker yang sudah menyebar atau belum. Kalau belum, paling tinggal menentukan cara pengobatan selanjutnya. Dengan alat itu, kita bisa melihat ventilasi perpusi yang ada di paru pasien. Ventilasi perpusi ini artinya, aliran darah ke paru dan aliran udara ke paru. Bisa saja aliran darah bagus, namun aliran udaranya tersumbat. Bisa jadi keduanya.

“Ini berperan jika operasi paru. Karena kita tau berapa persen fungsi paru yang masih baik dan jadi tau pula bagaimana penanganan yang akan dilakukan,” ucapnya seraya menyebutkan jumlah pasien yang ditangani sejak 2013 hingga kini masih 287 pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis. (rbb)

Foto: Anita Sinuhaji/Sumut Pos Dr Edison SpKN MKes menunjukkan peralatan yang digunakan untuk penanganan pasien yang dikonsul dari dokter spesialis ke Kedokteran Kesehatan Nuklir.
Foto: Anita Sinuhaji/Sumut Pos
Dr Edison SpKN MKes menunjukkan peralatan yang digunakan untuk penanganan pasien yang dikonsul dari dokter spesialis ke Kedokteran Kesehatan Nuklir.

Anita Sinuhaji-Medan

 

Saat disapa, dia menuturkan setelah tamat S1 kemudian menempuh S-2 di Universitas Padjajaran Jurusan Kedokteran Kesehatan Nuklir. Jurusan nuklir memang sangat jarang dan langka karena itu dia memilih jurusan teraebut.

“Tak banyak orang yang memilih jurusan nuklir ini. Sehingga itu yang membuat saya tertarik memilihnya. Biasanya, orang lebih tertarik memilih spesialis obgyn, jantung, maupun bedah,” kata Edison pria berkulit putih kelahiran 17 November 1970, kemarin.

Karena sedikit yang memilih bidang ini, tidak salah jika di Indonesia saja, hanya 30 dokter tercatat memilih jurusan serupa. Dan ayah tiga anak ini menjadi satu-satunya dokter di Sumatera yang memilih jurusan yang terdengar ‘wah’ tersebut.

Dalam penerapannya, peralatan yang digunakan untuk memeriksa pasien tidak hanya canggih dan mahal. RSUP H Adam Malik pun menjadi satu-satunya rumah sakit yang memiliki instalasi Kedokteran Kesehatan Nuklir. Belum lagi pengurusan perizinan nuklirnya lumayan ribet (repot). Harus diurus melalui Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) setiap tahunnya guna memenuhi standar proteksi radiasi.

“Oleh karena itu, tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas kesehatan nuklir,” sebutnya.

Instalasi Kedokteran Kesehatan Nuklir yang dalam aplikasinya menggunakan alat canggih itu, digunakan untuk pemeriksaan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, ginjal, sidik perpusi, sidik tulang, pemeriksaan GFR dan renogram, sidik kelenjar gondok, pemeriksaan dakriosistografi, dan lainnya.

“Yang terbaru dari bidang nuklir untuk kesehatan ini, yakni, pemeriksaan kanker untuk deteksi awal dan penanganan selanjutnya,” tuturnya.

Sejauh ini sudah banyak masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan nuklir ini. Apalagi sejak diberlakukannya BPJS Kesehatan. “Yang paling banyak yang menggunakan pelayanan nuklir ini adalah pasien kanker payudara, gondok,” katanya seraya menyebutkan untuk satu hari pasien yang ditangani bisa 5 hingga 6 orang.

Dalam menangani pasien menggunakan alat tersebut, Edison mengaku pernah tidak menemukan penyakit si pasien. Hal ini dikarenakan diagnosa dokter spesialis yang menangani pasien, tidak tepat. “Jika diagnosanya tepat dari dokter spesialisnya, hasil penyakit pasiennya pasti ketemu, jika diagnosanya tidak tepat ya tidak bisa ditemukan,” bebernya seraya menyebutkan Instalasi Kedokteran Kesehatan Nuklir RSUP H Adam Malik Medan itu dibuka sejak tahun 2013.

Sampai saat ini, masih banyak dokter yang tidak merekomendasikan pasien melalui pemeriksaan kedokteran kesehatan nuklir. Karena masih banyak di antaranya yang tidak tau. Selain itu ada juga yang khawatir mendengar kata nuklir. Termasuk khawatir dampak radioaktif terhadap pasien.

Secara teknis untuk menangani pasien, pasien ditangani oleh dokter spesialis. Lalu, pasien dikonsul ke kedokteran kesehatan nuklir. “Kita lihat permintaan pemeriksaan dari dokter lain yang menangan si pasien itu. Jika memang harus diperiksa melalui instalasi ini, pasien akan disuntik radioaktif.

Selanjutnya difoto dengan gamma camera untuk mendiagnosa sakit si pasien,” jelasnya sembari menyebutkan pengunaan radioaktif dilakukan dengan dua cara, yakni suntik atau minum obat.

Peranan nuklir ini hanyalah sebagai deteksi awal. Penanganan selanjutnya, ya pasiennya mau diapain. Karena kelebihan dari pelayanan ini dapat melihat fungsi organ yang akan diperiksa. Contoh, untuk pasien jantung, yakni, kita ingin melihat otot jantung mana yang sedang bermasalah. Dari situ akan diketahui, pembuluh darah mana yang sudah tersumbat. “Dari sini jadi bisa diketahui bagaimana cara penanganannya oleh dokter ahli jantung atau dokter ahli bedah jantungnya,” cetusnya.

Contoh lainnya, pasien yang mengalami sakit ginjal, sering dirujuk ke dokter urologi, lalu diperiksa apakah bisa operasi apa tidak. Melalui Kedokteran Kesehatan Nuklir ini dapat dilihat apakah memang wajib dioperasi atau hanya sekadar cuci darah saja. Lalu dapat dilihat juga apakah fungsi kedua ginjal pasiennya masih bagus atau sudah rusak. Di mana persisnya ginjal yang sudah rusak itu.

Demikian juga dengan pasien paru. Melalui pelayanan ini dapat mendeteksi kanker yang sudah menyebar atau belum. Kalau belum, paling tinggal menentukan cara pengobatan selanjutnya. Dengan alat itu, kita bisa melihat ventilasi perpusi yang ada di paru pasien. Ventilasi perpusi ini artinya, aliran darah ke paru dan aliran udara ke paru. Bisa saja aliran darah bagus, namun aliran udaranya tersumbat. Bisa jadi keduanya.

“Ini berperan jika operasi paru. Karena kita tau berapa persen fungsi paru yang masih baik dan jadi tau pula bagaimana penanganan yang akan dilakukan,” ucapnya seraya menyebutkan jumlah pasien yang ditangani sejak 2013 hingga kini masih 287 pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis. (rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/