30 C
Medan
Saturday, June 15, 2024

Kaget Lihat Perut Anak seperti Kaca

Foto: Rasyid/Sumut Pos Valentina Nadapdap (24) menunjukkan foto anak kelimanya yang lahir tanpa kelamin.
Foto: Rasyid/Sumut Pos
Valentina Nadapdap (24) menunjukkan foto anak kelimanya yang lahir tanpa kelamin.

Valentina Nadapdap (24) terus menangis setiap kali menyusui anaknya. Bagaimana tidak, anak kelimanya memiliki fisik yang tak normal. Sang bayi tak punya kelamin.  Kini, Valentina pun hanya bisa berharap bantuan agar anaknya bisa diobati. Maklum, sebagai perajin ulos, penghasilannya memang tidak seberapa.

Anita Sinuhaji, Medan

Tadi malam, ketika ditemui di RSUP Adam Malik, Valentina tampak ramah. Meski kesedihan dari roman wajahnya tak bisa hilang, sekilas senyum di bibirnya tetap muncul. “Kukasih namanya Hotmaria, biar dia tetap samaku,” kata Valentina kepada Sumut Pos, Selasa (25/2) malam.

Sejatinya, Valentina berharap anaknya itu berjenis kelamin perempuan. Namun apa daya, buah hati yang ia lahirkan 7 Februari 2014 lalu itu hingga tadi malam belum diketahui jenis kelaminnya. Bahkan, terdapat kelainan mulai dari daerah pusar sampai kelamin bayinya.

Bayi yang lahir sekitar pukul 3 sore pada tanggal 7 Februari itu, sesaat setelah dilahirkan Valentina buru-buru di bawa ke RSU Porsea oleh bidan yang menolongnya bersalin di rumahnya dia Sigaol Timur, Kabupaten Porsea. “Begitu aku melahirkan terdengar suara bidan yang menolongku panik. Sempat aku bertanya kenapa bayiku, namun bidan langsung membawanya pergi ke rumah sakit. Saat kutanya, jawabnya gak apa-apa,” ceritanya.

Anak kelimanya tersebut ternyata dibawa ke RSU Porsea, namun langsung dirujuk ke Balige yakni RS HKBP. Suaminya, Gonggong Butarbutar (34), dan sang anak sempat nginap satu malam di rumah sakit tersebut. “Ternyata baru satu malam di RS HKBP itu langsung dirujuk ke Adam Malik tanggal 9 Februari. Setelah seminggu akhirnya aku menyusul suamiku karena penasaran sakit apa anak ku ini. Di Adam Malik saat menyusui penasaran aku dengan perban di bagian perutnya, jadinya kubuka. Kagetnya aku liat perutnya putih seperti kaca, bahkan usus itupun keliatan. Lalu kulihat lagi ke bawah tak jelas bentuk apa kelaminnya, seperti kelamin wanita tetapi tak utuh. Ada bentuk lubang kecil di daerah pangkal pahanya yang sering keluar air. Agak ke bawah terdapat anus, namun seperti menyatu dan terlihat tersendat kalau mengeluarkan kotoran,” ungkapnya.

Sudah hampir 3 pekan ia bersama mertuanya, Tamauli br Hasibuan, di RSUP Adam Malik menunggu kepastian dokter penyakit apa yang dialami oleh bayinya. Valentina berkata bahwa dokter masih menduga-duga penyakit apa yang diderita oleh anaknya. “Waktu hamil aku gak ada masalah apa-apa. Makanya aku bingung, sedih kenapanya anakku ini. Kalau dilihat dia sehat, kuat menyusui. Tapi, dokter bilang akan dilakukan cek kromosom dengan biaya Rp2 juta. Dibilangnya juga akan dilakukan operasi sebanyak 3 kali. Bahkan bisa sampai 7 bulan di sini. Di situ aku bingung, masuk sini saja mengurus BPJS kelas III setelah 3 malam kami jadi pasien umum, biaya kami pun gak ada. Aku hanya pengrajin tenun ulos di kampung, suamiku petani,” ucapnya sembari meneteskan air mata.

Sesekali Valentina terlihat diam dan melamun. Ia mengatakan kepikiran dengan anak-anaknya juga yang berada di kampung, ditambah kabar dari dokter harus dilakukan pengoperasiannya berturut-turut tentu akan memakan biaya yang besar. “Hasil cek kromosom saja kata dokter akan diketahui sebulan lagi karena setelah hasil kromosom didapat akan di bawa ke Jakarta dan nantinya dikirim lagi ke Singapura. Jadi harus ditunggu lagi, sedangkan kami orang susah, tinggal di gubuk kecil di Sigaol Timur sana. Anak-anakku yang di kampung saja entah makan entah enggak. Ini lagi masuk musim kemarau, suamiku hanya pekerja di sawah itu,” sebutnya terbata-bata.

Saat ditanya bagaimana kondisi kesehatan buah hatinya, Valentina terlihat semangat dan tersenyum kecil saat mengatakan bayi terakhirnya tersebut dalam 2 jam sekali ia susui, seperti tidak dalam kondisi sakit. “Anakku semua laki-laki, yang paling besar sudah kelas 3 SD. Aku berharap yang terakhir ini anak perempuan. Tapi entah kenapa Tuhan berkehendak lain, mudah-mudahan dia tetap sama ku, seperti namanya Hotmaria.,” pungkasnya. (rbb)

Foto: Rasyid/Sumut Pos Valentina Nadapdap (24) menunjukkan foto anak kelimanya yang lahir tanpa kelamin.
Foto: Rasyid/Sumut Pos
Valentina Nadapdap (24) menunjukkan foto anak kelimanya yang lahir tanpa kelamin.

Valentina Nadapdap (24) terus menangis setiap kali menyusui anaknya. Bagaimana tidak, anak kelimanya memiliki fisik yang tak normal. Sang bayi tak punya kelamin.  Kini, Valentina pun hanya bisa berharap bantuan agar anaknya bisa diobati. Maklum, sebagai perajin ulos, penghasilannya memang tidak seberapa.

Anita Sinuhaji, Medan

Tadi malam, ketika ditemui di RSUP Adam Malik, Valentina tampak ramah. Meski kesedihan dari roman wajahnya tak bisa hilang, sekilas senyum di bibirnya tetap muncul. “Kukasih namanya Hotmaria, biar dia tetap samaku,” kata Valentina kepada Sumut Pos, Selasa (25/2) malam.

Sejatinya, Valentina berharap anaknya itu berjenis kelamin perempuan. Namun apa daya, buah hati yang ia lahirkan 7 Februari 2014 lalu itu hingga tadi malam belum diketahui jenis kelaminnya. Bahkan, terdapat kelainan mulai dari daerah pusar sampai kelamin bayinya.

Bayi yang lahir sekitar pukul 3 sore pada tanggal 7 Februari itu, sesaat setelah dilahirkan Valentina buru-buru di bawa ke RSU Porsea oleh bidan yang menolongnya bersalin di rumahnya dia Sigaol Timur, Kabupaten Porsea. “Begitu aku melahirkan terdengar suara bidan yang menolongku panik. Sempat aku bertanya kenapa bayiku, namun bidan langsung membawanya pergi ke rumah sakit. Saat kutanya, jawabnya gak apa-apa,” ceritanya.

Anak kelimanya tersebut ternyata dibawa ke RSU Porsea, namun langsung dirujuk ke Balige yakni RS HKBP. Suaminya, Gonggong Butarbutar (34), dan sang anak sempat nginap satu malam di rumah sakit tersebut. “Ternyata baru satu malam di RS HKBP itu langsung dirujuk ke Adam Malik tanggal 9 Februari. Setelah seminggu akhirnya aku menyusul suamiku karena penasaran sakit apa anak ku ini. Di Adam Malik saat menyusui penasaran aku dengan perban di bagian perutnya, jadinya kubuka. Kagetnya aku liat perutnya putih seperti kaca, bahkan usus itupun keliatan. Lalu kulihat lagi ke bawah tak jelas bentuk apa kelaminnya, seperti kelamin wanita tetapi tak utuh. Ada bentuk lubang kecil di daerah pangkal pahanya yang sering keluar air. Agak ke bawah terdapat anus, namun seperti menyatu dan terlihat tersendat kalau mengeluarkan kotoran,” ungkapnya.

Sudah hampir 3 pekan ia bersama mertuanya, Tamauli br Hasibuan, di RSUP Adam Malik menunggu kepastian dokter penyakit apa yang dialami oleh bayinya. Valentina berkata bahwa dokter masih menduga-duga penyakit apa yang diderita oleh anaknya. “Waktu hamil aku gak ada masalah apa-apa. Makanya aku bingung, sedih kenapanya anakku ini. Kalau dilihat dia sehat, kuat menyusui. Tapi, dokter bilang akan dilakukan cek kromosom dengan biaya Rp2 juta. Dibilangnya juga akan dilakukan operasi sebanyak 3 kali. Bahkan bisa sampai 7 bulan di sini. Di situ aku bingung, masuk sini saja mengurus BPJS kelas III setelah 3 malam kami jadi pasien umum, biaya kami pun gak ada. Aku hanya pengrajin tenun ulos di kampung, suamiku petani,” ucapnya sembari meneteskan air mata.

Sesekali Valentina terlihat diam dan melamun. Ia mengatakan kepikiran dengan anak-anaknya juga yang berada di kampung, ditambah kabar dari dokter harus dilakukan pengoperasiannya berturut-turut tentu akan memakan biaya yang besar. “Hasil cek kromosom saja kata dokter akan diketahui sebulan lagi karena setelah hasil kromosom didapat akan di bawa ke Jakarta dan nantinya dikirim lagi ke Singapura. Jadi harus ditunggu lagi, sedangkan kami orang susah, tinggal di gubuk kecil di Sigaol Timur sana. Anak-anakku yang di kampung saja entah makan entah enggak. Ini lagi masuk musim kemarau, suamiku hanya pekerja di sawah itu,” sebutnya terbata-bata.

Saat ditanya bagaimana kondisi kesehatan buah hatinya, Valentina terlihat semangat dan tersenyum kecil saat mengatakan bayi terakhirnya tersebut dalam 2 jam sekali ia susui, seperti tidak dalam kondisi sakit. “Anakku semua laki-laki, yang paling besar sudah kelas 3 SD. Aku berharap yang terakhir ini anak perempuan. Tapi entah kenapa Tuhan berkehendak lain, mudah-mudahan dia tetap sama ku, seperti namanya Hotmaria.,” pungkasnya. (rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/