BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Peristiwa tenggelam dan hilangnya 9 awak kapal kargo Kumala Endah membuat Qomiatul (26) syok berat. Pasalnya, 1 dari 9 korban yang hilang adalah abang kandungnya. “Mat Muhtarudin itu abang kandungku. Dia warga Jombang Jawa Timur,” lirih Qomiatul saat ditemui kru koran ini posko bantuan di Pelabuhan Ujung Baru Belawan, Rabu (25/3) sore.
Dengan mata berkaca-kaca, wanita berkerudung merah itu berharap abangnya selamat. “Anak abang saya ini dua orang, masing kecil-kecil, paling besar baru TK,” katanya.
Dikisahkan Qumiatul, sehari sebelum kapal naas itu tenggelam, ia sempat menemui Mat di terminal Pelabuhan Belawan yang baru. Saat itu, korban tak ada menunjukkan tanda-tanda aneh. Mat hanya menayakan kabar dirinya selama tinggal di Medan.
“Abang saya tidak menunjukan tanda-tanda yang aneh, cuma dirinya sempat berpesan agar saya menjaga kesehatan dan jaga diri selama tinggal di Medan,” kenang Qomiatul yang mengaku baru dua bulan tinggal di Medan.
Peristiwa yang menimpa anak bungsu dari enam bersaudara itu baru diketahui Qomiatul, Rabu ( 25/3) sekira pukul 01.30 WIB. “Korban sudah tiga tahun jadi awak kapal. Kejadian ini belum diketahui sama istrinya, Nursahdiah. Makanya saya sangat berharap semoga abang ditemukan dalam keadaan selamat. Kasihan anak dan istrinya di Jombang,” tandasnya. (cr-2/deo)
BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Peristiwa tenggelam dan hilangnya 9 awak kapal kargo Kumala Endah membuat Qomiatul (26) syok berat. Pasalnya, 1 dari 9 korban yang hilang adalah abang kandungnya. “Mat Muhtarudin itu abang kandungku. Dia warga Jombang Jawa Timur,” lirih Qomiatul saat ditemui kru koran ini posko bantuan di Pelabuhan Ujung Baru Belawan, Rabu (25/3) sore.
Dengan mata berkaca-kaca, wanita berkerudung merah itu berharap abangnya selamat. “Anak abang saya ini dua orang, masing kecil-kecil, paling besar baru TK,” katanya.
Dikisahkan Qumiatul, sehari sebelum kapal naas itu tenggelam, ia sempat menemui Mat di terminal Pelabuhan Belawan yang baru. Saat itu, korban tak ada menunjukkan tanda-tanda aneh. Mat hanya menayakan kabar dirinya selama tinggal di Medan.
“Abang saya tidak menunjukan tanda-tanda yang aneh, cuma dirinya sempat berpesan agar saya menjaga kesehatan dan jaga diri selama tinggal di Medan,” kenang Qomiatul yang mengaku baru dua bulan tinggal di Medan.
Peristiwa yang menimpa anak bungsu dari enam bersaudara itu baru diketahui Qomiatul, Rabu ( 25/3) sekira pukul 01.30 WIB. “Korban sudah tiga tahun jadi awak kapal. Kejadian ini belum diketahui sama istrinya, Nursahdiah. Makanya saya sangat berharap semoga abang ditemukan dalam keadaan selamat. Kasihan anak dan istrinya di Jombang,” tandasnya. (cr-2/deo)