Angga, bocah 8 tahun yang masih memiliki kedua orangtua, kakak, serta sanak keluarga, harus menerima kenyataan pahit kalau dirinya dibuang oleh mereka (keluarganya) karena ia menderita penyakit.
Puput Julianti Damanik, Medan
Beruntung, ada keluarga seorang pedagang sayur menaruh kasihan kepadanya hingga akhirnya Angga ditolong dan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatannya.
Di atas tempat tidurnya, bed 12 A, Lantai 3, Kelas 3A Rumah Sakit Umum Murni Teguh di Jalan Jawa, Angga, bocah berusia 8 tahun terlihat menikmati tidurnya. Sesekali ia tersentak, lalu tidur lagi, bahkan saat namanya dipanggil untuk dibanguni, ia tidak peduli. Barangkali ia sedang mimpi indah dan tidak mau diganggu. Wajahnya sangat tenang dalam tidur dengan kaki ditekuk.
Memang kakinya tidak bisa lurus karena penyakit yang ia diderita akibat jatuh dari tempat tidur saat ia berusia 4 tahun. Tubuhnya juga kurus. Baru semalam Angga mendapat perawatan di rumah sakit itu, tepatnya Rabu malam (24/4), kemarin.
Angga memang kurang beruntung dibandingkan teman-teman sebayanya. Di usianya yang masih sangat belia, ia harus menanggung beban hidup seorang diri. Kedua orang tuanya tak diketahui keberadaannya. Parahnya lagi dia dibuang dalam keadaan sakit oleh keluarganya. Selama dua tahun pula Angga berada di jalanan dengan menumpang tidur di teras-teras rumah orang.
Beruntung, Angga ditolong oleh Eli, pedagang sayuran Pusat Pasar Medan. Awalnya, sebelum dipungut keluarga Eli, tiap malam Angga harus mengendap, masuk ke teras rumah Eli yang sangat sederhana di Jalan Pala, Perumnas Simalingkar. Di salah sudut teras rumah Eli itulah Angga menumpang tidur.
“Mulanya kupikir siapa yang tidur di teras rumahku, rupanya dia (Angga,Red) yang tidur. Badannya bungkuk, mukanya memelas kali pucat. Badannya kedingin. Awalnya saya curiga kalau Angga seorang pencuri. Apalagi saat itu banyak kasus kemalingan. Namun karena lihat kondisi fisiknya, akhirnya kami mengajak Angga untuk tinggal di rumah,” ujar Eli yang ditemani tetangganya, Sifa.
Dikatakannya, berdasarkan cerita Angga, sewaktu bayi Angga pernah terjatuh dari tempat tidur. Akibatnya Angga mengalami patah tulang belakang. Karena alasan tak memiliki biaya Angga tak diobati oleh orangtuanya. Bahkan setelah beberapa bulan kejadian tersebut, tepat di usianya yang 5 tahun, kedua orang tuanya meninggalkannya. “Katanya mamak dan bapaknya bercerai. Jadi anak dibagi dua, yang perempuan ikut ibunya sedangkan si Angga sama bapaknya. Tapi akhirnya bapak Angga juga meninggalkannya. Sudah tiga tahun lebihlah dia diterlantarkan hingga kahirnya kami angkat menjadi anak angkat,” terangnya.
Angga memang sudah lima bulan tinggal dengannya. Selama tinggal bersamanya, Angga begitu baik dan santun. Bahkan dalam keterbatasan fisiknya, Angga mau menolongnya mencuci piring, bahkan mengantar anaknya yang masih TK ke sekolah. “Meskipun jalannya bungkuk, Angga tetap mau bantu kita di rumah, anaknya baik. Kasihan orangtuanya tidak peduli,” katanya.
Ya, Angga mengalami kebocoran sumsum tulang belakang yang kemungkinan akibat jatuh dari tempat tidur sewaktu bayi. Eli baru mengetahui penyakit itu saat Angga meringis kesakitan pada pinggul bagian kiri. Ketika dicek, ternyata ada luka menyerupai kudis berwarna putih di bagian pinggul, luka itu mengeluarkan banyak cairan sehingga celana Angga kerap basah.
“Kupikir Angga ngompol, tapi ternyata nggak. Ada luka nanah di pinggulnya. Dia memang tidak menangis, mengeluh pun tidak. Sabar sekalilah anaknya, rasanya tak tega lihat penderitaannya,” ujar Eli dengan air mata berlinang.
Karena kasihan, Eli pernah mengajak Angga ke rumah sakit. Dokter bilang penyakit di pinggul Angga bukan luka biasa, tapi disebabkan tulang sumsumnya yang bocor. “Tulang belakangnya patah, jadi sumsum tulang atasnya terus turun menembus daging hingga pinggul. Makanya harus segera diobati dengan cara dioperasi. Kalau cuma diobati pakai salep saja, tak akan bisa sembuh,” kata Eli.
Eli mengaku, dirinya sangat sayang dengan Angga. Hanya saja dia tak punya uang cukup buat mengobati penyakit Angga. “Dia kan harus dioperasi, biayanya besar. Saya tak punya uang,” kata Eli sedih.
Hingga akhirnya, Eli sangat bersyukur karena ada pihak yang akan membawa Angga berobat ke luar negeri. Adalah Rotary Club yang membantu perobatannya. “Kita dapat informasi anak ini dari seorang wartawan. Kemarin kita bawa ke RS Columbia untuk melihat keadaannya. Tapi setelah disana langsung dirujuk ke RS Murni Teguh,” ujar sekretaris Rotary Club, Medan Deli, Rotarian Henry yang mengunjungi Angga, Kamis (25/4).
Menurutnya, Angga tidak bisa berjalan tegak. Menurut info yang didapat, penyakit Angga akibat jatuh dari tempat tidur dan mengakibatkan patah tulang. Tapi karena tidak diobati, di pinggang dan di bagian bokongnya terjadi infeksi. “Di bokong sama pinggangnya itu sudah banyak nanah, makanya ia gak bisa jalan tegak, jadi jalannya itu bongkok. Kasian sekali, apalagi gak ada keluarganya,” katanya.
Kata dia, Angga hanya mampu berdiri dengan meletakan kedua tangan di bagian lutut tersebut. Saat ini sedang mendapatkan perawatan itensif dan direncanakan akan dibawa ke RS di Taiwan yang dianggap mampu mengobati penyakit Angga.
“Angga diyakni sudah terkena TB tulang. Kondisinya sangat memprihatinkan. Mungkin akibat ia selalu terkena udara dingin pagi dan panas serta hujan sewaktu terlantar. Kita sedang mengurus paspornya karena memang di RS Taiwan yang mampu mengobai. Agak sulit memang, karena anak ini tidak punya surat-surat seperti akta kelahiran dan lainnya, tapi kita tetap akan mengusahakan,” ujarnya.
Menurutnya, kedua orangtua Angga masih hidup dan Angga memiliki seorang kakak. Namun sampai saat ini belum ada satupun yang datang mengunjungi Angga. “Angga ingat ayah dan ibunya, dia juga ingat kakaknya juga tempat mereka tinggal. Tapi kalau ia kesana, rumahnya itu sudah kosong, ayah dan ibunya gak tahu kemana. Saya tidak sampai hati melihatnya, makanya saya jenguk kemari,” ujarnya. (*)