30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Nelayan Tradisional Belawan Tak Pernah Merasakan Subsidi BBM

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak atau bbm sangat dirasakan masyarakat, dan penurunan harga ikan juga khususnya nelayan tradisional di Pesisir Belawan, tepatnya di Jalan Hiu Pajak Baru, Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan, Minggu (26/11).

Dengan naiknya harga BBM jenis Pertalite Rp10 ribu perliter, para nelayan harus mengeluarkan modal lebih besar ketika pergi melaut.

Banyak warga khususnya nelayan pesisir Belawan mengeluhkan tingginya modal ketika pergi melaut tidak sesuai dengan penghasilan yang diterima, terlebih ketika nelayan kesulitan mendapatkan ikan ditengah laut.

Meski ada peningkatan biaya ketika pergi melaut, namun para nelayan tidak serta merta menaikkan harga jual ikan karena jika harga dinaikkan daya beli masyarakat otomatis akan menurun.

Banyak para nelayan tidak melaut akibat cuaca buruk dan angin kencang, badai dan ombak di tengah lautan, dampak harga naiknya BBM yang membuat biaya operasional meningkat.

Salah seorang nelayan, Nasrul mengaku selama ini para nelayan hanya mengeluarkan Rp80 ribu untuk membeli BBM dan makanan ketika hendak pergi melaut, namun setelah kenaikan harga BBM, nelayan terpaksa mengeluarkan modal yang lebih besar yakni sekitar Rp.120 ribu sekali pergi melaut.

Tingginya modal melaut dikhawatirkan tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh para nelayan.

“Gak sebandinglah bang, modal untuk melaut sama hasil yang didapat,” ucapnya.(mag-1/azw)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak atau bbm sangat dirasakan masyarakat, dan penurunan harga ikan juga khususnya nelayan tradisional di Pesisir Belawan, tepatnya di Jalan Hiu Pajak Baru, Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan, Minggu (26/11).

Dengan naiknya harga BBM jenis Pertalite Rp10 ribu perliter, para nelayan harus mengeluarkan modal lebih besar ketika pergi melaut.

Banyak warga khususnya nelayan pesisir Belawan mengeluhkan tingginya modal ketika pergi melaut tidak sesuai dengan penghasilan yang diterima, terlebih ketika nelayan kesulitan mendapatkan ikan ditengah laut.

Meski ada peningkatan biaya ketika pergi melaut, namun para nelayan tidak serta merta menaikkan harga jual ikan karena jika harga dinaikkan daya beli masyarakat otomatis akan menurun.

Banyak para nelayan tidak melaut akibat cuaca buruk dan angin kencang, badai dan ombak di tengah lautan, dampak harga naiknya BBM yang membuat biaya operasional meningkat.

Salah seorang nelayan, Nasrul mengaku selama ini para nelayan hanya mengeluarkan Rp80 ribu untuk membeli BBM dan makanan ketika hendak pergi melaut, namun setelah kenaikan harga BBM, nelayan terpaksa mengeluarkan modal yang lebih besar yakni sekitar Rp.120 ribu sekali pergi melaut.

Tingginya modal melaut dikhawatirkan tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh para nelayan.

“Gak sebandinglah bang, modal untuk melaut sama hasil yang didapat,” ucapnya.(mag-1/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/