32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Citra Diserang Tumor hingga Lumpuh

Foto: Gatha/PM Citra, terbaring lemah di RSU Adam Malik Medan dan Citra saat masih sehat (inset).
Foto: Gatha/PM
Citra, terbaring lemah di RSU Adam Malik Medan dan Citra saat masih sehat (inset).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Di usianya yang masih sangat muda, Citra Ayu Hanisa (14) harus berjuang dengan kondisi tumor di dada kanannya yang terus membesar. Siswi SMP itu kini terbaring di RS Adam Malik Medan dengan kondisi separuh badannya lumpuh.

Bermula dari denyutan di dada kanan, remaja yang bermukim di Jalan Garu II B, Gang Makmur, No. 22 B, Kel. Harjosari I, Kec. Medan Amplas, pada Oktober 2012 lalu. Keluhan itu, oleh neneknya, Juriani (61) dikira hanya sekadar masuk angin biasa.

“Saat itu saya kira dia hanya masuk angin aja, makanya saya urut,” ucapnya.

Hari ke hari Citra selalu mengeluh, hingga akhirnya mengerang kesakitan. Hal itu membuat Juriati kalut. Pihak keluarga pun memutuskan membawa Citra ke RS Mitra Sejati yang berada di Jl. AH. Nasution untuk melakukan pemeriksaan. “Ternyata, hasil pemeriksaan di RS Mitra Sejati, menyebutkan adanya benjolan di paru-paru sebelah kanannya,” ungkap wanita 7 anak itu, didampingi ibu kandung Citra, Rosnawati, saat disambangi POSMETRO MEDAN di kediamannya, Rabu (26/3).

Sayang, pihak medis mengaku tak bisa mendeteksi penyakit apa yang diderita Citra. Pihaknya pun menyarankan untuk membawa pasien ke Rumah Sakit Adam Malik. “Makanya saya pun kemudian membawanya ke RS Adam Malik. Tapi, dari jam 09.00 sampai jam 02.00 Wib perawat di sana hanya mondar-mandir aja. Makanya saya bawa ke RS Colombia Asia. Dan di sana langsung ditangani,” ucapnya.

Dengan menggunakan alat yang ada di RS Columbia Asia di Jalan Listrik tersebut, diketahuilah kalau benjolan di paru-paru Citra sebesar 3,8 mili meter. “Tapi mereka nggak tau apa penyakitnya. Soalnya, kalau di usia Citra yang 12 tahun tersebut tidak akan terkena tumor ataupun kanker payudara. Soalnya, usia yang terkena tumor dan kanker tersebut usianya di atas 25 tahun. Itu kata dokter yang menanganinya di RS Glenegles,” ujar Juriani.

Kemudian, beber Juriani, dokter pun kemudian memberikan Citra obat TBC yang khusus diminum selama 1 bulan. Setelah obat tersebut habis, sang dokter pun kemudian menyuruh Juriani untuk mengecek hasilnya ke RS Colombia Asia. “Tapi hasilnya bukan TBC, dan mereka pun tidak mengetahuinya juga,” ucap sang nenek berlinang airmata.

Maka itu, pihak medis RS Colombia Asia pun berusaha mencari hasil penyakit yang diderita Citra dengan cara menyedot cairan di paru-paru Citra. “Tapi lagi-lagi mereka tidak bisa memastikannya. Dan menyarankan cairan itu dibawa ke laboratorium di Singapura,” ujarnya.

Setelah menunggu selama 15 hari, hasil cairan tersebut keluar. “Saat itu, hasilnya hanya menyebutkan adanya kelainan. Jadi kenapa ada benjolan,” ucapnya penuh tanda tanya.

Makanya itu, Juniari pun tidak melanjutkan pengobatan tersebut di RS Columbia Asia. Tapi, dirinya tetap mengambil resep dokter dan membeli obat tersebut di apotek. “Setelah itu kita nggak mengecek lagi. Saat itu kita hanya berobat jalan,” ucapnya.

Setelah 1 tahun dari RS Columbia Asia tersebut, barulah Citra merasa kebas pada kaki kanannya. “Saat itu dia masih sekolah. Pas baris, sebelah kanan badannya lemas. Dari situlah baru dia payah menggerakkan kaki kanannya,” kisah Juniari.

Dan seminggu setelah kaki kanannya tidak bisa digerakkan, baru nyusul lah kaki kirinya. “Kira-kira 3 hari kemudian, kitapun jadi bingung kenapa bisa kedua-duanya,” ungkapnya.

Namun, saat bingung tersebut dirinya melihat iklan di telivisi tentang Klinik Tong Hie yang berada di Jl. Gajahmada Medan. Lantaran saat iklan tersebut Klinik Tong Hie bisa mengobati segala macam penyakit, dirinya pun berencana membawa Citra berobat di klinik tersebut. “Makanya, kami membawa Citra berobat ke sana. Dan dokter di Klinik Tong Hie bilang Citra menderita tumor paru-paru,” terangnya.

Saat itu, beber Juriani, Klinik Tong Hie memastikan bisa menyembuhkan penyakit yang di derita Citra. “Dan mereka mengatakan biayanya mahal dan diambil dari luar negeri. Satu paketnya seharga Rp10 juta. Maka itu, kami pun kompromi sama keluarga. Soalnya, satu paketnya itu khusus 5 hari,” ucapnya.

Setelah dilakukannya kompromi secara kekeluargaan, Juriani pun berencana mengambil 2 paket. “Tapi, saat itu mereka menyarankan kami untuk ambil 3 paket. Dan biayanya pun dikorting menjadi dua puluh juta dua ratus lima puluh ribu rupiah,” ujarnya sembari mengatakan ada 3 ramuan yang diberikan.

Diceritakan Juriani, setelah meminum ramuan tersebut Citra pun tampak sehat lantaran gemuk. “Tapi kakinya tetap tidak bisa jalan. Makanya, 15 hari kemudian kamipun datang ke klinik itu lagi,” ucapnya.

Keberatan pun dilontarkan Juriani kepada Klinik Tong Hie. Tapi, saat itu Klinik Tong Hie memintanya untuk ambil 2 paket lagi dan meminta mereka sekeluarga untuk kompromi. “Saat itu, mereka bilang akan memberikan harga 2 paket tersebut Rp15 juta. Makanya kita gadaikan surat tanah ini. Supaya mendapat Rp15

juta,” ungkapnya.

Malang, sudah habis 2 paket tersebut penyakit yang diderita Citra pun tak kunjung sembuh. Maka itu, Juriani pun mengecek apa sebenarnya penyakit Citra ke RS Adam Malik. “Terkejut kami, setelah dicek rupanya benjolan yang tadinya 3,8 mili meter tersebut kini jadi 40,8 milimeter. Makanya kami datang ke sana,” ucapnya.

Lantaran geram, Juniari pun kemudian mengamuk di Klinik Tong Hie. Tapi, lagi-lagi Klinik Tong Hie menyarankan untuk mencari uang Rp5 juta lagi dan bilang akan mengasih obat terbaik. “Waktu itu saya bilang kalau duit kami habis. Tapi dia berkeras menyuruh kami untuk berembuk lagi. Ya saya bilang kalau uang Rp5 juta itu tidak sedikit. Dan saya pun tetap ribut di sana sedangkan dokternya ngumpet (sembunyi) yang ada di situ hanya penerjemahnya aja,” kenangnya sembari mengatakan kalau dia saat itu dirinya menangis.

Karena sudah tidak mempunyai uang lagi, Juniari pun bingung. “Sesampainya di rumah, ada tetangga yang minjamkan uang 3 juta. Makanya anak saya suruh yang mengantarkan uang itu ke sana. Dan mereka pun meraciknya selama 2 jam,” ucapnya.

Di lokasi terpisah, Kasubbag Humas RS Adam Malik Medan, M Saragih DCN MKes mengatakan kalau Citra dirawat di ruang THT. “Dia ditangani sama tim bedah torak,” ucapnya.

Kemudian, dirinya mengatakan saat ini Citra sedang transfusi darah. “Dari hasil pemeriksaan tahap pertama, dia mengidap tumor paru kanan. Dan saat ini kondisinya stabil,” pungkasnya.  (ind/bd)

Foto: Gatha/PM Citra, terbaring lemah di RSU Adam Malik Medan dan Citra saat masih sehat (inset).
Foto: Gatha/PM
Citra, terbaring lemah di RSU Adam Malik Medan dan Citra saat masih sehat (inset).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Di usianya yang masih sangat muda, Citra Ayu Hanisa (14) harus berjuang dengan kondisi tumor di dada kanannya yang terus membesar. Siswi SMP itu kini terbaring di RS Adam Malik Medan dengan kondisi separuh badannya lumpuh.

Bermula dari denyutan di dada kanan, remaja yang bermukim di Jalan Garu II B, Gang Makmur, No. 22 B, Kel. Harjosari I, Kec. Medan Amplas, pada Oktober 2012 lalu. Keluhan itu, oleh neneknya, Juriani (61) dikira hanya sekadar masuk angin biasa.

“Saat itu saya kira dia hanya masuk angin aja, makanya saya urut,” ucapnya.

Hari ke hari Citra selalu mengeluh, hingga akhirnya mengerang kesakitan. Hal itu membuat Juriati kalut. Pihak keluarga pun memutuskan membawa Citra ke RS Mitra Sejati yang berada di Jl. AH. Nasution untuk melakukan pemeriksaan. “Ternyata, hasil pemeriksaan di RS Mitra Sejati, menyebutkan adanya benjolan di paru-paru sebelah kanannya,” ungkap wanita 7 anak itu, didampingi ibu kandung Citra, Rosnawati, saat disambangi POSMETRO MEDAN di kediamannya, Rabu (26/3).

Sayang, pihak medis mengaku tak bisa mendeteksi penyakit apa yang diderita Citra. Pihaknya pun menyarankan untuk membawa pasien ke Rumah Sakit Adam Malik. “Makanya saya pun kemudian membawanya ke RS Adam Malik. Tapi, dari jam 09.00 sampai jam 02.00 Wib perawat di sana hanya mondar-mandir aja. Makanya saya bawa ke RS Colombia Asia. Dan di sana langsung ditangani,” ucapnya.

Dengan menggunakan alat yang ada di RS Columbia Asia di Jalan Listrik tersebut, diketahuilah kalau benjolan di paru-paru Citra sebesar 3,8 mili meter. “Tapi mereka nggak tau apa penyakitnya. Soalnya, kalau di usia Citra yang 12 tahun tersebut tidak akan terkena tumor ataupun kanker payudara. Soalnya, usia yang terkena tumor dan kanker tersebut usianya di atas 25 tahun. Itu kata dokter yang menanganinya di RS Glenegles,” ujar Juriani.

Kemudian, beber Juriani, dokter pun kemudian memberikan Citra obat TBC yang khusus diminum selama 1 bulan. Setelah obat tersebut habis, sang dokter pun kemudian menyuruh Juriani untuk mengecek hasilnya ke RS Colombia Asia. “Tapi hasilnya bukan TBC, dan mereka pun tidak mengetahuinya juga,” ucap sang nenek berlinang airmata.

Maka itu, pihak medis RS Colombia Asia pun berusaha mencari hasil penyakit yang diderita Citra dengan cara menyedot cairan di paru-paru Citra. “Tapi lagi-lagi mereka tidak bisa memastikannya. Dan menyarankan cairan itu dibawa ke laboratorium di Singapura,” ujarnya.

Setelah menunggu selama 15 hari, hasil cairan tersebut keluar. “Saat itu, hasilnya hanya menyebutkan adanya kelainan. Jadi kenapa ada benjolan,” ucapnya penuh tanda tanya.

Makanya itu, Juniari pun tidak melanjutkan pengobatan tersebut di RS Columbia Asia. Tapi, dirinya tetap mengambil resep dokter dan membeli obat tersebut di apotek. “Setelah itu kita nggak mengecek lagi. Saat itu kita hanya berobat jalan,” ucapnya.

Setelah 1 tahun dari RS Columbia Asia tersebut, barulah Citra merasa kebas pada kaki kanannya. “Saat itu dia masih sekolah. Pas baris, sebelah kanan badannya lemas. Dari situlah baru dia payah menggerakkan kaki kanannya,” kisah Juniari.

Dan seminggu setelah kaki kanannya tidak bisa digerakkan, baru nyusul lah kaki kirinya. “Kira-kira 3 hari kemudian, kitapun jadi bingung kenapa bisa kedua-duanya,” ungkapnya.

Namun, saat bingung tersebut dirinya melihat iklan di telivisi tentang Klinik Tong Hie yang berada di Jl. Gajahmada Medan. Lantaran saat iklan tersebut Klinik Tong Hie bisa mengobati segala macam penyakit, dirinya pun berencana membawa Citra berobat di klinik tersebut. “Makanya, kami membawa Citra berobat ke sana. Dan dokter di Klinik Tong Hie bilang Citra menderita tumor paru-paru,” terangnya.

Saat itu, beber Juriani, Klinik Tong Hie memastikan bisa menyembuhkan penyakit yang di derita Citra. “Dan mereka mengatakan biayanya mahal dan diambil dari luar negeri. Satu paketnya seharga Rp10 juta. Maka itu, kami pun kompromi sama keluarga. Soalnya, satu paketnya itu khusus 5 hari,” ucapnya.

Setelah dilakukannya kompromi secara kekeluargaan, Juriani pun berencana mengambil 2 paket. “Tapi, saat itu mereka menyarankan kami untuk ambil 3 paket. Dan biayanya pun dikorting menjadi dua puluh juta dua ratus lima puluh ribu rupiah,” ujarnya sembari mengatakan ada 3 ramuan yang diberikan.

Diceritakan Juriani, setelah meminum ramuan tersebut Citra pun tampak sehat lantaran gemuk. “Tapi kakinya tetap tidak bisa jalan. Makanya, 15 hari kemudian kamipun datang ke klinik itu lagi,” ucapnya.

Keberatan pun dilontarkan Juriani kepada Klinik Tong Hie. Tapi, saat itu Klinik Tong Hie memintanya untuk ambil 2 paket lagi dan meminta mereka sekeluarga untuk kompromi. “Saat itu, mereka bilang akan memberikan harga 2 paket tersebut Rp15 juta. Makanya kita gadaikan surat tanah ini. Supaya mendapat Rp15

juta,” ungkapnya.

Malang, sudah habis 2 paket tersebut penyakit yang diderita Citra pun tak kunjung sembuh. Maka itu, Juriani pun mengecek apa sebenarnya penyakit Citra ke RS Adam Malik. “Terkejut kami, setelah dicek rupanya benjolan yang tadinya 3,8 mili meter tersebut kini jadi 40,8 milimeter. Makanya kami datang ke sana,” ucapnya.

Lantaran geram, Juniari pun kemudian mengamuk di Klinik Tong Hie. Tapi, lagi-lagi Klinik Tong Hie menyarankan untuk mencari uang Rp5 juta lagi dan bilang akan mengasih obat terbaik. “Waktu itu saya bilang kalau duit kami habis. Tapi dia berkeras menyuruh kami untuk berembuk lagi. Ya saya bilang kalau uang Rp5 juta itu tidak sedikit. Dan saya pun tetap ribut di sana sedangkan dokternya ngumpet (sembunyi) yang ada di situ hanya penerjemahnya aja,” kenangnya sembari mengatakan kalau dia saat itu dirinya menangis.

Karena sudah tidak mempunyai uang lagi, Juniari pun bingung. “Sesampainya di rumah, ada tetangga yang minjamkan uang 3 juta. Makanya anak saya suruh yang mengantarkan uang itu ke sana. Dan mereka pun meraciknya selama 2 jam,” ucapnya.

Di lokasi terpisah, Kasubbag Humas RS Adam Malik Medan, M Saragih DCN MKes mengatakan kalau Citra dirawat di ruang THT. “Dia ditangani sama tim bedah torak,” ucapnya.

Kemudian, dirinya mengatakan saat ini Citra sedang transfusi darah. “Dari hasil pemeriksaan tahap pertama, dia mengidap tumor paru kanan. Dan saat ini kondisinya stabil,” pungkasnya.  (ind/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/