MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ancaman gangguan keamanan pascateror bom di Kampung Melayu bukan main-main. Tegas, Kapoldasu meminta jajarannya meningkatkan kewaspadaan, menggalakan patroli kemudian personel polisi agar lebih hati-hati dalam bertugas.
Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Sandi Nugroho ditanyai kesiapannya mengkerdilkan serta menghalau ancaman terror, mengaku telah siap sedia. Personel polisi di bawah komandonya sudah diminta agar siap siaga. Jumlah pasukan yang turun di lapangan pun diperbanyak dan dipersenjatai.
Demikian juga pengamanan di setiap markas komando di polsek-polsek. Terlihat setiap warga yang masuk diperiksa sebelum masuk. “Pada dasarnya apa yang kami lakukan sesuai dengan arahan pak kapolda. Meningkatkan patroli, menambah personel di lapangan dan menerapkan sistem Buddy Protect,” ujar Sandi.
Menurutnya, selama ini pihaknya selalu waspada akan ancaman gangguan seperti teror bom. Namun atas perintah kapolda kewaspadaan harus ditingkatkan. Ke depan, pihaknya juga tidak akan terlena ketika ancaman teror mulai memudar. “Kita akan terus waspada, sampai kapanpun. Bukan karena kejadian di Jakarta saja kita waspada untuk seterusnya juga. Tapi sesuai perintah kapolda kita harus meningkatkan kewaspadaan tersebut. Sampai kapan kondisi seperti ini akan berlangsung, ya tentu seterusnya,” ujar Sandi.
Kepala Bidang (Kabid) Humas Poldasu, Kombes Pol Rina Sari Ginting ditanyai soal ancaman ISIS di Sumut, belum mampu menegaskan. Seperti sebelum-sebelumnya, mereka tak mau ambil risiko dan kecolongan.
“Sama seperti pesan Kapoldasu yang saya sampaikan kemarin, bila ISIS memang bertanggung jawab atas teror bom di Kampung Melayu, sudah tentu kita harus waspada. Kelompok radikal ini bisa dibilang punya pergerakan yang cukup licin. Jangan sampai Sumut menjadi target berikutnya,” papar Rina.
Kepada masyarakat, dia mengimbau agar tak cuek, tetap waspada terhadap orang baru di lingkungannya. Ada tiga pilar yang punya peranan penting mengawasi orang-orang mencurigakan. “Babinsa, Bhabinkamtibmas dan kepala desa atau lurah. Mereka yang harusnya melaporkan setiap orang-orang baru mencurigakan di sekitar lingkungannya,” sebutnya.
Kelompok radikal ISIS disebut berpotensi ada. Poldasu tak mau anggap enteng akan keberadaan kelompok yang bertanggungjawab dalam ledakan bom di Kampung Melayu. “Kita tak mau underestimate. Mereka pasti ada di tengah-tengah masyarakat. Peran serta masyarakat sangat-sangat dibutuhkan saat ini,” pungkasnya.
Pengamat social, Drs Wara Sinuhaji Mhum menilai, aksi teror bom di Kampung Melayu sudah diamini kelompok radikal ISIS ulah mereka. Begitu mudahnya kelompok ini mentransferkan pahamnya ke masyarakat di Indonesia karena dangkalnya pemahaman masyarakat di negara ini. Ditambah lagi, Indonesia merupakan negara islam terbesar di dunia.
Disebutkan Wara, bila melihat ke belakang, belajar dari sejarah, paham radikal dari kelompok-kelompok islam yang ingin mendirikan sistem pemerintahan Khilafah sudah sejak dulu terjadi. Namun, hal itu tak pernah berhasil. “Bapak pendiri bangsa kita sudah menanamkan dasar-dasar bernegara yang mengakomidir kemajukan bangsa ini dari Sabang hingga Merauke, yaitu Pancasila. Sehingga, melihat ancaman gerakan radikal berujung teror sudah pasti sangat mudah terjadi di Indonesia. Inilah pemahaman-pemahaman salah tafsir dari sejumlah kelompok islam yang jamak di Indonesia,” sebut Wara.