31 C
Medan
Saturday, May 25, 2024

Waspada! Radikalisasi Sasar Anak Medan

Ivan Hasugian, pelaku percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef Medan, Minggu (28/8/2016).
Ivan Hasugian, pelaku percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef Medan, Minggu (28/8/2016).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi bom bunuh diri di Gereja Santo Yoseph, Medan, yang dilakukan Ivan Hasugian (18) pada Minggu (28/8) pagi, merupakan indikasi ajaran radikal sudah menyasar anak-anak muda di Medan.

Anggota Komisi III DPR Martin Hutabarat mengajak semua pihak, terutama tokoh-tokoh masyarakat, untuk bersama-sama melawan kelompok radikal yang sudah masuk ke Sumut. Martin yakin, masalah ini bukan persoalan agama.

“Saya pun yakin 100 persen, ini bukan soal agama. Ini soal segelintir anak muda saja yang diradikalisasi oleh orang yang tak bertanggung jawab. Kita harus bersatu untuk melawan orang-orang atau jaringan yang sedang meradikalisasi anak-anak muda di daerah Sumut,” ujar Martin Hutabarat di Jakarta, Minggu (28/8).

Politikus senior Partai Gerindra itu mengimbau masyarakat Sumut agar tidak terpancing dengan kejadian ini. Dia yakin, kejadian ini tidak akan berpengaruh apa pun bagi Sumut.

“Sumut sudah teruji kerukunannya lebih dari 100 tahun, dalam ikatan persaudaraan antarsesama warga yang berbeda agama, suku, dan ras,” ujarnya.

Dia juga yakin, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumut bersama tokoh-tokoh masyarakat juga akan bergerak cepat merespon dan menyadarkan masyarakat bahwa tidak ada masalah agama di sini.

Dia juga mendesak kepolisian bertindak cepat untuk mengusut kejadian ini. “Pasti ada actor di belakangnya, yang tidak merasa berdosa telah mengorbankan anak-anak muda yang belum dewasa berpikirnya, menjadi korban dalam peristiwa ini,” ujar Martin, yang juga anggota Pansus RUU terorisme yang sedang dibahas DPR sekarang ini.

Ke depan, dia mengimbau agar acara-acara di gereja dan di masjid dtingkatkan pengamanannya. Sebab, lanjutnya, bukan tidak mungkin masjid juga akan menjadi sasaran bom bunuh diri setelah gereja, seperti pernah terjadi di Cirebon.

“Karena teroris itu targetnya membuat teror yang membuat ketakutan pada banyak orang,” pungkasnya.

Terpisah, anggota Komisi III DPR Arsul Sani, mengatakan, peristiwa di Gereja Katolik Medan itu seharusnya menjadi alarm semua jajaran intelejen kita baik BIN, BAIS maupun Intelkam Polri untuk menata kembali kordinasi dan kerja mereka.

Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini tidak mau menyimpulkan bahwa aparat kecolongan dalam kasus ini. Tapi, lebih menekankan pada koordinasi antar lembaga terkait.”Saya tidak melihatnya sebagai kecolongan, tapi lebih pada apakah kordinasi antar aparat intelejen berjalan atau tidak,” tambah Arsul.

Sedang anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu mendesak polisi bergerak cepat. Menurutnya, aksi tersebut dilakukan secara terbuka dan pelakunya juga membawa senjata tajam.

“Harus ditelusuri betul jaringannya. Model aksinya terbuka begini. Bawa bom, senjata tajam juga. Biar ditangani dulu oleh kepolisian. Dari hasil penanganan yang dilakukan bisa tahu kita. Ini dilakukan kelompok tetoris atau orang per orang,” kata Masinton, kemarin.

Politikus PDIP itu berharap kepolisian bisa bekerja cepat mendalami motif pelaku. Kemudian, mewaspadai aksi serupa terjadi di titik lain. Karena itu ia meminta pengamanan di titik rawan diperketat.

“Perlu diantisipasi pola yang sama di titik yang berbeda. Kita menunggu hasil penyelidikan hari ini. Sementara itu sistem keamanan di titik rawan harus ditingkatkan kepolisian. Karena ini bukan hanya di Medan saja, mungkin,” ujarnya.

Ivan Hasugian, pelaku percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef Medan, Minggu (28/8/2016).
Ivan Hasugian, pelaku percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef Medan, Minggu (28/8/2016).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi bom bunuh diri di Gereja Santo Yoseph, Medan, yang dilakukan Ivan Hasugian (18) pada Minggu (28/8) pagi, merupakan indikasi ajaran radikal sudah menyasar anak-anak muda di Medan.

Anggota Komisi III DPR Martin Hutabarat mengajak semua pihak, terutama tokoh-tokoh masyarakat, untuk bersama-sama melawan kelompok radikal yang sudah masuk ke Sumut. Martin yakin, masalah ini bukan persoalan agama.

“Saya pun yakin 100 persen, ini bukan soal agama. Ini soal segelintir anak muda saja yang diradikalisasi oleh orang yang tak bertanggung jawab. Kita harus bersatu untuk melawan orang-orang atau jaringan yang sedang meradikalisasi anak-anak muda di daerah Sumut,” ujar Martin Hutabarat di Jakarta, Minggu (28/8).

Politikus senior Partai Gerindra itu mengimbau masyarakat Sumut agar tidak terpancing dengan kejadian ini. Dia yakin, kejadian ini tidak akan berpengaruh apa pun bagi Sumut.

“Sumut sudah teruji kerukunannya lebih dari 100 tahun, dalam ikatan persaudaraan antarsesama warga yang berbeda agama, suku, dan ras,” ujarnya.

Dia juga yakin, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumut bersama tokoh-tokoh masyarakat juga akan bergerak cepat merespon dan menyadarkan masyarakat bahwa tidak ada masalah agama di sini.

Dia juga mendesak kepolisian bertindak cepat untuk mengusut kejadian ini. “Pasti ada actor di belakangnya, yang tidak merasa berdosa telah mengorbankan anak-anak muda yang belum dewasa berpikirnya, menjadi korban dalam peristiwa ini,” ujar Martin, yang juga anggota Pansus RUU terorisme yang sedang dibahas DPR sekarang ini.

Ke depan, dia mengimbau agar acara-acara di gereja dan di masjid dtingkatkan pengamanannya. Sebab, lanjutnya, bukan tidak mungkin masjid juga akan menjadi sasaran bom bunuh diri setelah gereja, seperti pernah terjadi di Cirebon.

“Karena teroris itu targetnya membuat teror yang membuat ketakutan pada banyak orang,” pungkasnya.

Terpisah, anggota Komisi III DPR Arsul Sani, mengatakan, peristiwa di Gereja Katolik Medan itu seharusnya menjadi alarm semua jajaran intelejen kita baik BIN, BAIS maupun Intelkam Polri untuk menata kembali kordinasi dan kerja mereka.

Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini tidak mau menyimpulkan bahwa aparat kecolongan dalam kasus ini. Tapi, lebih menekankan pada koordinasi antar lembaga terkait.”Saya tidak melihatnya sebagai kecolongan, tapi lebih pada apakah kordinasi antar aparat intelejen berjalan atau tidak,” tambah Arsul.

Sedang anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu mendesak polisi bergerak cepat. Menurutnya, aksi tersebut dilakukan secara terbuka dan pelakunya juga membawa senjata tajam.

“Harus ditelusuri betul jaringannya. Model aksinya terbuka begini. Bawa bom, senjata tajam juga. Biar ditangani dulu oleh kepolisian. Dari hasil penanganan yang dilakukan bisa tahu kita. Ini dilakukan kelompok tetoris atau orang per orang,” kata Masinton, kemarin.

Politikus PDIP itu berharap kepolisian bisa bekerja cepat mendalami motif pelaku. Kemudian, mewaspadai aksi serupa terjadi di titik lain. Karena itu ia meminta pengamanan di titik rawan diperketat.

“Perlu diantisipasi pola yang sama di titik yang berbeda. Kita menunggu hasil penyelidikan hari ini. Sementara itu sistem keamanan di titik rawan harus ditingkatkan kepolisian. Karena ini bukan hanya di Medan saja, mungkin,” ujarnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/