JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur diminta untuk tidak memenjarakan Ivan Armadi Hasugian (18), terdakwa bom bunuh diri plus penyerangan pastor di Gereja Katolik Stasi, Medan, akhir Agustus lalu.
“Saya minta ke majelis hakim, anak-anak ini jangan dipenjarakan,” kata ustaz Khairul Ghazali, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Darul Syifa, Deli Serdang, Medan, dalam jumpa pers di kantor PBH Peradi, Jakarta, Senin (26/9).
Khairul yang juga diajukan sebagai ahli persidangan Ivan, menyatakan bahwa pelaku layak untuk direhabilitasi di pesantren. “Kami punya pesantren yang sudah dikunjungi oleh kepala BNPT,” tegasnya.
Menurut Khairul, memenjara bukan solusi bagi anak di bawah umur. Sebab, hanya akan menjadikan anak matang sebagai teroris. Dia mengatakan, Ivan masih mentah dan labil sehingga mudah untuk dipengaruhi.
“Sementara di penjara ini banyak senior yang sudah tidak bisa diluruskan. Banyak ‘mentor-mentor’, ‘jihadis-jihadis’. Anak ini menjadi makanan ’empuk’, nanti keluar sudah punya target serangan,” ujarnya.
Ia mencontohkan Muhammad Afif, setelah dipenjara lima tahun, kemudian melakukan aksi bom Thamrin, Jakarta Pusat. Begitupun dengan anak Imam Samudra dan Abu Jibril yang memilih mengikuti jejak ayahnya akibat tidak adanya deradikalisasi.
Menurutnya, Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius saat mendatangi pondok pesantren mengatakan IAH tidak harus dipenjara, melainkan direhabiltasi. Pada hari yang sama, Menteri Sosial Khofifah Indar Parwansa menyampaikan pernyataan senada. IAH merupakan korban cuci otak dan masih di bawah umur.
“Jadi banyak, bukan saya saja yang rekomendasikan,” tandas Khairul.