29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Tau Tidak…Bahan Pengawet Jasad Firaun Didatangkan dari Barus Lho

Ilmuwan Barus

Kembali ke hubungan para ilmuwan Barus dalam hal pengobatan dengan para ilmuwan Arab, Cina, Yahudi dan India, sebagaimana dijelaskan Rusmin Tumanggor di pangkal cerita ini.

Ilmu pengobatan Barus amatlah kesohor. Dari dulu hingga sekarang, ilmuwan di bidang medis oleh orang Barus disebut Datu.

Rusmin menjelaskan, Datu adalah orang yang memiliki ilmu, ketrampilan serta akhlak dalam memahami penyakit dan pengobatan terhadap penderita penyakit angin (sakit biasa) dan penyakit gaib.

Datu Barus ada tiga sebutan. Datu Bolon atau dukun besar mampu mengobati 120 macam penyakit dan memiliki 60-an mantera.

Kemudian Datu Gelleng atau dukun kecil yang mampu mengobati 1 hingga 10 jenis penyakit dan punya mantera sebanyak 1 hingga 10 pula.

Lalu Datu Parangas-angas. Ini dukun yang bisa mengobati penyakit berat dan parah alias kronis.

Saat akan mengobati, sebagaimana diutarakan Rusmin, seorang datu memanggil makhluk halus pujaan ilmunya dengan rempah tertentu untuk memahami penyakit pasiennya.

Sebelum mengobati, datu terlebih dahulu berkonsentrasi dan permisi kepada arwah gurunya.

Nah, rupanya ada pula etika dalam perdatuan. Setinggi apa pun ilmu datu, ia tak boleh mengobati apabila tidak diminta.

Seorang datu hendaklah rendah diri. Ia tidak boleh memasang tarif, meski pun tiap mengobati, pasien wajib membayar syarat. Jika tidak maka datu akan sakit. Kuncinya ikhlas!

Setelah mendiagnosa pasiennya, selain mantera dan jampi, untuk mengobati diracikkan obat yang lazimnya dari rempah-rempah.

Agar tak sekadar beromantisme pada sejarah masa lalu, pria 68 tahun itu mengingatkan bahwa saat ini rempah Indonesia telah dibudidayakan di banyak negara di Asia, Eropa, Afrika dan Amerika.

Selanjutnya, kata dia, masing-masing negara berupaya serius meneliti khasiatnya dan mematenkan sebagai haknya serta memasarkan produksinya.

Dan seperti yang sudah-sudah, Indonesia menjadi pengekspor bahan baku yang tersisa dan menerima import produksi bahan jadi dalam bentuk makanan, minuman, obat-obatan dengan harga mahal.

Bila itu terjadi, pada masa yang akan datang, Indonesia hanya akan memproduksi dan menjual tulisan-tulisan di buku, majalah, jurnal tentang kehebatan pengobatan dan rempah Indonesia masa lalu yang tinggal kenangan.

Menurut Rusmin, negeri ini kaya rempah. Namun sayang tak diurus. “Kebijakan penguasa umumnya berpihak pada keuntungan picisan komisi dan upeti dari perdagangan orang asing yang mengeruk-kuras alam dan memperbudak manusia Indonesia di negerinya sendiri.” (wow/jpnn)

Ilmuwan Barus

Kembali ke hubungan para ilmuwan Barus dalam hal pengobatan dengan para ilmuwan Arab, Cina, Yahudi dan India, sebagaimana dijelaskan Rusmin Tumanggor di pangkal cerita ini.

Ilmu pengobatan Barus amatlah kesohor. Dari dulu hingga sekarang, ilmuwan di bidang medis oleh orang Barus disebut Datu.

Rusmin menjelaskan, Datu adalah orang yang memiliki ilmu, ketrampilan serta akhlak dalam memahami penyakit dan pengobatan terhadap penderita penyakit angin (sakit biasa) dan penyakit gaib.

Datu Barus ada tiga sebutan. Datu Bolon atau dukun besar mampu mengobati 120 macam penyakit dan memiliki 60-an mantera.

Kemudian Datu Gelleng atau dukun kecil yang mampu mengobati 1 hingga 10 jenis penyakit dan punya mantera sebanyak 1 hingga 10 pula.

Lalu Datu Parangas-angas. Ini dukun yang bisa mengobati penyakit berat dan parah alias kronis.

Saat akan mengobati, sebagaimana diutarakan Rusmin, seorang datu memanggil makhluk halus pujaan ilmunya dengan rempah tertentu untuk memahami penyakit pasiennya.

Sebelum mengobati, datu terlebih dahulu berkonsentrasi dan permisi kepada arwah gurunya.

Nah, rupanya ada pula etika dalam perdatuan. Setinggi apa pun ilmu datu, ia tak boleh mengobati apabila tidak diminta.

Seorang datu hendaklah rendah diri. Ia tidak boleh memasang tarif, meski pun tiap mengobati, pasien wajib membayar syarat. Jika tidak maka datu akan sakit. Kuncinya ikhlas!

Setelah mendiagnosa pasiennya, selain mantera dan jampi, untuk mengobati diracikkan obat yang lazimnya dari rempah-rempah.

Agar tak sekadar beromantisme pada sejarah masa lalu, pria 68 tahun itu mengingatkan bahwa saat ini rempah Indonesia telah dibudidayakan di banyak negara di Asia, Eropa, Afrika dan Amerika.

Selanjutnya, kata dia, masing-masing negara berupaya serius meneliti khasiatnya dan mematenkan sebagai haknya serta memasarkan produksinya.

Dan seperti yang sudah-sudah, Indonesia menjadi pengekspor bahan baku yang tersisa dan menerima import produksi bahan jadi dalam bentuk makanan, minuman, obat-obatan dengan harga mahal.

Bila itu terjadi, pada masa yang akan datang, Indonesia hanya akan memproduksi dan menjual tulisan-tulisan di buku, majalah, jurnal tentang kehebatan pengobatan dan rempah Indonesia masa lalu yang tinggal kenangan.

Menurut Rusmin, negeri ini kaya rempah. Namun sayang tak diurus. “Kebijakan penguasa umumnya berpihak pada keuntungan picisan komisi dan upeti dari perdagangan orang asing yang mengeruk-kuras alam dan memperbudak manusia Indonesia di negerinya sendiri.” (wow/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/