30 C
Medan
Tuesday, May 28, 2024

Harga Karet Anjlok, Pasutri ini Putar Setir jadi Pemecah Batu Padas

Pemecah batu padad-ilustrasi.
Pemecah batu padas-ilustrasi.

PROYEK-proyek fisik pemerintah dikebut di setiap akhir tahun. Proses pembangunan itu membutuhkan material, salah satunya batu belah. Kesempatan itu yang ditunggu para penambang di lereng bukit di tepi Jalinsum Tarutung-Sibolga Km 35, Desa Sibalanga, Kecamatan Andiankoting, Tapanuli Utara.

———

MARIHOT SIMAMORA-TAPUT

———

SIANG itu, Selasa (24/11), tubuh B Hutabarat sudah berpeluh keringat. Baju yang dipakainya bekerja begitu lusuh. Lapisan kulit arinya tampak menghitam akibat panggangan teriknya sinar matahari. Kerutan di wajahnya seakan menggambarkan bagaimana getir kehidupannya. Kalau sekilas diperhatikan, kondisi fisik ayah 3 anak itu tampak lebih tua dari usianya yang sudah menginjak kepala 5.

Telapak tangannya kelihatan sudah mengeras. Sarung tangan kain tak berguna lagi melapisi saat memegang gagang palu. Otot-otot lengannya terbentuk dari tiap ayunan palu saat memecahkan bongkahan-bongkahan batu seukuran buah kelapa itu.

Entah berapa kali pukulan dalam sehari, tak pernah dihitungnya. Yang dia inginkan hanya tumpukan dari pecahan batu padas itu cepatlah menganak gunung. Agar segera bisa ditolak ke pengepul yang akan datang membeli dan mengangkutnya.

Sementara istri tercinta, Br Sitompul, setia menemani Hutabarat di sampingnya. Wajah perempuan itu tampak lebih muda dari suaminya itu. Meski tanpa riasan di wajah, minimal seperti tabir surya, Br Sitompul juga ikut memegang palu. Lengan kanannya tampak cekatan mengayunkan palu itu ke tiap permukaan bongkahan batu yang ada di depan tempatnya duduk.

Pasangan suami istri ini sudah menjadi penambang batu padas di bukit milik seorang warga desa setempat bermarga Panggabean itu sejak mereka menikah belasan tahun lalu. Pekerjaan itu dilakoni mereka demi menyambung hidup. Memenuhi semua kebutuhan anak-anak mereka, sesanggupnya. Dan utamanya agar dapur bisa mengepul.

Pemecah batu padad-ilustrasi.
Pemecah batu padas-ilustrasi.

PROYEK-proyek fisik pemerintah dikebut di setiap akhir tahun. Proses pembangunan itu membutuhkan material, salah satunya batu belah. Kesempatan itu yang ditunggu para penambang di lereng bukit di tepi Jalinsum Tarutung-Sibolga Km 35, Desa Sibalanga, Kecamatan Andiankoting, Tapanuli Utara.

———

MARIHOT SIMAMORA-TAPUT

———

SIANG itu, Selasa (24/11), tubuh B Hutabarat sudah berpeluh keringat. Baju yang dipakainya bekerja begitu lusuh. Lapisan kulit arinya tampak menghitam akibat panggangan teriknya sinar matahari. Kerutan di wajahnya seakan menggambarkan bagaimana getir kehidupannya. Kalau sekilas diperhatikan, kondisi fisik ayah 3 anak itu tampak lebih tua dari usianya yang sudah menginjak kepala 5.

Telapak tangannya kelihatan sudah mengeras. Sarung tangan kain tak berguna lagi melapisi saat memegang gagang palu. Otot-otot lengannya terbentuk dari tiap ayunan palu saat memecahkan bongkahan-bongkahan batu seukuran buah kelapa itu.

Entah berapa kali pukulan dalam sehari, tak pernah dihitungnya. Yang dia inginkan hanya tumpukan dari pecahan batu padas itu cepatlah menganak gunung. Agar segera bisa ditolak ke pengepul yang akan datang membeli dan mengangkutnya.

Sementara istri tercinta, Br Sitompul, setia menemani Hutabarat di sampingnya. Wajah perempuan itu tampak lebih muda dari suaminya itu. Meski tanpa riasan di wajah, minimal seperti tabir surya, Br Sitompul juga ikut memegang palu. Lengan kanannya tampak cekatan mengayunkan palu itu ke tiap permukaan bongkahan batu yang ada di depan tempatnya duduk.

Pasangan suami istri ini sudah menjadi penambang batu padas di bukit milik seorang warga desa setempat bermarga Panggabean itu sejak mereka menikah belasan tahun lalu. Pekerjaan itu dilakoni mereka demi menyambung hidup. Memenuhi semua kebutuhan anak-anak mereka, sesanggupnya. Dan utamanya agar dapur bisa mengepul.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/