31.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Permintaan Darah Rhesus Negatif Meningkat

BERSAMA: Pengurus dan anggota RNI Sumut dan PMI saat gathering di Markas PMI Sumut Sabtu (25/11). (ist)

MEDAN, SUMUTPOS.CO  – Permintaan darah reshus negatif semakin tinggi, karena itu para anggota komunitas Reshus Negatif Indonesia (RNI) harus tetap sehat agar bisa membantu masyarakat yang membutuhkan darah dengan jenis tersebut.

Hal itu disampaikan pada Gathering RNI Sumatera Utara yang digelar bersama Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Medan di Ruang Pertemuan Markas Sumatera Utara PMI, Sabtu (25/11).

Pada kesempatan itu Ketua Umum RNI, Lici Murniati, Koordinator RNI Wilayah Sumut, Anto Yono dan Livon Huang, serta Wakil Kepala UTD, RSUP Haji Adam Malik, dr Tonny menjadi pembicara.

“Keadaan yang saling membutuhkan ini menjadi dasar terbentuknya komunitas (RNI) ini. Meskipun kita berasal dari latar belakang berbeda, kita semua bersaudara. Saya menegaskan bila kita bukan pengidap (penyakit). Karenanya kita harus tetap sehat,” pesan Ketua RCI, Lici Murniati.

Dirinya juga berharap pengurus RNI Wilayah Sumut aktif merekrut pemilik darah rhesus negatif. Hal itu mengingat permintaan yang semakin tinggi. “Di Jakarta, kita tidak lagi menunggu panggilan. Tetapi sudah rutin mendonor per 60 hari,” tambahnya.

Pada kegiatan bertema “Mengapa Saya Rhesus Negatif” itu, dr Tonny memaparkan penemuan rhesus oleh Levine dan Stetson pada 1931. Mereka menemukan adanya antibodi yang dihasilkan dari darah monyet bernama Rhesus. Sejak itu, berbagai variasi pun terbentuk.

Saat ini ada 57 variasi antigen rhesus dan lima antigen utama (D, C, c, E, e). “Hampir 90 persen pemilik darah rhesus negatif orangtuanya malah rhesus positif. Jadi tidak faktor keturunan melainkan antigen yang dimiliki kedua orangtua,” papar dr Tonny.

Kepala Seksi Pelayanan Teknis dan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) UTD-PMI Kota Medan, dr Ira Fitriyanti Putri Lubis membenarkan adanya peningkatan permintaan darah rhesus negatif dalam beberapa bulan terakhir. Untuk itu, pihaknya bekerjasama dengan pengurus RNI Sumut. “Kita juga sudah punya database pendonor rhesus negatif di sistem simdondar. Para pendonor rhesus juga langsung kita sarankan untuk bergabung di RNI. Sehingga kita dapat dapat membuat jadwal saat ada permintaan darah rhesus negatif,” papar dr Ira.

Menurut Anto Yono, RNI Wilayah Sumut mengawali gathering pada 2011 dengan 11 anggota. Saat ini pihaknya sudah mendata sekitar 190 an pemilik rhesus negatif. “Namun banyak nomor yang sudah tidak aktif lagi. Karenanya, kegiatan ini sekaligus kita mengupdate database. Apalagi permintaan darah rhesus di Medan juga sudah banyak,” jelasnya. (don/ila)

 

 

 

BERSAMA: Pengurus dan anggota RNI Sumut dan PMI saat gathering di Markas PMI Sumut Sabtu (25/11). (ist)

MEDAN, SUMUTPOS.CO  – Permintaan darah reshus negatif semakin tinggi, karena itu para anggota komunitas Reshus Negatif Indonesia (RNI) harus tetap sehat agar bisa membantu masyarakat yang membutuhkan darah dengan jenis tersebut.

Hal itu disampaikan pada Gathering RNI Sumatera Utara yang digelar bersama Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Medan di Ruang Pertemuan Markas Sumatera Utara PMI, Sabtu (25/11).

Pada kesempatan itu Ketua Umum RNI, Lici Murniati, Koordinator RNI Wilayah Sumut, Anto Yono dan Livon Huang, serta Wakil Kepala UTD, RSUP Haji Adam Malik, dr Tonny menjadi pembicara.

“Keadaan yang saling membutuhkan ini menjadi dasar terbentuknya komunitas (RNI) ini. Meskipun kita berasal dari latar belakang berbeda, kita semua bersaudara. Saya menegaskan bila kita bukan pengidap (penyakit). Karenanya kita harus tetap sehat,” pesan Ketua RCI, Lici Murniati.

Dirinya juga berharap pengurus RNI Wilayah Sumut aktif merekrut pemilik darah rhesus negatif. Hal itu mengingat permintaan yang semakin tinggi. “Di Jakarta, kita tidak lagi menunggu panggilan. Tetapi sudah rutin mendonor per 60 hari,” tambahnya.

Pada kegiatan bertema “Mengapa Saya Rhesus Negatif” itu, dr Tonny memaparkan penemuan rhesus oleh Levine dan Stetson pada 1931. Mereka menemukan adanya antibodi yang dihasilkan dari darah monyet bernama Rhesus. Sejak itu, berbagai variasi pun terbentuk.

Saat ini ada 57 variasi antigen rhesus dan lima antigen utama (D, C, c, E, e). “Hampir 90 persen pemilik darah rhesus negatif orangtuanya malah rhesus positif. Jadi tidak faktor keturunan melainkan antigen yang dimiliki kedua orangtua,” papar dr Tonny.

Kepala Seksi Pelayanan Teknis dan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) UTD-PMI Kota Medan, dr Ira Fitriyanti Putri Lubis membenarkan adanya peningkatan permintaan darah rhesus negatif dalam beberapa bulan terakhir. Untuk itu, pihaknya bekerjasama dengan pengurus RNI Sumut. “Kita juga sudah punya database pendonor rhesus negatif di sistem simdondar. Para pendonor rhesus juga langsung kita sarankan untuk bergabung di RNI. Sehingga kita dapat dapat membuat jadwal saat ada permintaan darah rhesus negatif,” papar dr Ira.

Menurut Anto Yono, RNI Wilayah Sumut mengawali gathering pada 2011 dengan 11 anggota. Saat ini pihaknya sudah mendata sekitar 190 an pemilik rhesus negatif. “Namun banyak nomor yang sudah tidak aktif lagi. Karenanya, kegiatan ini sekaligus kita mengupdate database. Apalagi permintaan darah rhesus di Medan juga sudah banyak,” jelasnya. (don/ila)

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/