MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kaya dengan logat Batak kental berikut beberapa kosa kata khas Medan. Itulah yang terpampang jelas dalam film pop religi Cahaya Cinta di Pesantren, yang dibintangi Yuki Kato sebagai Marshila Silalahi (Shila), sebagai tokoh utama.
Ikon Sumut bermunculan di mana-mana. Danau Toba dengan hamparan air dan pegunungannya, Kota Medan dengan Masjid Raya, Bundaran SIB, dan becak bermotornya (betor). Dan yang pasti, logat Medan lah.
Film dengan genre pop religi remaja pertama di Indonesia ini mengambil sedikit latar belakang budaya Batak lewat tokoh Shila. Yuki Kato, sebagi Shila tampil sebagai gadis remaja 16 tahun, berlogat Batak, rada galak, tapi banyak akal. Ia mampu tampil memukau meski harus beradu akting dengan pemain film senior seperti Elma Theana dan Tabah Penemuan Siregar yang berperan sebagai orangtua Shila. Selain itu ada pula pemain remaja lainnya, Febby Blink, Sivia Blink, Vebby Palwinta, Fachri Muhammad (Si Entong), dan Rizky Febian.
Film yang disutradarai oleh Raymond Handaya ini menceritakan tentang keluarga, persahabatan, romantisme, dan seluk beluk anak-anak muda yang menempuh pendidikan di pesantren. Hal ini divisualkan dalam gambar-gambar yang dinamis, membentuk mosaik yang jalin menjalin. Setting waktu dan lokasi, dibalut dalam sinematografi yang indah membuat dramatis film ini begitu menyentuh dan bermakna.
“Jadi kita bukan hanya mengejar film-film yang fun (menyenangkan). Tapi saya tertarik dengan cerita yang mengemukakan banyak nilai-nilai, sehingga penonton bisa memperoleh makna tentang kehidupan keluarga, persahabatan, tujuan hidup, dan sebagainya,” kata Raymon usai acara nonton bareng di Hermes XXI, Jalan W.Mongonsidi, Medan, Senin (26/12) malam.
Raymond juga memuji para pemain yang sangat kompak selama proses syuting film. Bahkan para pemain memperoleh banyak kesan selama pembuatan film.
Malam itu hadir para pemain yang hadir, seperti Yuki Kato, Febby Blink, Sivia Blink, Febby Palwita, yang tampil kompak dengan hijab. Sementara Fachri Muhammad, si ustad ganteng, terlihat begitu dewasa, berbeda saat ia memerankan tokoh pemuda cilik, Si Entong.
Yuki Kato mengaku, tantangan bermain film ini adalah memerankan sosok gadis berlogat Batak kental. “Padahal proses reading naskah hanya 2 minggu. Untung banyak pelatih. Kami para pemain juga sering berlatih dialek, sampai kadang tertukar logat,” kekehnya.
Di sisi lain, ia bersyukur karena film ini mengubahnya jadi lebih baik. “Saya sangat bersyukur karena dalam film ini saya jadi rajin salat dan lebih disiplin. Tiga minggu kami melakukan syuting di pesantren Raudhatul Hasanah. Wah, ini luar biasa sulitnya,” katanya.
Begitu pun saat ia harus melakoni peran berhijab. Di awal-awal ada rasa gerah menyelimuti dirinya. Namun kini, ia sudah terbiasa. “Sekarang sudah biasa berhijab. Sudah enggak merasa kepanasan lagi,” ungkapnya.
Penasaran seperti apa film dari Fullframe Pictures ini? Bersabarlah! Sebab film pop religi ini baru akan tayang di bioskop tanggal 12 Januari 2017.