27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Gerhana Matahari Cincin Terjadi 18 Tahun Sekali di Titik Berbeda

TERTUTUP AWAN: Penampakan gerhana matahari cincin yang tertutup awan di Kota Tebingtinggi, Kamis (26/12).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Peristiwa Gerhana Matahari Cincin yang terjadi pada Kamis (26/12) kemarin, merupakan peristiwa astronomi langka yang jarang terjadi. Walau dapat dilihat hampir di semua titik di seluruh kabupaten/kota di Sumut, namun hanya ada tujuh titik di Sumut yang dapat melihat secara utuh fenomena alam ini, karena menjadi kawasan lintasannya. Adapun ketujuh titik tersebut yakni Sibolga, Tapanuli Tengah, Sipirok, Tarutung, Padang Sidimpuan, Gunung Tua, dan Sibuhuan.

UNTUK mengamati secara langsung peristiwa astronomi langka ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I melakukan pemantauan langsung ek Tapanuli Tengah. “Saat ini kami sedang berada di Tapanuli Tengah, tepatnya di Pantai Pandan untuk menyaksikan secara langsung fenomena alam Gerhana Matahari Cincin ini,” kata Kepala Bidang Data BMKG wilayah I, Erida kepada Sumut Pos, Kamis (26/12).

Gerhana itu sendiri, sebut Erida, terjadi dalam jarak waktu yang cukup panjang, yakni sejak pukul 10.11 WIB hingga pukul 14.02 WIB atau sekitar 4 jam. “Menurut pengamatan kami, saat ini kontak pertama sudah terlihat sejak pukul 10.11 WIB tadi. Puncaknya pada pukul 12.04 WIB dan berakhir di pukul 14.02 WIB,’ ujarnya.

Namun kata Erida, puncak tersebut hanya dapat terlihat secara nyata di ketujuh titik tersebut. Sedangkan untuk di wilayah Medan dan sekitarnya, puncak Gerhana Matahari Cincin hanya terlihat biasa saja dengan waktu lainnya. “Kalau di Medan tidak ada puncak, karena Medan bukan salah satu titik yang dilewati Gerhana kali ini. Mungkin dapat terlihat, namun tidak terlalu jelas,” katanya.

Pun begitu, terang Erida, pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak melihat gerhana matahari cincin secara langsung atau dengan mata telanjang. Sebab, hal itu akan dapat membuat terjadinya kerusakan pada mata. “Kalau mau melihat dapat menggunakan kacamata khusus yang bisa dibeli di banyak tempat. Atau dapat melihat melalui live streaming di website resmi BMKG,” terangnya.

Dijelaskan Erida, fenomena Gerhana Matahari Cincin memang merupakan fenomena langka yang sangat jarang terjadi. Namun, hal itu sama sekali tidak mempengaruhi prakiraan cuaca. “Gerhana Matahari Cincin ini memang langka, karena periode ulangnya itu hanya 18 tahun sekali, itupun tidak terjadi pada titik yang sama. Artinya, kemungkinan besar gerhana ini baru akan terulang 18 tahun kemudian dan belum tentu akan terjadi lagi pada 7 titik yang saat ini dilintasi. Untuk cuaca, hal ini sama sekali tidak berpengaruh,” tandasnya.

Sementara, Observatorium Ilmu Falak (OIF) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) juga melakukan pengamatan Gerhana Matahari Cincin ini dari Kampus Pascasarjana UMSU di Jalan Denai, Medan. Kepala OIF UMSU Arwin Juli Rahmadi Butarbutar juga menyebutkan, peristiwa alam yang terjadi kemarin merupakan peristiwa astronomi langka yang jarang terjadi. “Momen kali ini, momen astronomi langka. Kenapa langka? karena momennya gerhana matahari cincin, sayangnya titik tidak di Kota Medan,” ujarnya.

Pukul 12.10 WIB, kata dia, merupakan puncak Gerhana Matahari Cincin. Di Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan titik terjadi Gerhana Matahari Cincin. “Ketertutupan tampangan matahari oleh penampang bulan sebagai tampak dari permukaan bumi itu mencapai 90 persen, jadi kalau langit cerah, kita seolah-olah akan melihat suasana langit seperti maghrib, moment ini dalam dunia astronomi adalah momen yang langka,” jelasnya.

Karena momen langka, ia menyebut banyak masyarakat dan kalangan ilmuan berlomba-lomba untuk mengkaji dan menggali hikmah keilmuan dibalik peristiwa itu sendiri. Ia juga tidak menganjurkan masyarakat untuk melihat langsung Gerhana Matahari Cincin. “Makanya kita edukasi dengan menggunakan kacamata. Hari ini ada 3 ribu kacamata yang kita berikan kepada masyarakat, ada juga teropong astronomi yang disiapkan untuk melihat Gerhana Matahari Cincin,” jelasnya.

Warga Antusias

Fenomena alam langka ini, benar-benar menarik minat masyarakat. Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk melihat gerhana matahari cincin ini. Seperti yang dilakukan warga Kota Binjai. Mereka menggunakan kaca mata hitam, bahkan ada juga menggunakan kotak infaq masjid yang terbuat dari kaca hitam.

Meski Kota Binjai bukan perlintasan gerhana matahari cincin ini, namun sekumpulan warga takjub dan tertekun saat melihat matahari tertutup bulan serta membentuk cincin. “Lihat itu, lihat itu, jelas kali kalau kita lihat dari sini,” teriak Iqbal Ananda, sembari menggunakan kacamata hitam untuk melihat fenomena ini.

Teriakan mahasiswa UMSU asal Kota Binjai ini mengundang perhatian warga lain. Tak ayal, mereka berbondong-bondong mengerumuni Iqbal. Satu persatu, mereka menggunakan kacamata hitam dan memanfaatkan media kaca hitam untuk melihat fenomena alam ini. “Iya, jelas kali. Lihat itu, lihat. Luar biasa ya,” sebut mereka terlihat sumringah.

Wak Basri, pemilik warung kopi di Lapangan Merdeka Binjai yang melihat fenomena ini dengan cara unik. Ia menggunakan kotak infaq yang ketetapatan dilihatnya, langsung disambar. Kotak infak berbentuk persegi yang terbuat dari kaca hitam juga dimanfaatkan sebagai median. “Dari sinipun lebih jelas, coba kalian lihat dari sini,” teriak Basri sembari memperhatikan langit dan memanfaatkan kotak infaq melihat fenomena alam ini.

Alhasil, kotak infak inipun menjadi rebutan. Beberapa warga melintas lapangan merdeka berhenti sejenak guna melihat GMC. “Sini-sini, aku mau lihat juga wak,” sahut Robby Prasetyo, warga lainnya.

Selain di Lapangan Merdeka, warga Kota Binjai juga melihat fenomena tersebut. Di Jalan Sudirman, Binjai Kota misalnya. Warga yang tengah asik berbelanja menghentikan aktifitas mereka sejenak. Secara berkerumun, mereka memperhatikan langit.

Berbeda dengan warga Kota Tebingtinggi. Warga di sana terpaksa gigir jari, karena fenomena langka ini tak terlihat karena terlindung awan mendung. Beberapa warga mengaku kecewa karena tidak dapat melihat gerhana matahari cicin ini. “Tidak nampak jelas gerhana mataharinya, cuma berwarna putih sekilas saja, karena kondisi mendung dan berawan,” kata Arbain, seorang warga.

Lainnya halnya dengan Ketua MUI Kota Tebingtinggi, Ahmad Dalil Harahap. Dia menyatakan, gerhana matahari ini sebagai bukti kekuasaan Allah Swt. “Kita umat muslim harus mengakui bahwa kekuasaan dan kebesaran Allah SWT itu ada, kita diajak untuk bertaqwa dan melaksanakan apa yang di perintahkan oleh Allah. “Mari kita serukan untuk seluruh masyarakat muslim Kota Tebingtinggi untuk melaksanakan salat gerhana, baik itu di masjid masjid dan tempat umum lainnya,” imbaunya.

Sementara, fenomena Gerhana Matahari Cincin yang terjadi kemarin juga menyita perhatian warga Rantauprapat, Labuhanbatu. Puluhan warga mengabadikan peristiwa langka itu ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris. Para warga merekam peristiwa langka tersebut dengan sejumlah piranti gadget. Bahkan ada yang merekam video dan poto dengan kamera LSR dan handphone pintar. “Pake HP juga bisa. Meski hasilnya tak sempurna. Tetap terlihat seadanya,” kata Andi, seorang warga.

Peristiwa GMC ketika piringan bulan yang teramati dari bumi lebih kecil dibandingkan piringan matahari. Saat puncak gerhana, matahari akan tampak seperti cincin, yakni gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya.

UMSU Pecahkan 2 Rekor Dunia

Di moment Gerhana Matahari Cincin kemarin, UMSU memecahkan dua rekor dunia dan langsung dicatat oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan pembuatan kacamata gerhana terbanyak. Pembuatan kacamata itu, dengan total 3.000 kacamata, yang dibagikan kepada masyarakat saat dilakukan pengamatan gerhana matahari cincin. Selain itu, UMSU juga memecahkan rekor dunia dengan pengamatan gerhana matahari menggunakan kamera lubang jarum atau pin hole terbesar.

Piagam rekor dunia itu, diberikan langsung Manajer Operasional MURI, Andre Purwan Dono kepada Rektor UMSU, DR Agussani MAP dengan disaksikan ribuan masyarakat di Kampus UMSU Pasca Sarjana di Jalan Denai, Kota Medan, Kamis (26/12) siang. “Ini merupakan suatu kebanggaan dan apresiasi kepada UMSU dapat memecahkan rekor dunia,” ungkap Andre Purwan Dono kepada wartawan di Kampus UMSU, kemarin siang.

Andre menjelaskan, apa dilakukan UMSU tidak ada pernah dilakukan di Tanah Air maupun negara mana pun. Makanya, MURI memberikan piagam rekor dunia kepada UMSU. “Ini terbesar di dunia maupun di Indonesia dan tidak ada di daerah yang lain. Kemudian, negara mana pun dan terbesar itu ada di Indonesia (Kampus UMSU),” tandas Andre.

Sementara itu, Rektor UMSU, DR Agussani MAP mengaku bangga atas pemecahan rekor dunia dilakukan UMSU ini. Ia mengucapkan terima kasih atas segala bentuk dukungan dari masyarakat. “Alhamdulillah kita memecahkan rekor MURI, pertama lobang jarum matahari dan 3 ribu kacamata gerhana matahari sudah lebih kita bagikan ini,” kata Agussani.

Agussani menjelaskan untuk memecahkan rekor dunia ini, pihak UMSU sudah melakukan persiapan sejak 6 bulan lalu. Dengan melibatkan para civitas akademik di UMSU. “Ini sebuah prestasi dan akan dicatat oleh MURI. Apa yang kita lakukan hari ini bermanfaat untuk ilmu astronomi dan ilmu falak. Diharapkan UMSU bisa melakukan pemotretan benda-benda langit masa akan datang,” tutur Agussani.

Rekor dunia itu, tidak lepas yang dilakukan OIF UMSU. Dengan itu, Agussani mengungkapkan pihaknya akan mengembangkan keilmuan astronomi dan bidang ilmu falak dengan melibatkan civitas akademik.

“Dengan mencetak potensial. Insha Allah akan buka cabang OIF di Kabupaten Tapanuli Tengah dengan areal luas 3 hektar. Akan kita jadikan pusat perabadan dalam rangka titik nol masuknya Islam Sumatera Utara dan di Indonesia,” jelas Agussani.

Gelar Salat Gerhana Berjamaah

Umat Islam di berbagai daerah di Sumatera Utara (Sumut) melakukan salat kusuf atau salat gerhana matahari berjamaah di sejumlah masjid dan lapangan. Kemarin, sekitar pukul 10.00 WIB, UMSU juga menggelar salat sunat berjamaah gerhana matari yang diikuti ribuan umat Islam. Kemudian, dilanjutkan dengan ceramah disampaikan Ustaz Prof Dr Nawir Yuslem.

Salat gerhana juga dilakukan masyarakat Kota Binjai di Masjid Agung. Ratusan umat Islam memadati mesjid kebanggaan masyarakat Kota Rambutan itu. Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Ustad Ahmad Nasir bertindak menjadi Imam. Usai Salat Gerhana Matahari, dilanjutkan dengan ceramah singkat. “Apabila terjadi gerhana matahari atau bulan maka besarkanlah Allah, tegakkan shalat dan minta ampun kepada Allah serta perbanyak beristighfar,” seru dia.

Dia juga mengajak masyarakat untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menurut dia, Gerhana Matahari bukan sekadar fenomena alam. Melainkan, menurut dia, usia bumi sudah kian tua. “Maka dekatlah diri kepada allah dan perbanyak istighfar. Semoga Salat kita diterima Allah dan mudah-mudahan Allah selalu memberikan kita kesehatan dan keberkahan dalam hidup,” tandasnya.

Ratusan masyarakat kota Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu, juga melaksanakan salat gerhana, Kamis (26/12). Diantaranya, di Masjid Baitul Muhsinin, Jalan Sisingamangaraja, Lingkungan Perisai Rantauprapat.

Sholat Gerhana yang dilakukan usai salat Fardhu Zuhur ini diisi dengan zikir yang dipimpin ustad Rinto Harahap. Khatib dan Imam salat ustaa Supriadi Sarumpaet. “Iya, Salat Gerhana Matahari ini dilaksanakan disebabkan adanya fenomena alam gerhana matahari cincin. Pihak kenaziran masjid menggelar salat tersebut,” ungkap Ahmad, jamaah Masjid Baitul Muhsinin.

Menurutnya, jamaah yang hadir dan mengikuti salat tersebut cukup banyak. Hingga memenuhi masjid. Bahkan, parkir kenderaan para jemaah relatif menyita ruang terbuka di kawasan komplek masjid tersebut.

Sementara, Kementerian Agama dan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal juga menggelar shalat kusuf atau shalat germana matahari bersama masyarakat di Masjid Agung Nur Ala Nur Panyabungan, Kamis (26/12). Turut hadir dalam makmum shalat kusuf itu Plt Kepala Kemenag Mandailing Natal Drs H Zaianal Arifin MM, para Asisten, pimpinan OPD Pemkab, Ketua MUI, para ASN, dan masyarakat muslim lainnya.

Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Mandailing Natal H Ahmad Zainul Khobir S Ag MM yang dijumpai usai melaksanakan salat kusuf mengatakan, pelaksanaan salat sunat ini merupakan suatu hal yang sangat dianjurkan dalam Islam. “Disamping itu juga sebagai tidak lanjut dari surat edaran Dirjen Bimas Islam dan Kepala Kanwil Kemenag Sumatera Utara untuk melaksanakan salat kusuf pada saat terjadinya gerhana matahari,” ujarnya. (map/gus/ian/ted/fdh/)

TERTUTUP AWAN: Penampakan gerhana matahari cincin yang tertutup awan di Kota Tebingtinggi, Kamis (26/12).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Peristiwa Gerhana Matahari Cincin yang terjadi pada Kamis (26/12) kemarin, merupakan peristiwa astronomi langka yang jarang terjadi. Walau dapat dilihat hampir di semua titik di seluruh kabupaten/kota di Sumut, namun hanya ada tujuh titik di Sumut yang dapat melihat secara utuh fenomena alam ini, karena menjadi kawasan lintasannya. Adapun ketujuh titik tersebut yakni Sibolga, Tapanuli Tengah, Sipirok, Tarutung, Padang Sidimpuan, Gunung Tua, dan Sibuhuan.

UNTUK mengamati secara langsung peristiwa astronomi langka ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I melakukan pemantauan langsung ek Tapanuli Tengah. “Saat ini kami sedang berada di Tapanuli Tengah, tepatnya di Pantai Pandan untuk menyaksikan secara langsung fenomena alam Gerhana Matahari Cincin ini,” kata Kepala Bidang Data BMKG wilayah I, Erida kepada Sumut Pos, Kamis (26/12).

Gerhana itu sendiri, sebut Erida, terjadi dalam jarak waktu yang cukup panjang, yakni sejak pukul 10.11 WIB hingga pukul 14.02 WIB atau sekitar 4 jam. “Menurut pengamatan kami, saat ini kontak pertama sudah terlihat sejak pukul 10.11 WIB tadi. Puncaknya pada pukul 12.04 WIB dan berakhir di pukul 14.02 WIB,’ ujarnya.

Namun kata Erida, puncak tersebut hanya dapat terlihat secara nyata di ketujuh titik tersebut. Sedangkan untuk di wilayah Medan dan sekitarnya, puncak Gerhana Matahari Cincin hanya terlihat biasa saja dengan waktu lainnya. “Kalau di Medan tidak ada puncak, karena Medan bukan salah satu titik yang dilewati Gerhana kali ini. Mungkin dapat terlihat, namun tidak terlalu jelas,” katanya.

Pun begitu, terang Erida, pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak melihat gerhana matahari cincin secara langsung atau dengan mata telanjang. Sebab, hal itu akan dapat membuat terjadinya kerusakan pada mata. “Kalau mau melihat dapat menggunakan kacamata khusus yang bisa dibeli di banyak tempat. Atau dapat melihat melalui live streaming di website resmi BMKG,” terangnya.

Dijelaskan Erida, fenomena Gerhana Matahari Cincin memang merupakan fenomena langka yang sangat jarang terjadi. Namun, hal itu sama sekali tidak mempengaruhi prakiraan cuaca. “Gerhana Matahari Cincin ini memang langka, karena periode ulangnya itu hanya 18 tahun sekali, itupun tidak terjadi pada titik yang sama. Artinya, kemungkinan besar gerhana ini baru akan terulang 18 tahun kemudian dan belum tentu akan terjadi lagi pada 7 titik yang saat ini dilintasi. Untuk cuaca, hal ini sama sekali tidak berpengaruh,” tandasnya.

Sementara, Observatorium Ilmu Falak (OIF) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) juga melakukan pengamatan Gerhana Matahari Cincin ini dari Kampus Pascasarjana UMSU di Jalan Denai, Medan. Kepala OIF UMSU Arwin Juli Rahmadi Butarbutar juga menyebutkan, peristiwa alam yang terjadi kemarin merupakan peristiwa astronomi langka yang jarang terjadi. “Momen kali ini, momen astronomi langka. Kenapa langka? karena momennya gerhana matahari cincin, sayangnya titik tidak di Kota Medan,” ujarnya.

Pukul 12.10 WIB, kata dia, merupakan puncak Gerhana Matahari Cincin. Di Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan titik terjadi Gerhana Matahari Cincin. “Ketertutupan tampangan matahari oleh penampang bulan sebagai tampak dari permukaan bumi itu mencapai 90 persen, jadi kalau langit cerah, kita seolah-olah akan melihat suasana langit seperti maghrib, moment ini dalam dunia astronomi adalah momen yang langka,” jelasnya.

Karena momen langka, ia menyebut banyak masyarakat dan kalangan ilmuan berlomba-lomba untuk mengkaji dan menggali hikmah keilmuan dibalik peristiwa itu sendiri. Ia juga tidak menganjurkan masyarakat untuk melihat langsung Gerhana Matahari Cincin. “Makanya kita edukasi dengan menggunakan kacamata. Hari ini ada 3 ribu kacamata yang kita berikan kepada masyarakat, ada juga teropong astronomi yang disiapkan untuk melihat Gerhana Matahari Cincin,” jelasnya.

Warga Antusias

Fenomena alam langka ini, benar-benar menarik minat masyarakat. Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk melihat gerhana matahari cincin ini. Seperti yang dilakukan warga Kota Binjai. Mereka menggunakan kaca mata hitam, bahkan ada juga menggunakan kotak infaq masjid yang terbuat dari kaca hitam.

Meski Kota Binjai bukan perlintasan gerhana matahari cincin ini, namun sekumpulan warga takjub dan tertekun saat melihat matahari tertutup bulan serta membentuk cincin. “Lihat itu, lihat itu, jelas kali kalau kita lihat dari sini,” teriak Iqbal Ananda, sembari menggunakan kacamata hitam untuk melihat fenomena ini.

Teriakan mahasiswa UMSU asal Kota Binjai ini mengundang perhatian warga lain. Tak ayal, mereka berbondong-bondong mengerumuni Iqbal. Satu persatu, mereka menggunakan kacamata hitam dan memanfaatkan media kaca hitam untuk melihat fenomena alam ini. “Iya, jelas kali. Lihat itu, lihat. Luar biasa ya,” sebut mereka terlihat sumringah.

Wak Basri, pemilik warung kopi di Lapangan Merdeka Binjai yang melihat fenomena ini dengan cara unik. Ia menggunakan kotak infaq yang ketetapatan dilihatnya, langsung disambar. Kotak infak berbentuk persegi yang terbuat dari kaca hitam juga dimanfaatkan sebagai median. “Dari sinipun lebih jelas, coba kalian lihat dari sini,” teriak Basri sembari memperhatikan langit dan memanfaatkan kotak infaq melihat fenomena alam ini.

Alhasil, kotak infak inipun menjadi rebutan. Beberapa warga melintas lapangan merdeka berhenti sejenak guna melihat GMC. “Sini-sini, aku mau lihat juga wak,” sahut Robby Prasetyo, warga lainnya.

Selain di Lapangan Merdeka, warga Kota Binjai juga melihat fenomena tersebut. Di Jalan Sudirman, Binjai Kota misalnya. Warga yang tengah asik berbelanja menghentikan aktifitas mereka sejenak. Secara berkerumun, mereka memperhatikan langit.

Berbeda dengan warga Kota Tebingtinggi. Warga di sana terpaksa gigir jari, karena fenomena langka ini tak terlihat karena terlindung awan mendung. Beberapa warga mengaku kecewa karena tidak dapat melihat gerhana matahari cicin ini. “Tidak nampak jelas gerhana mataharinya, cuma berwarna putih sekilas saja, karena kondisi mendung dan berawan,” kata Arbain, seorang warga.

Lainnya halnya dengan Ketua MUI Kota Tebingtinggi, Ahmad Dalil Harahap. Dia menyatakan, gerhana matahari ini sebagai bukti kekuasaan Allah Swt. “Kita umat muslim harus mengakui bahwa kekuasaan dan kebesaran Allah SWT itu ada, kita diajak untuk bertaqwa dan melaksanakan apa yang di perintahkan oleh Allah. “Mari kita serukan untuk seluruh masyarakat muslim Kota Tebingtinggi untuk melaksanakan salat gerhana, baik itu di masjid masjid dan tempat umum lainnya,” imbaunya.

Sementara, fenomena Gerhana Matahari Cincin yang terjadi kemarin juga menyita perhatian warga Rantauprapat, Labuhanbatu. Puluhan warga mengabadikan peristiwa langka itu ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris. Para warga merekam peristiwa langka tersebut dengan sejumlah piranti gadget. Bahkan ada yang merekam video dan poto dengan kamera LSR dan handphone pintar. “Pake HP juga bisa. Meski hasilnya tak sempurna. Tetap terlihat seadanya,” kata Andi, seorang warga.

Peristiwa GMC ketika piringan bulan yang teramati dari bumi lebih kecil dibandingkan piringan matahari. Saat puncak gerhana, matahari akan tampak seperti cincin, yakni gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya.

UMSU Pecahkan 2 Rekor Dunia

Di moment Gerhana Matahari Cincin kemarin, UMSU memecahkan dua rekor dunia dan langsung dicatat oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan pembuatan kacamata gerhana terbanyak. Pembuatan kacamata itu, dengan total 3.000 kacamata, yang dibagikan kepada masyarakat saat dilakukan pengamatan gerhana matahari cincin. Selain itu, UMSU juga memecahkan rekor dunia dengan pengamatan gerhana matahari menggunakan kamera lubang jarum atau pin hole terbesar.

Piagam rekor dunia itu, diberikan langsung Manajer Operasional MURI, Andre Purwan Dono kepada Rektor UMSU, DR Agussani MAP dengan disaksikan ribuan masyarakat di Kampus UMSU Pasca Sarjana di Jalan Denai, Kota Medan, Kamis (26/12) siang. “Ini merupakan suatu kebanggaan dan apresiasi kepada UMSU dapat memecahkan rekor dunia,” ungkap Andre Purwan Dono kepada wartawan di Kampus UMSU, kemarin siang.

Andre menjelaskan, apa dilakukan UMSU tidak ada pernah dilakukan di Tanah Air maupun negara mana pun. Makanya, MURI memberikan piagam rekor dunia kepada UMSU. “Ini terbesar di dunia maupun di Indonesia dan tidak ada di daerah yang lain. Kemudian, negara mana pun dan terbesar itu ada di Indonesia (Kampus UMSU),” tandas Andre.

Sementara itu, Rektor UMSU, DR Agussani MAP mengaku bangga atas pemecahan rekor dunia dilakukan UMSU ini. Ia mengucapkan terima kasih atas segala bentuk dukungan dari masyarakat. “Alhamdulillah kita memecahkan rekor MURI, pertama lobang jarum matahari dan 3 ribu kacamata gerhana matahari sudah lebih kita bagikan ini,” kata Agussani.

Agussani menjelaskan untuk memecahkan rekor dunia ini, pihak UMSU sudah melakukan persiapan sejak 6 bulan lalu. Dengan melibatkan para civitas akademik di UMSU. “Ini sebuah prestasi dan akan dicatat oleh MURI. Apa yang kita lakukan hari ini bermanfaat untuk ilmu astronomi dan ilmu falak. Diharapkan UMSU bisa melakukan pemotretan benda-benda langit masa akan datang,” tutur Agussani.

Rekor dunia itu, tidak lepas yang dilakukan OIF UMSU. Dengan itu, Agussani mengungkapkan pihaknya akan mengembangkan keilmuan astronomi dan bidang ilmu falak dengan melibatkan civitas akademik.

“Dengan mencetak potensial. Insha Allah akan buka cabang OIF di Kabupaten Tapanuli Tengah dengan areal luas 3 hektar. Akan kita jadikan pusat perabadan dalam rangka titik nol masuknya Islam Sumatera Utara dan di Indonesia,” jelas Agussani.

Gelar Salat Gerhana Berjamaah

Umat Islam di berbagai daerah di Sumatera Utara (Sumut) melakukan salat kusuf atau salat gerhana matahari berjamaah di sejumlah masjid dan lapangan. Kemarin, sekitar pukul 10.00 WIB, UMSU juga menggelar salat sunat berjamaah gerhana matari yang diikuti ribuan umat Islam. Kemudian, dilanjutkan dengan ceramah disampaikan Ustaz Prof Dr Nawir Yuslem.

Salat gerhana juga dilakukan masyarakat Kota Binjai di Masjid Agung. Ratusan umat Islam memadati mesjid kebanggaan masyarakat Kota Rambutan itu. Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Ustad Ahmad Nasir bertindak menjadi Imam. Usai Salat Gerhana Matahari, dilanjutkan dengan ceramah singkat. “Apabila terjadi gerhana matahari atau bulan maka besarkanlah Allah, tegakkan shalat dan minta ampun kepada Allah serta perbanyak beristighfar,” seru dia.

Dia juga mengajak masyarakat untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menurut dia, Gerhana Matahari bukan sekadar fenomena alam. Melainkan, menurut dia, usia bumi sudah kian tua. “Maka dekatlah diri kepada allah dan perbanyak istighfar. Semoga Salat kita diterima Allah dan mudah-mudahan Allah selalu memberikan kita kesehatan dan keberkahan dalam hidup,” tandasnya.

Ratusan masyarakat kota Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu, juga melaksanakan salat gerhana, Kamis (26/12). Diantaranya, di Masjid Baitul Muhsinin, Jalan Sisingamangaraja, Lingkungan Perisai Rantauprapat.

Sholat Gerhana yang dilakukan usai salat Fardhu Zuhur ini diisi dengan zikir yang dipimpin ustad Rinto Harahap. Khatib dan Imam salat ustaa Supriadi Sarumpaet. “Iya, Salat Gerhana Matahari ini dilaksanakan disebabkan adanya fenomena alam gerhana matahari cincin. Pihak kenaziran masjid menggelar salat tersebut,” ungkap Ahmad, jamaah Masjid Baitul Muhsinin.

Menurutnya, jamaah yang hadir dan mengikuti salat tersebut cukup banyak. Hingga memenuhi masjid. Bahkan, parkir kenderaan para jemaah relatif menyita ruang terbuka di kawasan komplek masjid tersebut.

Sementara, Kementerian Agama dan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal juga menggelar shalat kusuf atau shalat germana matahari bersama masyarakat di Masjid Agung Nur Ala Nur Panyabungan, Kamis (26/12). Turut hadir dalam makmum shalat kusuf itu Plt Kepala Kemenag Mandailing Natal Drs H Zaianal Arifin MM, para Asisten, pimpinan OPD Pemkab, Ketua MUI, para ASN, dan masyarakat muslim lainnya.

Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Mandailing Natal H Ahmad Zainul Khobir S Ag MM yang dijumpai usai melaksanakan salat kusuf mengatakan, pelaksanaan salat sunat ini merupakan suatu hal yang sangat dianjurkan dalam Islam. “Disamping itu juga sebagai tidak lanjut dari surat edaran Dirjen Bimas Islam dan Kepala Kanwil Kemenag Sumatera Utara untuk melaksanakan salat kusuf pada saat terjadinya gerhana matahari,” ujarnya. (map/gus/ian/ted/fdh/)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/