30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Suhu Kota Medan di Atas Normal

MEDAN-Suhu di Kota Medan beberapa hari ini sudah mencapai 33,7 derajat celsius. Diprediksi akan berlangsung hingga dua sampai tiga pekan mendatang.

Suhu udara setinggi itu relatif di atas suhu normal yakni 31 sampai 32 derajat celsius.

“Ada peningkatan suhu udara, sehingga relatif begitu panas hari ini (kemarin, Red). Normalnya, antara 31 sampai 32 derajat celsius. Hari ini, mencapai 33 sampai 34 derajat celsius. Jadi ada peningkatan 1 derajat celsius lebih. Ini akan berlangsung sampai dua atau tiga minggu mendatang. Setelah itu, akan ada peralihan ke musim penghujan,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Data dan Informasi (Datin) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Sumut dan NAD, Hendra Suwarta, Senin (27/2).

Peningkatan suhu udara itu, sambung Hendra, secara garis besar tidak terjadi di semua daerah di Sumut.
Artinya, setiap daerah memiliki iklim dan suhu yang berbeda-beda.

“Ini mayoritas terjadi di daerah sepanjang Pantai Timur Sumut, terutama di Kota Medan. Kalau di Pantai Barat relatif berbeda, ada yang musim hujan. Ini disebabkan adanya pengaruh cuaca regional, yakni arah angin saat ini berasal dari Tenggara dimulai dari Pantai Barat,” terangnya.
Untuk tiga hari ke depan, suhu udara diprediksi akan semakin meningkat mencapai suhu 34 derajat celsius. Suhu 34 derajat celsius ini, merupakan suhu yang sangat menggerahkan, dan sangat jarang terjadi.

“Tiga hari nanti bisa mencapai 34 derajat celsius. Tapi ini jarang terjadi. Bisa setahun hanya sekali. Namun, di Medan juga sempat mencapai suhu tertinggi mencapai 37 derajat celsius. Dan ini terjadi lima tahun lalu,” bebernya.

Saat ditanya Sumut Pos, apakah suhu udara yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan adanya sinyalemen terjadinya kebakaran hutan, menurutnya dari pantauan BMKG Sumut, tidak terdeteksi adanya kebakaran hutan yang terjadi.
“Di spot tidak terlihat adanya kebakaran hutan,” tegasnya.

Untuk peluang terjadinya musim hujan, tambahnya, usai musim kemarau ini curah hujan akan meningkat dan rata-rata mencapai 122-136 milimeter per bulan.

“Curah hujan nantinya juga akan meningkat. Ini karena terjadi perbedaan suhu secara global,” tambahnya.
Secara global, suhu udara di Sumut ini dipengaruhi pergerakan suhu udara secara global. Dimana, terjadinya perbedaan suhu udara di Laut Sumatera dan Laut Afrika.

Dijelaskannya, jika di Indonesia terasa panas, itu menandakan curah hujan yang relatif banyak. Sebaliknya, bila di Afrika terasa dingin, berarti curah hujan relatif sedikit di Indonesia.(ari)

MEDAN-Suhu di Kota Medan beberapa hari ini sudah mencapai 33,7 derajat celsius. Diprediksi akan berlangsung hingga dua sampai tiga pekan mendatang.

Suhu udara setinggi itu relatif di atas suhu normal yakni 31 sampai 32 derajat celsius.

“Ada peningkatan suhu udara, sehingga relatif begitu panas hari ini (kemarin, Red). Normalnya, antara 31 sampai 32 derajat celsius. Hari ini, mencapai 33 sampai 34 derajat celsius. Jadi ada peningkatan 1 derajat celsius lebih. Ini akan berlangsung sampai dua atau tiga minggu mendatang. Setelah itu, akan ada peralihan ke musim penghujan,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Data dan Informasi (Datin) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Sumut dan NAD, Hendra Suwarta, Senin (27/2).

Peningkatan suhu udara itu, sambung Hendra, secara garis besar tidak terjadi di semua daerah di Sumut.
Artinya, setiap daerah memiliki iklim dan suhu yang berbeda-beda.

“Ini mayoritas terjadi di daerah sepanjang Pantai Timur Sumut, terutama di Kota Medan. Kalau di Pantai Barat relatif berbeda, ada yang musim hujan. Ini disebabkan adanya pengaruh cuaca regional, yakni arah angin saat ini berasal dari Tenggara dimulai dari Pantai Barat,” terangnya.
Untuk tiga hari ke depan, suhu udara diprediksi akan semakin meningkat mencapai suhu 34 derajat celsius. Suhu 34 derajat celsius ini, merupakan suhu yang sangat menggerahkan, dan sangat jarang terjadi.

“Tiga hari nanti bisa mencapai 34 derajat celsius. Tapi ini jarang terjadi. Bisa setahun hanya sekali. Namun, di Medan juga sempat mencapai suhu tertinggi mencapai 37 derajat celsius. Dan ini terjadi lima tahun lalu,” bebernya.

Saat ditanya Sumut Pos, apakah suhu udara yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan adanya sinyalemen terjadinya kebakaran hutan, menurutnya dari pantauan BMKG Sumut, tidak terdeteksi adanya kebakaran hutan yang terjadi.
“Di spot tidak terlihat adanya kebakaran hutan,” tegasnya.

Untuk peluang terjadinya musim hujan, tambahnya, usai musim kemarau ini curah hujan akan meningkat dan rata-rata mencapai 122-136 milimeter per bulan.

“Curah hujan nantinya juga akan meningkat. Ini karena terjadi perbedaan suhu secara global,” tambahnya.
Secara global, suhu udara di Sumut ini dipengaruhi pergerakan suhu udara secara global. Dimana, terjadinya perbedaan suhu udara di Laut Sumatera dan Laut Afrika.

Dijelaskannya, jika di Indonesia terasa panas, itu menandakan curah hujan yang relatif banyak. Sebaliknya, bila di Afrika terasa dingin, berarti curah hujan relatif sedikit di Indonesia.(ari)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/