Foto: Johnson/PM Proses daur ulang mie instan diduga merek Alhami, yang telah kedaluarsa. Foto discreenshot dari video.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Apakah Anda masih ingin mengonsumsi mie instan buatan pabrik ini? Agaknya Anda harus fikir ulang. Sebab berbedarnya informasi mengejutkan ini bukan sebatas isu. Tetapi disertai bukti dan ratusan saksi hidup.
Untuk mengetahui bagaimana terjadinya daur ulang ini, kru Posmetro Medan (grup SUMUTPOS.CO) sengaja menunggu para pekerja pulang dari pabrik yang berlokasi di jalan lintas menuju Bandara Kuala Namu Internasional itu. Setelah difasilitasi Golan Hasibuan dan para pengurus F-SBRI, barulah para buruh itu mau dan berani buka mulut pada wartawan.
Dari belasan orang, lalu mereka berkumpul menjadi puluhan dalam percakapan, Rabu (25/3) sore hingga malam. Dengan kesepakatan namanya tidak akan Ditulis, satu persatu baik buruh wanita mau pun pria, mulai angkat bicara. Semuanya mengamini, daur ulang mie kedaluarsa itu memang sudah dilakoni manajemen, bahkan sejak Oktober 2014 lalu.
“Kami juga nggak terima dengan perbuatan ini. Tapi karena kami diperintah dan kami butuh pekerjaan, kami terpaksa melakukannya. Padahal sebenarnya bidang pekerjaan kami bukan untuk mengolah mie yang kadaluarsa itu,” sesal para buruh.
Dijelaskan sejumlah pekerja wanita, mereka sebenarnya bekerja untuk pengepakan atau disebut dengan istilah packing. Tugas pokok dan fungsi keseharian mereka adalah untuk mengisi bumbu, mengisi mie ke dalam bungkus plastik, lalu mengecek dan memastikan posisinya sudah pas untuk dibungkus. Selanjutnya bungkusan mie dipack ke karton.
“Ya begitu sebenarnya setiap hari kerjaan kami. Untuk 1 line atau 1 mesin ada sekitar 5 orang yang mengerjakan seperti itu. Jadi itu berlaku juga untuk tujuh mesin yang aktif tiap harinya,” kata buruh wanita itu.
Foto: Johnson/PM Proses daur ulang mie instan diduga merek Alhami, yang telah kedaluarsa. Foto discreenshot dari video.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Apakah Anda masih ingin mengonsumsi mie instan buatan pabrik ini? Agaknya Anda harus fikir ulang. Sebab berbedarnya informasi mengejutkan ini bukan sebatas isu. Tetapi disertai bukti dan ratusan saksi hidup.
Untuk mengetahui bagaimana terjadinya daur ulang ini, kru Posmetro Medan (grup SUMUTPOS.CO) sengaja menunggu para pekerja pulang dari pabrik yang berlokasi di jalan lintas menuju Bandara Kuala Namu Internasional itu. Setelah difasilitasi Golan Hasibuan dan para pengurus F-SBRI, barulah para buruh itu mau dan berani buka mulut pada wartawan.
Dari belasan orang, lalu mereka berkumpul menjadi puluhan dalam percakapan, Rabu (25/3) sore hingga malam. Dengan kesepakatan namanya tidak akan Ditulis, satu persatu baik buruh wanita mau pun pria, mulai angkat bicara. Semuanya mengamini, daur ulang mie kedaluarsa itu memang sudah dilakoni manajemen, bahkan sejak Oktober 2014 lalu.
“Kami juga nggak terima dengan perbuatan ini. Tapi karena kami diperintah dan kami butuh pekerjaan, kami terpaksa melakukannya. Padahal sebenarnya bidang pekerjaan kami bukan untuk mengolah mie yang kadaluarsa itu,” sesal para buruh.
Dijelaskan sejumlah pekerja wanita, mereka sebenarnya bekerja untuk pengepakan atau disebut dengan istilah packing. Tugas pokok dan fungsi keseharian mereka adalah untuk mengisi bumbu, mengisi mie ke dalam bungkus plastik, lalu mengecek dan memastikan posisinya sudah pas untuk dibungkus. Selanjutnya bungkusan mie dipack ke karton.
“Ya begitu sebenarnya setiap hari kerjaan kami. Untuk 1 line atau 1 mesin ada sekitar 5 orang yang mengerjakan seperti itu. Jadi itu berlaku juga untuk tujuh mesin yang aktif tiap harinya,” kata buruh wanita itu.