22.7 C
Medan
Monday, January 20, 2025

Umur 10 Tahun, Bobot 140 Kg

Perlu Pengobatan
Bagaimana tanggapan dokter anak atas kasus yang menimpa Aria? Dokter spesialis anak National Hospital Surabaya dr Achmad Yuniari Heryana SpA menganjurkan Aria dibawa ke dokter anak konsultan gizi dan penyakit metabolis atau ahli endokrin. Hal itu ditujukan untuk mencari penyebabnya. ’’Sebabnya itu bisa jadi kelainan genetis, hormonal, atau kondisi sebelumnya,’’ kata dokter yang akrab disapa Boy tersebut.

Dengan kondisi Aria yang mudah lelah, Boy menduga ada masalah pada jantungnya. Bisa jadi sudah pada tahap gagal jantung. Selain masalah jantung, menurut dia, obesitas berisiko menimbulkan penyakit lain. ’’Bisa diabetes melitus tipe dua, hipertensi, batu empedu, dan hiperkolesterolemia,’’ tambahnya.

Dokter Irma Lestari Paramastuty SpA Mbiomed juga mendukung pernyataan Boy. Pola hidup yang buruk, menurut dia, bisa menjadi penyebabnya. Asupan lebih banyak daripada pengeluaran kalori. ’’Sering nonton televisi atau main game, lalu makannya banyak. Akhirnya gendut,’’ ujarnya.

Untuk membantu mengurangi berat badan Aria, Irma menyarankan untuk mengubah gaya hidup. Anak bisa melakukan diet. Namun, diet pada anak harus disertai konsultasi ahli gizi. Sebab, diet anak berbeda dengan diet orang dewasa. ’’Ingat, anak masih tumbuh,’’ tutur dokter yang berpraktik di RSK St Vincentius A Paulo (RKZ) Surabaya itu. Keluarga pun harus mendukung. Caranya, memberikan contoh hidup sehat.

Aria yang hanya bisa beraktivitas di tempat tidur pun tetap harus melakukan gerakan. Adanya bantuan fisioterapi akan jauh lebih baik. Gerakan bisa membantu tubuh Aria melakukan pembakaran. Diharapkan, bobot Aria bisa turun. Setelah bisa meninggalkan tempat tidur, Aria disarankan untuk melakukan olahraga ringan.

Kegemukan bisa juga terjadi karena faktor keturunan. Nah, Irma memberikan tip bagi keluarga yang mempunyai potensi keturunan gemuk, yakni pemberian air susu ibu (ASI). ASI bisa mematikan kromosom yang membuat anak berpotensi gemuk. ’’Anak ASI itu biasanya tidak obesitas,’’ tuturnya.

Ketua Perhimpunan Pakar Gizi (Pergizi) Pangan Jatim Annis Catur Adi juga menanggapi kondisi Aria. ’’Ini sudah overobesitas, kelas berat,’’ tegasnya.

Menurut dia, sekarang memang banyak anak yang mengalami obesitas. Penyebab utamanya adalah bakat genetis dan kebiasaan konsumsi makanan yang kurang tepat. Saat ini anak mengonsumsi banyak karbohidrat. Selain nasi, anak ngemil roti, kue, dan cracker. Padahal, kalorinya sangat tinggi. Annis mencontohkan, 250 gram biskuit setara dengan 1 kilogram kentang. ’’Konsumsi makanan olahan sangat masif,’’ jelasnya.

Selain itu, konsumsi air putih sudah bergeser menjadi air berwarna. Kalorinya pun sangat tinggi. Kebiasaan makan makanan enak dengan kandungan lemak juga memicu obesitas pada anak. Yang harus diwaspadai adalah risiko obesitas. Misalnya, munculnya hipertensi, obesitas, dan sindrom metabolis lain.

Karena itu, dia merekomendasikan agar Aria menjalani pemeriksaan. Tujuannya, menganalisis dan memberikan treatment atas keluhan yang dialami. Terutama masalah sulit berjalan. Ada tim dokter anak dan ahli gizi. Dari situ, penyebab obesitas bisa ditentukan.

Mengenai prestasi akademis Aria yang bagus, menurut Catur, hal itu wajar saja. ’’Obesitas tidak akan memengaruhi kecerdasan anak,’’ ujarnya.

Aria tetap bisa berprestasi. Dengan kasus itu, Annis menyebut pentingnya kontrol orang tua. ’’Anak gemuk tidak boleh lagi diasumsikan sebagai anak lucu,’’ katanya memperingatkan.

Di sisi lain, spesialis bedah toraks kardiovaskuler RSUD dr Soetomo Prof dr Paul Tahalele SpBTKV menyatakan, keluhan sulit berjalan yang dialami Aria bisa menjadi pertanda masalah jantung. Menurut dia, obesitas memang membebani jantung. Kerja jantung lebih berat. Tandanya, jantung akan membesar, lalu terasa sesak di dada. Jika dibiarkan, bisa terjadi gagal jantung. ’’Anak kecil beratnya segitu sudah tidak sehat untuk jantung,’’ tegasnya. (yfn/lyn/nir/c5/kim/jpg/adz)

Perlu Pengobatan
Bagaimana tanggapan dokter anak atas kasus yang menimpa Aria? Dokter spesialis anak National Hospital Surabaya dr Achmad Yuniari Heryana SpA menganjurkan Aria dibawa ke dokter anak konsultan gizi dan penyakit metabolis atau ahli endokrin. Hal itu ditujukan untuk mencari penyebabnya. ’’Sebabnya itu bisa jadi kelainan genetis, hormonal, atau kondisi sebelumnya,’’ kata dokter yang akrab disapa Boy tersebut.

Dengan kondisi Aria yang mudah lelah, Boy menduga ada masalah pada jantungnya. Bisa jadi sudah pada tahap gagal jantung. Selain masalah jantung, menurut dia, obesitas berisiko menimbulkan penyakit lain. ’’Bisa diabetes melitus tipe dua, hipertensi, batu empedu, dan hiperkolesterolemia,’’ tambahnya.

Dokter Irma Lestari Paramastuty SpA Mbiomed juga mendukung pernyataan Boy. Pola hidup yang buruk, menurut dia, bisa menjadi penyebabnya. Asupan lebih banyak daripada pengeluaran kalori. ’’Sering nonton televisi atau main game, lalu makannya banyak. Akhirnya gendut,’’ ujarnya.

Untuk membantu mengurangi berat badan Aria, Irma menyarankan untuk mengubah gaya hidup. Anak bisa melakukan diet. Namun, diet pada anak harus disertai konsultasi ahli gizi. Sebab, diet anak berbeda dengan diet orang dewasa. ’’Ingat, anak masih tumbuh,’’ tutur dokter yang berpraktik di RSK St Vincentius A Paulo (RKZ) Surabaya itu. Keluarga pun harus mendukung. Caranya, memberikan contoh hidup sehat.

Aria yang hanya bisa beraktivitas di tempat tidur pun tetap harus melakukan gerakan. Adanya bantuan fisioterapi akan jauh lebih baik. Gerakan bisa membantu tubuh Aria melakukan pembakaran. Diharapkan, bobot Aria bisa turun. Setelah bisa meninggalkan tempat tidur, Aria disarankan untuk melakukan olahraga ringan.

Kegemukan bisa juga terjadi karena faktor keturunan. Nah, Irma memberikan tip bagi keluarga yang mempunyai potensi keturunan gemuk, yakni pemberian air susu ibu (ASI). ASI bisa mematikan kromosom yang membuat anak berpotensi gemuk. ’’Anak ASI itu biasanya tidak obesitas,’’ tuturnya.

Ketua Perhimpunan Pakar Gizi (Pergizi) Pangan Jatim Annis Catur Adi juga menanggapi kondisi Aria. ’’Ini sudah overobesitas, kelas berat,’’ tegasnya.

Menurut dia, sekarang memang banyak anak yang mengalami obesitas. Penyebab utamanya adalah bakat genetis dan kebiasaan konsumsi makanan yang kurang tepat. Saat ini anak mengonsumsi banyak karbohidrat. Selain nasi, anak ngemil roti, kue, dan cracker. Padahal, kalorinya sangat tinggi. Annis mencontohkan, 250 gram biskuit setara dengan 1 kilogram kentang. ’’Konsumsi makanan olahan sangat masif,’’ jelasnya.

Selain itu, konsumsi air putih sudah bergeser menjadi air berwarna. Kalorinya pun sangat tinggi. Kebiasaan makan makanan enak dengan kandungan lemak juga memicu obesitas pada anak. Yang harus diwaspadai adalah risiko obesitas. Misalnya, munculnya hipertensi, obesitas, dan sindrom metabolis lain.

Karena itu, dia merekomendasikan agar Aria menjalani pemeriksaan. Tujuannya, menganalisis dan memberikan treatment atas keluhan yang dialami. Terutama masalah sulit berjalan. Ada tim dokter anak dan ahli gizi. Dari situ, penyebab obesitas bisa ditentukan.

Mengenai prestasi akademis Aria yang bagus, menurut Catur, hal itu wajar saja. ’’Obesitas tidak akan memengaruhi kecerdasan anak,’’ ujarnya.

Aria tetap bisa berprestasi. Dengan kasus itu, Annis menyebut pentingnya kontrol orang tua. ’’Anak gemuk tidak boleh lagi diasumsikan sebagai anak lucu,’’ katanya memperingatkan.

Di sisi lain, spesialis bedah toraks kardiovaskuler RSUD dr Soetomo Prof dr Paul Tahalele SpBTKV menyatakan, keluhan sulit berjalan yang dialami Aria bisa menjadi pertanda masalah jantung. Menurut dia, obesitas memang membebani jantung. Kerja jantung lebih berat. Tandanya, jantung akan membesar, lalu terasa sesak di dada. Jika dibiarkan, bisa terjadi gagal jantung. ’’Anak kecil beratnya segitu sudah tidak sehat untuk jantung,’’ tegasnya. (yfn/lyn/nir/c5/kim/jpg/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/